(c) CNS.org
(c) CNS.org

Seorang ahli matematika dan rekayasa asal Yunani, Archimedes, pernah mengatakan “Berilah saya tanah untuk berpijak, maka saya akan memindahkan Bumi.” Kutipan tersebut berkaitan dengan salah satu eksperimennya mengenai tuas (pengungkit). Jika saja ia bisa membuat tuas yang cukup besar, maka ia akan bisa memindahkan benda seberat apapun; itulah kira-kira maksudnya.

Tuas atau pengungkit memberikan kekuatan ekstra pada kita dan melipatgandakan kemampuan mekanis. Lebih sederhananya, ia memberikan kemampuan untuk melakukan lebih banyak hal dengan lebih sedikit energi. Dengan panjangnya tuas (lever) dan titik tumpuan (fulcrum) yang ditempatkan secara tepat, kita akan mendapatkan kemudahan dalam pekerjaan memindahkan benda-benda.

Pikirkanlah konsep dari tuas ini! Banyak aspek dari kehidupan kita yang dapat dikembangkan dengan konsep tersebut. Tidak hanya benda-benda, kita bisa saja mengungkit semua hal lain seperti keuangan, pengetahuan, dan jaringan. Sesederhana gagasan ini terdengar, banyak dari kita yang sayangnya tidak berhasil memahami makna dan cara kerjanya. Seringkali kita menghamburkan upaya kita dan mengharapkan hasil lebih, tanpa mengubah metode atau perkakas yang digunakan, yang hanya membuat kita bekerja lebih keras daripada seharusnya. Dengan aplikasi Lean, kekuatan daya ungkit untuk melakukan lebih banyak dengan lebih sedikit energi akan tertanam dalam cara pikir kita.

Toyota dan Kekuatan Tuas

Apa yang dimanfaatkan Toyota sebagai tuas? Sekilas, banyak hal yang nampaknya dimanfaatkan Toyota untuk menambah daya ungkit bisnis mereka, termasuk kualitas, reputasi, ketenaran merek, aliran kas, inovasi, dan desain. Namun aset terbesar Toyota adalah karyawan mereka, yang kekuatannya digunakan oleh Toyota sebagai pengungkit berkekuatan luar biasa di segala aspek. Namun, Toyota juga “mengungkit” pengungkit terbesarnya tersebut, untuk menambah daya ungkitnya.

Baca juga  Belajar Inovasi dari Kesuksesan Icons K-Pop BTS

Salah satu contoh usaha Toyota mengkungkit karyawannya adalah dengan mengajari, melatih, dan membentuk semua orang menjadi problem-solver. Dengan demikian, banyak masalah yang dapat terselesaikan dalam waktu yang lebih singkat daripada yang seharusnya. Sekedar perbandingan, banyak perusahaan lain yang gagal bersanding dengan Toyota dalam hal kemampuan problem-solving bukan karena tingkat kecerdasan yang lebih rendah. Lalu apa yang menjadi penyebabnya? Sederhana. Perusahaan lain cenderung menjadikan aktifitas problem-solving sebagai pekerjaan yang eksklusif hanya untuk manajer dan insinyur.

Bagi Toyota, manusia adalah kekuatan utama yang menciptakan value. Mereka berinovasi dan melakukan eksperimen. Mereka belajar dan berpikir; semua yang tidak bisa dilakukan oleh robot dan mesin. Banyak perusahaan lain yang juga menyatakan bahwa karyawan adalah aset terbesar mereka. Namun perusahaan-perusahaan tersebut juga dengan mudah memangkas jumlah karyawan untuk mengejar target keuangan kuartal atau akhir tahun mereka. Dengan jumlah karyawan yang berkurang dan beberapa keputusan PHK, mereka menyatakan telah melakukan penghematan biaya. Tapi sebetulnya, yang perusahaan tersebut lakukan adalah memperkecil pengungkit dan daya ungkit mereka.***

Diadaptasi dari artikel oleh Mike Wroblewski, Reliable Plant.