Kesuksesan Federal Oil cukup membuatnya disegani bagi pelaku industri manufaktur, khususnya dalam segmen pelumas. Apalagi, di antara berbagai penghargaan yang telah dimenangkan perusahaan ini, penghargaan Indonesia Best Corporate Transformation 2015 pun berhasil disabetnya.

Transformation? Memang, transformasi atau perubahan apa sih yang dilakukan oleh perusahaan yang sudah 25 tahun meramaikan pasar oli untuk sepeda motor ini? Apa  yang membuat mereka berubah, dan bagaimana? Ternyata ada cerita menarik dan pelajaran mengesankan yang bisa kita simak di sini.

[cpm_adm id=”10763″ show_desc=”no” size=”medium” align=”left”]

Patrick Adhiatmadja, Presiden Direktur PT Federal Karyatama membeberkan pada SHIFT bagaimana dalam waktu dua tahun Federal Oil berhasil mendobrak kebuntuan dan sukses mengubah arah bisnis.

Sempat Ingin “Mati” Saja

Dorongan pertama terjadi akibat perpindahan tangan di pemegang saham. Sebagai salah satu anak usaha yang berasal dari perusahaan keluarga, Federal Oil harus menghadapi perubahan strategi dan arah bisnis baru dari entitas yang berbeda.

“Federal Oil adalah anak usaha dari perusahaan milik William Soeryadjaya, yang merupakan perusahaan keluarga. Kemudian karena ada perpindahan tangan di pemegang saham, Federal Oil kini berada di bawah naungan perusahaan investasi. Motivasi perusahaan investasi dengan perusahaan keluarga sedikit berbeda. Perusahaan investasi tentunya mengharapkan bisnis itu tumbuh dan berkembang terus,” jelas Patrick.

Dorongan kedua terjadi saat kerja sama dengan PT Astra Honda Motor (AHM) selama 20 tahun harus terputus, karena PT AHM membuat oli resmi dari anak perusahaannya sendiri.

“Dua hal tadi terjadi di saat yang bersamaan. Jadi, dua hal itulah yang mendorong kami untuk berubah,” kenang Patrick.

Sempat ada keinginan menyudahi bisnis yang sudah dibangun selama lebih dari 20 tahun dan membiarkannya begitu saja hingga ‘mati’ dengan sendirinya, tetapi untung saja muncul pilihan lain.

“Merk Federal Oil ini sudah cukup baik dan bisa di-leverage untuk sebuah platform baru. Mau tidak kita mencoba untuk melanjutkan ini?” kata Patrick menggambarkan percakapan saat para pemegang saham bertemu dan berkumpul untuk membicarakan kelanjutan nasib Federal Oil.

Baca juga  Dua Hal Esensial untuk Menciptakan Perubahan

Mengumpulkan Kekuatan

Keputusan untuk melanjutkan perjuangan membuat banyak hal dilakukan perusahaan ini mulai pertengahan 2011. Strategi branding adalah salah satunya. Untung saja untuk memahami pasar, hal tersebut bukanlah hal yang baru bagi mereka.

Namun bagi Patrick sekuat apapun branding yang dilakukan oleh perusahaan, jika mutu dan kualitas produk itu sendiri tidak bisa diterima oleh konsumen, branding tidak akan berarti.

“Branding itu bungkusnya. Tentu, yang dibungkus ini harus bagus. Kita beruntung memiliki Research and Development (RnD) sendiri, memiliki pabrik sendiri. Kita sudah ‘digembleng’ oleh Honda selama 22 tahun. Kita tau pelumas yang berkualitas itu seperti apa. Ini bukan nilai tambah, ini adalah nilai dasar kami,” papar Patrick.

Setelah mengumpulkan kekuatan, mulailah Federal Oil melakukan terobosan melalui empat langkah krusial dalam waktu dua tahun:

  1. Pembenahan Struktur Organisasi

Meskipun kekuatan yang mereka miliki cukup membuat percaya diri, namun untuk menjadi produsen plus, Patrick menyadari bahwa mereka membutuhkan “kapal” yang kuat- yang mampu membawa mereka melewati “arus” besar yang menghadang.

