Mengapa perusahaan sekelas General Electric (GE) mempertimbangkan inisiatif perbaikan proses bisnis menggunakan Six Sigma? Bahkan berbagai perusahaan di seluruh dunia banyak yang berinvestasi melalui pendekatan Six Sigma. Ini sebagai upaya mereka untuk menjadi sesukses perusahaan-perusahaan yang telah terlebih dahulu memperoleh manfaat Six Sigma.

Berikut sejumlah pengalaman dan praktik perusahaan menggunakan Six Sigma sebagai basis perbaikan proses bisnis. Manfaat dan keutamaan penggunaan Six Sigma menjadi lesson learn penting dalam perbaikan proses bisnis. Alasan-alasan pokok tersebut kemudian dipahami sebagai Six Sigma Way.

  1. Menghasilkan Sukses Berkelanjutan

John Chambers, CEO Cisco System, kelompok besar peralatan jaringan yang menjadi salah satu perusahaan yang paling cepat tumbuh di dekade lalu. Ia mengomentari kelemahan dari suskes yang diraih oleh banyak perusahaan, katanya “ada suatu kesadaran bahwa Anda dapat keluar dari gelanggang bisnis dalam tiga tahun.”

Satu-satunya cara untuk melanjutkan pertumbuhan dua digit dan tetap menguasai sebuah pasar yang aman adalah dengan terus-menerus berinovasi dan membuat kembali organisasi. Six Sigma menciptakan keahlian dan budaya untuk terus-menerus bangkit kembali (closed-loop system).

2. Mengatur Tujuan Kinerja Bagi Setiap Orang

Di sebuah perusahaan dengan membuat setiap orang bekerja dalam arah yang sama dan berokus pada satu tujuan bersama merupakan suatu pemikiran yang baik. Masing-masing fungsi unit bisnis dan invididu mempunyai sasaran dan target yang berbeda-beda. Sekalipun demikian, ada hal yang dimiliki oleh semua orang, yakni pengiriman produk, jasa atau informasi kepada pelanggan baik di dalam atau di luar perusahaan.

Six Sigma menggunakan kerangka kerja bisnis proses dan pelanggan untuk menciptakan sebuah tujuan yang konsisten. Sebuah tingkat kinerja yang sesempurna mungkin yang dapat dibayangkan oleh kebanyakan orang.

Baca juga  Perubahan, Darimana Kita Harus Memulainya?

Siapapun yang memahami persayaratan pelanggan mereka dapat menilai kinerja mereka terhadap tujuan Six Sigma yakni sempurna 99,9997 persen. Sebuah standar yang sangat tinggi yang membuat sebagian besar dari pandangan-pandangan sebelumnya terhadap kinera bisnis yang excellence menjadi tampak rendah.

3. Memperkuat Nilai Kepada Pelanggan

GE memulai usaha Six Sigma saat para eksekutif mengakui bahwa kualitas produk perusahaan tak sebagaimana seharusnya. Sekalipun kualitasnya mungkin lebih baik daripada para kompetitornya, Jack Welch menyatakan bahwa “kami ingin membuat kualitas kami sangat spesial, sangat berharga bagi para pelanggan kami, sangat penting bagi sukses mereka sehingga produk kami menjadi satu-satunya pilihan riil mereka”.

Dengan persaingan ketat di setiap industri pengiriman hanya produk dan jasa yang bagus ataupun bebas cacat tidaklah menjamin sukses. Fokus pada pelanggan pada inti Six Sigma berarti mempelajari nilai apa yang berarti bagi para pelanggan (dan pelanggan prospektif) dan merencanakan bagaimana mengirimkannya kepada mereka secara profitabel.

4. Mempercepat Tingkat Perbaikan

Motorola dengan peningkatan 100 kali dalam empat tahun menjadi contoh organisasi yang ambisius, mendorong perusahaan lain untuk menyamai. Dengan teknologi informasi yang menentukan kecepatan langkah degan menggandakan kinerjanya ke rasio biaya setiap 18 bulan, harapan pelanggan terhadap perbaikan pun menjadi lebih menuntut dibanding sebelumnya.

Pesaing yang paling cepat perbaikannya kemungkinan besar akan memenangi perlombaan. Dengan meminjam alat-alat dan ide-ide dari banyak disiplin ilmu, Six Sigma membantu sebuah perusahaan untuk tidak hanya meningkatkan kinerja, tapi juga meningkatkan perbaikan.

5. Mempromosikan Pembelajaran dan Cross-Pollination

Learning organization yang lahir pada 1990an merupakan sebuah konsep yang menarik bagi banyak organisasi, tapi tampaknya sulit untuk diterapkan. Para pemimpin AlliedSignal berkomentar bahwa “setiap orang berbicara tentang pembelajaran, tapi sedikit saja yang sukses mengimplementasikannya dalam hidup keseharian pada banyak pekerja.”

Baca juga  OPEXCON: Mendorong Budaya Inovasi di Indonesia Melalui Pengembangan Skill dan Kompetensi

Six Sigma merupakan sebuah pendekatan yang dapat meningkatkan dan mempercepat pengembangan dan penyebaran ide-ide baru di sebuah organisasi keseluruhan. Bahkan dalam sebuah perusahaan yang sangat bermacam-macam seperti GE, nilai Six Sigma sebagai alat pembelajaran dinilai kritis.

Orang-orang yang terlatih dengan keahlian dalam banyak proses dan bagaimana mengelola dan memperbaiki proses, dapat dipindah katakanlah dari GE Plastics ke GE Capital, bukan hanya dengan kurva pembelajaran yang lebih pendek, tapi benar-benar dengan ide-ide yang lebih baik dan dengan kemampuan untuk menerapkan proses tersebut dengan lebih cepat.

6. Melakukan Perubahan Strategis

Memperkenalkan produk-produk baru, meluncurkan kerjasama baru, memasuki pasar-pasar baru, menggandeng organisasi-organisasi baru. Aktivitas-aktivitas bisnis yang dulu hanya kadang-kadang saja dilakukan tapi sekarang merupakan peristiwa harian di banyak perusahaan. Memahami dengan lebih baik proses dan prosedur perusahaan akan memberikan kemampuan yang lebih besar untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian kecil maupun perubahan-perubahan besar yang dituntut oleh sukses bisnis abad 21. []