Wallmart akan menutup 63 gerai Sam’s Club miliknya bulan ini. Biasanya trafik pelanggan dan penjualan menjadi alasan khas perusahaan mengurangi gerainya. Namun, kali ini alasan tersebut tidak dapat sepenuhnya menjadi alasan bagi Walmart menutup gerainya. Kenyataannya, penjualan dan trafik pelanggan gerai di Sam’s Club mengalami kenaikan di akhir tahun lalu.
Sebaliknya, pilihan menjadi e-commerce lah yang menjadi faktor utamanya. 10 dari toko yang ditutup akan dialihfungsikan menjadi pusat distribusi e-commerce. Upaya tersebut menunjukkan komitmen besar perusahaan dalam mengembangkan bisnis digital.
CEO Sam’s Club John Furner mengatakan bahwa ini dilakukan “untuk memberikan pelayan yang lebih baik kepada semakin banyak pelanggan yang berbelanja online dengan kami dan terus meningkatkan bisnis SamsClub.com.” sebagaimana dilansir dari businessinsider.sg.
Ini juga sebenarnya belum menjawab, Walmart sendiri telah melakukan penetrasi digital melalui Walmart.com. Furner kemudian menjelaskan bahwa Sam’s Club akan “dapat berinvestasi lebih banyak dalam eCommerce, remodels, dan in-club technology,” dan memperluas “fresh food, Member’s Mark, dan merchandise yang menarik.”
Sam’s Club telah mengurangi produk yang ditawarkannya, meningkatkan jumlah dan kualitas label brand untuk Member’s Mark, dan fokus memberikannya pada pelanggan utama. Layanan ini tidak diberikan Walmart baik di discount store ataupun Supercenters.
Penutupan gerai dan PHK terhadap karyawan Sam’s Club yang dilakukan Walmart merupakan langkah awal pertahanan yang dilakukan Walmart untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang. Melihat perubahan tren konsumsi di era digital yang begitu cepat, perusahaan harus segera mungkin beradaptasi, mengubah proses bisnisnya. Memperpendek sejarah ritel yang terus merugi akibat lambat merespons perubahan pasar seperti yang dialami oleh seven eleven Indonesia beberapa waktu lalu. Keputusan ini juga mencerminkan bahwa mereka lebih siap bersaing di pasar online, menggeser pesaing terbesarnya Amazon.