Sebuah survei dari iSixSigma Magazine menunjukkan program pengembangan kepemimpinan yang dibarengi pelatihan Six Sigma hasilnya akan lebih sukses. Survei ini dilakukan dengan melibatkan lebih dari 1.300 profesional bisnis dari perusahaan yang menggunakan Six Sigma, dari program pengembangan kepemimpinan yang mereka lakukan, Black Belt dipilih sebagai pemimpin masa depan perusahaan.

Dengan demikian, pertanyaannya adalah, apa keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki para profesional Six Sigma sehingga memiliki keunggulan sebagai pemimpin?

Modern Leadership Competencies
Pengetahuan akan bisnis dan fungsional diakui hanya memberikan kontribusi sebesar 50 persen bagi kesuksesan seorang pemimpin. Pengetahuan dan keterampilan yang setidaknya sama penting untuk seorang pemimpin modern di lingkungan dinamis adalah kompetensi kuat dalam memimpin perubahan, merancang, dan mengelola proses. Bagaimana program Six Sigma dapat membantu mempersiapkan para pemimpin untuk menghadapi masalah ini? Faktanya adalah bahwa perubahan kepemimpinan dan keahlian proses paling baik dipelajari dalam pekerjaan, yaitu melalui pengerjaan proyek.

Pengalaman langsung ini ditekankan sebagai kualifikasi untuk menjadi Black Belt, yang biasanya meliputi:

  • Berhasil menyelesaikan beberapa proyek perbaikan besar di berbagai bidang fungsional
  • Bekerja dalam posisi Six Sigma mereka selama tiga tahun
  • Membantu Champions dalam pemilihan proyek.
  • Memimpin, melatih, dan membimbing beberapa Green Belt dalam penggunaan alat dan teknik Six Sigma.

Setelah memenuhi kualifikasi di atas, biasanya seorang Black Belt harus mengumpulkan berbagai wawasan yang bisa diperoleh selama proyek perbaikan dilakukan:

  1. Functional Know-How

Para pemimpin Black Belt dilatih untuk mempelajari nilai dan memahami proses  “nuts and bolts” yaitu bagaimana pekerjaan diselesaikan.  Dengan menganalisis dan memperbaiki berbagai proses, Black Belts juga mendapatkan pemahaman mendalam tentang prosedur yang dilakukan dan dijalankan oleh rekan-rekan mereka

  1. Business Knowledge
Baca juga  Actions speak louder than words, ubah idemu jadi aksi nyata

Melalui proyek perbaikan proses, Black Belts mengumpulkan pemahaman penting tentang perusahaan mereka. Mereka mengumpulkan pengetahuan tentang produk/ layanan yang ditawarkan oleh perusahaan, strategi dan tujuan bisnis, pasar yang relevan, pelanggan dan kualifikasi mereka dan, tentu saja, tentang banyak proses inti dan memungkinkan. Mereka juga tahu banyak tentang peran dan tanggung jawab dalam organisasi mereka – siapa yang melakukan apa, siapa yang membuat keputusan apa, siapa yang ahli dalam bidang apa, dll. Ini memberi mereka keuntungan dari perspektif bisnis yang lebih luas dari biasanya.

Selain itu, Black Belts telah membuktikan bahwa mereka dapat mencapai hasil bisnis yang terukur. Mereka telah belajar memilih proyek dengan leverage tinggi, yang berarti mereka tahu bagaimana berkonsentrasi pada isu-isu terkait bisnis dan strategi. Mereka cenderung tidak terganggu oleh isu-isu dengan prioritas rendah.

  1. Process Improvement, Design and Management Know-How

Pelajaran paling penting yang dipelajari Black Belt adalah berfikir “kausal”. Yaitu berpikir dalam hubungan sebab-akibat dan berfokus pada beberapa akar penyebab yang penting. Ini  menjadi dasar untuk mematahkan tujuan strategis (disebut sebagai indikator tertinggal) menjadi yang paling berkontribusi (indikator utama). Ini sangat penting untuk memilih proyek yang sesuai dan meningkatkan tanggung jawab mereka. Seorang pemimpin Black Belt yang berpengalaman menggunakan dasbor yang menunjukkan indikator leading and lagging untuk terus memantau dan, jika perlu, meningkatkan unit bisnis.

Tidak kalah pentingnya, Black Belts terbiasa membuat keputusan yang kuat dan berdasarkan data. Ini berarti mereka menggunakan fakta untuk mem-validasi hubungan sebab-akibat, misalnya, ketika memverifikasi apakah investasi akan meningkatkan situasi tertentu secara signifikan dan dengan demikian akan terbayar. Seorang Black Belt,  dalam menjalankan peran utamanya  akan meminta data kepada rekan mereka ketika harus membuat keputusan, dan mengajarkan mereka untuk tidak boleh bergantung pada perasaan ketika melakukan pekerjaan sehari-hari. Para pemimpin Black Belt dilatih untuk mengajukan pertanyaan yang tepat dan terus bertanya.

Baca juga  Actions speak louder than words, ubah idemu jadi aksi nyata

Terakhir, tidak sedikit Black Belts belajar untuk berpikir secara lintas fungsional, yaitu, dalam cara yang berorientasi pada proses, tidak hanya hubungan eksternal antara supplier-klien tetapi juga internal. Mantan Black Belt merancang pekerjaan di departemen mereka sesuai dengan proses, tentu saja mereka ingin terus meningkatkan proses dan, jika perlu, mendesain ulang proses yang mereka miliki.

  1. Change Leadership Ability

Setelah menyelesaikan beberapa proyek perbaikan proses, Black Belts memiliki pengalaman dalam memfasilitasi perubahan. Biasanya, mereka diminta memulai dalam skala kecil untuk mendorong perubahan. Mereka belajar, bagaimana menghadapi dan mengatasi penolakan terhadap perubahan dalam skala mereka. “softskill” mereka juga dilatih seperti bagaimana mendengar, mempengaruhi dan komunikasi aktif. Setelah perannya sebagai Black Belt selesai, mereka seharusnya mengembangkan cara yang tepat untuk menghadapi perlawanan terhadap perubahan, menyelesaikan konflik baik antar pribadi maupun strukturan. Sehingga, para pemimpin Black Belt terlatih mengidentifikasi dan mempengaruhi para pemangku kepentingan untuk mendapatkan komitmen mereka.

Sejauh ini, wawasan dan keterampilan seorang Black Belt untuk menjadi pemimpin tidak perlu diragukan, bukan?

 

Sumber: isixsigma.com