SHIFT SSCX expert corner Riyantono

Oleh: Riyantono Anwar

Dalam praktek manajemen proyek, seringkali kita dihadapkan pada beberapa masalah “pelik” tepat pada saat kita siap memulai sebuah proyekcontinuous improvement. Masalah inilah yang menentukan “nasib” proyek yang akan berjalan; apakah lanjut atau tidak. Seringkah anda tersandung situasi dimana proyek menggantung karena tidak jelasnya keuntungan finansial yang akan didapat?

Meskipun kita sadar betul bahwa manfaat, baik dari sisi finansial atau operasional, dari implementasi solusi akan sangat besar, tapi kita kesulitan dalam mengkuantifikasi apakah keuntungan tersebut cukup besar untuk membuat proyek layak dijalankan,bila dibandingkan dengan nilai investasi yang dikeluarkan. Semakin besar biaya investasi yang dikeluarkan maka keraguan yang ditimbulkan akan semakin besar. Lalu bagaimana solusinya?

Ada beberapa tool yang sangat bermanfaat untuk menganalisa kelayakan sebuah proyek, termasuk dari sisi finansialnya. Tool dan indikator analisa finansial yang paling bisa diandalkan diantaranya Cost Benefit Analysis, Return on Investment, Payback Period, dan Net Present Value. Berikut adalah beberapa opsi yang bisa anda pilih:

1) Return on Investment (ROI)

ROI atau Return on Investmentadalah  adalah rasio uang yang diperoleh atau hilang pada suatu investasi, relatif terhadap jumlah uang yang diinvestasikan. Jumlah uang yang diperoleh atau hilang tersebut dapat disebut keuntungan atau kerugian.Investasi uang dapat disebut biaya investasi.

ROI biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase dan bukan dalam nilai desimal. ROI tidak memberikan indikasi berapa lamanya suatu investasi. Namun demikian, ROI sering dinyatakan dalam satuan tahunan atau disetahunkan dan sering juga dinyatakan untuk suatu tahun kalendar atau fiskal. ROI dapat dihitung pada akhir proyek ketika hasil telah didapat, atau dihitung di awal sebagai estimasi.

Baca juga  Efisiensi vs. Efektivitas: Prioritas Manakah yang Lebih Utama?

Untuk menghitung ROI dari suatu proyek, maka ada dua parameter data yang harus kita miliki yaitu(1)Keuntungan/Benefit dan (2)Biaya/Cost. Benefit mencakup semua keuntungan yang akan dinikmati jika solusi, dalam hal ini proyek,telah dijalankan. Ilustrasi penggunaannya sebagai berikut:

Ilustrasi Perhitungan ROI

Sebuah perusahaan berniat untuk menjalankan sebuah proyek perbaikan di salah satu fungsi operasionalnya. Proyek tersebut diperkirakan akan memberi keuntungan berupa penghematan biaya operasional, tenaga kerja dan energi. Semakin besar ROI, semakin layak proyek dijalankan.

Kita bisa menghitung besarnya nilai keuntungan dalam kerangka waktu satu tahun. Rumus penghitungannya adalah:

Perkiraan keuntungan yang akan dihasilkan oleh proyek adalah sebagai berikut:

Penghematan biaya material adalah USD 1000; penghematan biaya tenaga kerja adalah USD 500; penghematan biaya energi adalah USD 500. Sementara itu, biaya keseluruhan yang diperlukan untuk menjalankan proyek adalah USD 400. Maka perhitungan ROI-nya sebagai berikut:

Dengan demikian, ROI dari proyek tersebut adalah sebesar 500% dalam waktu 1 tahun.

2) Payback Period

Payback Period adalah indikator yang mudah digunakan dalam memutuskan kelayakan suatu investasi. Payback Period adalah ukuran waktu yang dibutuhkan investasi, dalam hal ini proyek, sejak dimulai hingga mencapai break event point dengan memperhitungkan keuntungan yang akan didapat. Indikator ini dinyatakan dalam satuan waktu seperti bulan atau tahun. Semakin lama waktunya,semakin tidak layak proyek dijalankan. Begitu juga sebaliknya, periode yang singkat menunjukkan proyek sangat layak dijalankan.

Prinsip penghitungan Payback Period sama dengan ROI, yaitu menggunakan faktor Benefit vs Cost. Dengan mengetahui berapa besar nilai keuntungannya, maka kita bisa menghitungbiaya yang diinvestasikan akan membutuhkan waktu berapa lama hingga mencapai BEP. Misalnya, nilai biaya investasi adalah USD 100,sedangkan keuntungan yang didapatkan perbulan adalah USD 20. Maka kita mengetahui Payback Periodnya adalah 5 bulan.

Baca juga  6 Langkah Lakukan Improvement dengan Metode Lean

Pada prakteknya, memang tidak ada aturan waktu khusus dalam menentukan kelayakannya; kelayakan proyek akan tergantung pada konteks dan kasusnya. Rule of thumb yang umum digunakan adalah jika Payback Period dibawah 12 bulan, maka proyek tersebut layak untuk dijalankan.

3) Net Present Value

Untuk kasus yang lebih kompleks, kita bisa menggunakan indikator Net Present Value atau NPV. Indikator ini menyatakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah dikurangidengan menggunakan biaya (cost) sebagai faktor pengurang, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang dikurangi pada saat ini.

Untuk menghitung NPV, diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi dan pemeliharaan, serta perkiraan keuntungan dari proyek yang direncanakan. NPV dihitung berdasarkan prinsip dari Present Value bahwa nilai rupiah saat ini bernilai lebih besar dibanding nilai rupiah dimasa depan. Misalnya, kita mengetahui keuntungan yang akan diperoleh satu tahun dari saat ini adalah IDR 100, maka nilai tersebut sekarang ini akan lebih kecil dengan memperhitungkan bunga dalam setahun. Sedangkan NPV sendiri dihitung berdasarkan selisih terhadap biaya yang dikeluarkan. Semakin positif nilai NPV maka proyek tersebut semakin layak, dan sebaliknya jika negatif maka project tersebut tidak layak.

NPV dihitung berdasarkan asumsi nilai bunga dari investasi. NPV dapat dibuat dengan skenariokeuntungan yang didapat dengan jangka waktu yang bervariasi.Sebagai contoh,NPV ditahun pertama akan berbeda dengan yang akan didapat ditahun kedua dan sebagainya, sehingga NPV lebih berguna untuk kasus yang lebih kompleks.***

Riyantono Anwar adalah Master Black Belt dan konsultan senior Lean Six Sigma di SSCX International.