Pada 1950, para eksekutif di Haloid Corporation merasa yakin akan mampu menghadirkan produk unggulan di pasaran. Mereka melakukan terobosan dengan menghadirkan insinyur hebat dan teknologi baru yang canggih. Namun, kenyataannya sungguh tak terduga: tidak seorangpun mau membeli produk mereka pada saat dipasarkan.
Akhirnya, para eksekutif di perusahaan tersebut menemukan sebuah pencerahan yang menjadi solusi menghindari kerugian. Jika tidak ada yang ingin membeli mesin fotokopi mereka, mungkin saja ada yang ingin menyewanya. Benar saja, solusi tersebut menjadi sebuah ide miliaran dolar, dimana perusahaan tersebut sekarang menjadi salah satu perusahaan terkemuka di dunia yang lebih dikenal dengan nama Xerox.
Terkait cerita diatas, Rita Gunther McGrath menyarankan dalam bukunya bahwa perusahaan tidak harus mengejar keunggulan kompetitif tapi justru keuntungan sementara. Karena itulah, para eksekutif perusahaan sebaiknya tidak memutuskan terlalu dini untuk memulai bereksperimen dengan sesuatu yang baru.
Untuk membuat perubahan yang berarti, perusahaan perlu mengubah model bisnis, dan inilah 5 langkah yang bisa anda pelajari dari pengalaman Xerox yang mengedepankan inovasi pada upaya mentransformasi model bisnisnya :
1. Berhenti Merencanakan dan Bersiaplah untuk Tindakan
Dalam situasi ekonomi pasca Perang Dunia II, Xerox membangun perusahaan besar untuk menghasilkan produk dan pasar massal untuk pelanggannya. Saat itulah perencanaan strategis memegang peran yang cukup besar. Namun, seperti yang dijelaskan Henry Mintzberg dalam The Rise & Fall of Strategic Planning, pada 1980-an, ketika Jack Welch menjadi CEO di General Electric membongkar semua proses perencanaan strategis, sejak saat itulah mereka harus berhenti merencanakan dan mulai untuk mempersiapkan tindakan. Perencanaan memungkinkan perusahaan untuk membuat keputusan di awal, tapi dengan persiapan perusahaan dapat memperdalam dan memperluas kemampuan untuk membuat keputusan selambat mungkin dan beradaptasi dengan perubahan secara real time.
2. Pikirkan Bagaimana Bisa Menciptakan, Menyampaikan dan Menangkap Suatu Nilai
Dalam logika model bisnis, perusahaan tidak perlu memikirkan proyeksi pendapatan dan biaya secara spesifik. Hal ini justru tentang bagaimana anda bisa menciptakan, menyampaikan dan menangkap nilai-nilai (value) dari proses bisnis yang anda jalankan. Perusahaan yang mampu menggabungkan ketiga hal tersebut dan menerapkan dengan cara yang menarik, memiliki kesempatan yang lebih besar untuk sukses membangun bisnisnya. Lalu, bagaimana cara perusahaan menciptakan sebuah value yang baru? Bisakah perusahaan menyampaikan value tersebut dengan cara yang berbeda? Adakah sebuah cara bagi perusahaan untuk bisa menangkap sebuah value dengan lebih efektif? Jawaban untuk ketiga pertanyaan tersebut adalah dengan menciptakan berbagai inovasi dengan mengkombinasikan value tersebut.
3. Menghasilkan Produk Berkualitas Bersama dengan Model Bisnis Kanvas
Produk yang berkualitas, dari sisi bisnis merupakan sebuah produk yang berhasil memenuhi kebutuhan pelanggannya. Model bisnis kanvas ini dikembangkan oleh Alex Osterwalder, yang mampu menjabarkan asumsi secara jelas yang harus anda uji sebelum perusahaan memutuskan membangun sebuah produk. Model bisnis kanvas tidak dirancang untuk memprediksi kinerja sebagai rencana bisnis, tetapi membantu anda bekerja melalui cara pikir bagaimana anda akan menghasilkan uang dari bisnis yang anda jalankan.
4. Membuat Skala Pintar
Untuk bisa menciptakan model bisnis yang efektif, memang membutuhkan upaya ekstra. Seperti yang perusahaan sudah ketahui, pertumbuhan juga bisa ‘membunuh’ bisnis yang telah dibangun. Ketika anda memutuskan untuk membawa sumber daya baru kedalam perusahaan, maka perusahaan juga telah mengorbankan kinerja yang sudah ada. Tantangan utama bagi perusahaan adalah bagaimana perusahaan mengkomunikasikan cara pikir dari model bisnis yang baru anda terapkan dan biarkan tim anda memutuskan cara terbaik untuk mencapai tujuan.
5. Bersiap untuk Gagal
Pengukuran suksesnya sebuah bisnis di abad ini dinilai dari keunggulan kompetitif yang berkelanjutan melalui perbaikan yang dilakukan terus-menerus. Namun saat ini, perusahaan pernah dominan seperti Blockbuster dan Kodak sekalipun sedang mengalami masa sulit. Sebuah studi menemukan bahwa masa hidup dari sebuah bisnis rata-rata menurun dari 61 tahun di tahun 1958 menjadi 18 tahun. Sehingga, sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan inovasi dari model bisnis yang dijalankan. Hal ini bukanlah tentang bagaimana perusahaan anda mencari cara yang sempurna untuk mencapai keunggulan bisnis, namun tentang kemampuan untuk fokus pada usaha yang konsisten.***RR