Siapa yang tidak kenal dengan perusahaan berbasis layanan aplikasi satu ini? Di dunia, aplikasi Uber sudah dikenal dan banyak digunakan masyarakat banyak negara untuk memesan jasa transportasi di manapun dan kapanpun dibutuhkan. Baru-baru ini, Uber juga telah menjadi andalan masyarakat kota-kota besar di Indonesia.

Kesuksesan perusahaan yang terkenal dengan logo huruf U ini tidak terjadi secara mulus. Banyak aral melintang yang menghadang. Upaya pemboikotan yang dilakukan oleh pemerintah Kota London adalah salah satunya. Alasannya, banyak orang menjadi lebih memilih menggunakan Uber dibanding taksi tradisional.

[cpm_adm id=”10763″ show_desc=”no” size=”medium” align=”left”]

Kasus yang sama menimpa di Indonesia. Masih segar di ingatan kita pro kontra yang terjadi saat izin operasi layanan ini sempat dicabut pemerintah setempat.

Namun semua halangan tersebut tak membuat Uber jatuh, malah membuatnya terus bersinar. Lalu, apa sih yang membuat banyak penumpang taksi tradisional kini lebih memilih menggunakan layanan aplikasi yang mereka buat?

Antara kelihaian Uber dan kelemahan taksi tradisional

Ada dua hal yang perlu di sorot di sini. Pertama, kesalahan perusahaan taksi tradisional yang membuat pasarnya dengan mudah terebut oleh Uber. Akar masalahnya ada pada keengganan industri taksi dalam mengadopsi perubahan pada model bisnis mereka sendiri.

Ketika kita kembali pada beberapa tahun ke belakang, kita dapat melihat beberapa perusahaan dan industri besar yang sukses selalu memiliki satu aspek yang sama: creating dan reacting to disruption. Simpelnya, berinovasi.

Memasuki era ekonomi yang baru seperti saat ini, berbagai model bisnis baru yang berbasis pada teknologi dan internet mulai bermunculan, dan beruntungnya hal tersebut mampu memenuhi kebutuhan kita sebagai konsumen.

Sehingga tidak bisa dipungkiri, apa yang mereka ciptakan membuat kita mulai terbiasakan dengan cara-cara baru yang mungkin tak pernah terpikirkan sebelumnya: kehidupan yang serba mudah dan cepat.

Baca juga  6 Langkah Lakukan Improvement dengan Metode Lean

Namun, dampaknya bagi beberapa industri yang masih bertahan dengan model bisnis lama, justru ini masalah serius bagi mereka.

Seperti yang dikatakan salah satu milarder asal London, Richard Branson , “The moment somebody creates something that’s better value for the customer, you just have to accept it.

Aspek kedua adalah kelebihan Uber yang bisa kita pelajari. Bagaimana model bisnis baru yang diterapkan Uber di era yang semuanya serba terhubung dengan internet seperti saat ini lebih bisa diterima oleh masyarakat kebanyakan, baik lokal maupun global.

Berikut 11 pelajaran dari Uber:

  1. Uber “bermain” dalam strategi supply dan demand.

Saat permintaan tinggi, seperti pada malam tahun baru, para pengemudi Uber banyak yang memilih tidak menerima order penumpang di waktu-waktu ramai, kalaupun para pengemudi menerima order untuk mengantar penumpang, Uber menerapkan harga yang bervariasi demi menghindari lonjakan penumpang yang tidak terkendali.

2. Strategi platform “two-sides” yang menghubungkan antara pembeli dan penjual.

Faktanya, banyak perusahaan yang sering menerapkan hanya dari satu sisi saja atau “one-side”. Teori ini mempredeksi kesepakatan dari masing-masing pihak tergantung pada dua hal: sensitivitas harga dan seberapa baik benefit bagi keduanya. Diferensiasi harga yang diterapkan Uber merupakan hal yang tepat.

3. Uber telah membawa warna baru dalam cara kita melakukan sesuatu, khususnya dalam pasar taksi.

Dari sebuah aplikasi smartphone, hingga pengemudi “freelance”, dengan sistem rating, dan sistem pembayaran yang cashless, Uber telah menunjukkan bahwa ide-ide kreatif mampu mengisi kebutuhan pelanggan dapat merevolusi sesuatu yang sederhana seperti harga. Uber juga layaknya taksi dengan sistem argo, bedanya semua pesanan dan pembayaran yang dilakukan penumpang di layani secara khusus oleh Uber, bukan oleh pengemudi seperti taksi argo pada umumnya.