Sehingga langkah awal yang dilakukan saat itu adalah melakukan pembenahan dalam struktur organisasi, dengan sasaran utama Direktorat Produksi, Plant & Engineering, Direktorat Finance & Admin, dan Direktorat Sales & Marketing.

Perubahan di Direktorat Sales & Marketing ini bisa dibilang yang paling signifikan. “Ketika kita harus melakukan pemasaran sendiri, orangnya ternyata tidak cukup. Sehingga untuk mencapai apa yang kita inginkan, kita harus menambah sumber daya baru, strukturnya kita perbaiki, organisasinya pun kita ubah dan sesuaikan,” jelas Patrick.

  1. Penambahan SDM yang Signifikan

Setelah melakukan perbaikan struktur organisasi. Para Top Management kemudian melakukan assessment dan perbaikan di tingkatan manajer dan seterusnya hingga ke level bawah. Penambahan jumlah pekerja yang signifikanpun tak dapat dihindari.

Baca juga  Agile: Metode Inovatif Agar Bisnis Responsif

“Kalau dulu, satu orang itu bisa merangkap mengerjakan beberapa pekerjaan. Tapi dari situ saya belajar satu hal, orang berpikir mereka ingin efektif dan efisien, seolah-olah dua kata itu selalu berjalan beriringan, tapi dari situ saya memahami bahwa efisien belum tentu efektif,” jelas Patrick.

Efisien belum tentu efektif, sebuah poin yang baik dari Patrick. Sehingga tantangannya adalah bagaimana perusahaan bisa efektif dan efisien. Penambahan jumlah sumber daya, menurutnya, belum tentu membuat organisasi menjadi tidak efisien, tetapi bisa dilihat sebagai suatu pertumbuhan.

  1. Mengubah Mindset dan Cara Kerja

Patrick mengakui, mengajak orang untuk berubah bukanlah hal yang mudah, karena orang-orang telah terbiasa bekerja di comfort zone mereka masing-masing.

“Anda kerja keras, Anda pintar, sedangkan saya biasa-biasa saja, tapi bonus akhir tahun kita sama, pertanyaannya, lalu kenapa Anda harus kerja keras?” – inilah penyebab dasar orang tidak termotivasi untuk keluar dari zona nyamannya.

Akhirnya dibuatlah sistem yang lebih fair, yakni penilaian kerja berdasarkan performance masing-masing pekerja

“Di awal banyak yang kaget dengan sistem seperti ini. Karena dengan menerapkan performance management system, mereka pun harus menyesuaikan lagi cara mereka melakukan pekerjaannya,” jelas Patrick. Tetapi toh mau tak mau mereka beradaptasi.

  1. Nilai Penting dari Sang Presiden Direktur

Dua kunci penting yang Patrick terapkan dalam menghadapi tantangan yang muncul dalam setiap proses yang dilalui.

“Komunikasi dan eksekusi,” katanya tajam.

[cpm_adm id=”11002″ show_desc=”no” size=”medium” align=”none”]

Dahulu orang diminta untuk melakukan sesuatu, mereka tidak mengerti kenapa mereka harus melakukan hal tersebut. Mereka melakukan suatu pekerjaan hanya karena diperintahkan. Patrick mencoba mengubah hal itu dengan mengajak mereka berbicara, diskusi, dan sekedar ngobrol.

“Bersyukur dan being humble. Menurut saya pribadi dua hal ini cukup unik sebagai core valuenya. Kalau lebih bersyukur, jadi lebih tidak stressful. Dampaknya, kita jadi lebih bisa menyikapi pekerjaan, menyikapi pasarnya dengan lebih baik. Melihatnya secara menyeluruh. Kita terus membangun team work yang solid, melakukan continuous improvement, dan give back to society,” tambah Patrick.

Baca juga  Ikuti 5 Kaidah ini agar Problem Solvingmu Berhasil

Wow. Sebuah poin menarik lagi yang tak banyak dianut oleh perusahan lain. Dengan filosofis dan nilai-nilai istimewa yang diterapkan, Federal Oil memang layak mendapatkan kesuksesan seperti sekarang. Bukan hanya sekedar Best Corporate Transformation, tetapi “best lesson” juga yang telah kita dapat dari cerita dari sang Presiden Direktur kali ini. ***

Simak bahasan lengkap tentang transformasi di Federal Oil dalam Shift Issue 05-2015.