Baca juga  Kesederhanaan Sekaligus Kekuatan Siklus PDCA yang Tersembunyi dan Jarang Disadari!

4. Hasil penilaian resiko yang dilakukan oleh lembaga riset: layanan penyedia taksi tradisional dengan model bisnis lama memiliki risiko yang lebih besar dalam hal biaya operasional daripada model bisnis taksi Uber. Uber dengan model bisnis baru ternyata memiliki resiko lebih rendah, karena mereka menerapkan sistem biaya dan pendapatan dalam skala bersama-sama (two side). Ilustrasinya, jika banyak orang ingin menggunakan taksi, maka akan banyak pula pengemudi Uber yang muncul, namun jika tak seorangpun ingin naik taksi maka tidak ada pengemudi yang dibayar oleh Uber.

5. Memanfaatkan teknologi dalam model bisnis dapat menciptakan pasar

Uber adalah software untuk layanan jasa taksi. Anda dapat melihat secara real time dimana taksi yang anda pesan berada. Uber adalah platform big data yang dikombinasikan dengan aplikasi mobile.

6. Uber telah menunjukkan bahwa era mobile bukan lagi masa depan, tapi sudah dimulai dari

Kini orang selalu menggunakan smartphone dan tablet sepanjang waktu, namun perusahaan masih belum melihat pentingnya pengembangan aplikasi pada proses bisnis mereka.

7. Fokus pada layanan

Selama ini, mungkin banyak waktu dihabiskan untuk menunggu taksi datang, atau naik taksi dengan pengemudi yang enggan menghidupkan AC, atau sikap pengemudi yang kurang berkenan.

8. Umpan balik dari pelanggan adalah hal penting.

Menerima setiap umpan balik atau feedback dari pelanggan dengan baik adalah cara Uber untuk tumbuh dan berkembang. Karena umpan balik pelangganlah yang membantu Uber dalam membuat sistem yang saling terintegrasi dan juga menciptakan loyalitas pelanggan. Hal tersebut mencerminkan sebuah model bisnis “customer-centric” karena adanya pergeseran pola pikir dalam pengalaman dan layanan pelanggan.

9. Pemasaran mencerminkan produk Uber dalam menyediakan layanan dengan harga premium.

Baca juga  Agile: Metode Inovatif Agar Bisnis Responsif

Hal ini ditujukan untuk pelanggan yang bisa dibilang tech-savvy atau ‘penggila teknologi’ yang menyadari pentingnya waktu, dan bersedia menghabiskan beberapa dolar demi kenyamanan.

[cpm_adm id=”11002″ show_desc=”no” size=”medium” align=”none”]

Kampanye pemasaran Uber ini telah difokuskan pada aspek yang sama dari produk. Ibaratnya, di saat Anda menginginkan es krim di musim panas, Uber memberikan sebuah truk eskrim yang berada tepat di depan rumah Anda.

10. Manfaatkan era sharing.

Saat ini semua orang senang berbagi dan menghubungkan pengalaman mereka melalui media sosial. Itu juga yang dimanfaatkan Uber dalam pengembangan aplikasinya. Mereka menyediakan fitur bagi pengguna untuk berbagi pengalaman dengan pengguna lainnya.

11. Think global, act local namun tetap saling

Seiring dengan segala sesuatu yang dilakukan Uber dengan baik, mereka juga menunjukkan bahwa aplikasi mobile dan media sosial adalah salah satu kunci kesuksesan bisnis untuk saat ini dan masa depan dalam hubungannya dengan market global.

Uber bisa dikatakan sukses memperkenalkan model bisnis baru, dengan mengombinasikan teknologi dan model bisnis yang inovatif. Bagi pelanggan, menggunakan aplikasi Uber juga berarti mempertimbangkan kemudahan dibanding menggunakan taksi tradisional. Bagi beberapa industri, memasuki era teknologi dan internet seperti sekarang, mengubah pola piker dan cara-cara yang mereka lakukan mungkin menjadi pilihan yang tepat dibanding bertahan dengan cara-cara lama.  “You cannot stop progress and you can’t turn the clock back – Sir Richard Branson. ***