Dari cikal bakalnya di industri di Jepang, filosofi Lean telah berkembang ke seluruh dunia. Bahkan, Lean telah melangkah keluar dari lantai pabrik, bergerilya di ranah administrasi bisnis, pelayanan kesehatan, pemerintahan, dan tentu saja logistik.

Walaupun banyak perusahaan yang telah merasakan manfaat lean terhadap proses manufaktur, hanya sedikit yang menyadari besarnya potensi keuntungan yang ditawarkan lean di sisi supply chain. Mereka memahami lean mampu memberikan value, namun belum bergerak kepada implementasi lean supply chain dalam skala penuh.

Salah satu alasannya mungkin belum adanya kesiapan mental untuk melakukannya. Pasalnya, Lean Supply Chain adalah sistem dimana berbagai pihak saling berhubungan dan bergantung yang beroperasi bersama untuk mencapai target-target di rantai pasokan. Target-target ini dapat dicapai dengan memperhatikan 8 prinsip utama Lean Supply  Chain, yaitu:

  1. Hanya value yang boleh tersisa di seluruh rantai pasokan. Eliminasi semua waste hingga hanya tersisa value saja. Untuk memuluskan perjalanan produk di sepanjang supply chain, seluruh departemen harus terlibat. Hilangkan waste yang bersumber dari 8 waste di supply chain ini:
  • Kompleksitas sistem, langkah-langkah yang tidak perlu, serta proses yang membingungkan.
  • Lead time dan waktu tunggu yang terlalu lama.
  • Transportasi dan pergerakan produk yang tidak perlu.
  • Kebutuhan space untuk menyimpan inventori berlebihan.
  • Inventori berupa penumpukan bahan baku, work-in-process dan barang jadi.
  • Effort karyawan yang tidak menambah value.
  • Kemasan tidak pas, kontainer yang hanya separuh terisi, pengepakan yang memiliki potensi merusak produk.

“Kerusakan biasanya terjadi di beberapa titik, seperti di pabrik, selama proses transportasi, pada saat di gudang, pada saat bongkar muat, dan beberapa terjadi karena kemasan tidak adekuat,” kata seorang VP supply chain dari perusahaan penyedia jasa logistik.

Salah satu langkah awal untuk memperbaiki supply chain adalah membuat future state dari level inventori yang ingin dicapai. Menetapkan future state akan mempengaruhi lead time di masa depan. Hasilnya, perusahaan akan mengetahui future state dari seberapa sering mereka harus memproduksi barang atau memesannya dari pemasok.

  1. Buat konsumsi pelanggan terlihat oleh semua pihak yang terlibat di supply chain, untuk memotivasi. Aliran kerja di supply chain berpangkal kepada konsumsi pelanggan; inilah motivasi yang kuat untuk semua orang.
  2. Kurangi lead time. Mengurangi inbound dan outbound logistic akan mendekatkan kita kepada permintaan pelanggan, dan akan mengurangi ketergantungan kepada forecasting, meningkatkan fleksibilitas dan mengurangi waste “overproduction”.
  3. Ciptakan level flow. Dengan meratakan aliran material, kita bisa memiliki supply chain dengan lebih sedikit waste di semua sendi sistem.
  4. Gunakan pull system yang akan mengurangi kompleksitas dalam perencanaan dan kelebihan produksi. Sistem ini bisa diterapkan dengan software berbasis komputer seperti material resource planning (MRP). Dengan software tersebut, kita bisa melakukan kontrol visual terhadap aliran material di supply chain.
  5. Tingkatkan kecepatan dan kurangi variasi. Memenuhi permintaan pelanggan dengan mengirimkan produk sedikit demi sedikit akan meningkatkan kecepatan dan on-time delivery. Kebijakan ini juga dapat mengurangi inventori dan lead time, serta memungkinkan kita untuk menyesuaikan pengiriman untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pelanggan yang aktual.
Baca juga  Hilirisasi Lanjut untuk Topang Ekonomi 8 Persen

Sebuah perusahaan yang memproduksi kompenen mengaku mendapat keuntungan dengan pola kerja lean. Mereka berhasil mengurangi pengiriman dengan ekspedisi dan meningkatkan on-time delivery. “Dengan meningkatkan on-time delivery di pusat manufaktur, on-time delivery dari pusat distribusi-pun ikut meningkat. Hal ini benar-benar mempengaruhi kepuasan pelanggan,” ujar VP dari perusahaan tersebut.

  1. Kolaborasi dan disiplin dalam proses. Ketika semua orang merasa bekerja sejalan dengan konsumsi pelanggan, kolaborasi untuk mengidentifikasi masalah dan menemukan solusi akan lebih mudah. Selain itu, semua orang juga harus menyadari perannya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. “Identifikasi fungsi dari setiap orang akan meningkatkan kualitas komunikasi dan produktivitas sebesar 10 hingga 15 persen,” kata seorang direktur supply chain dari sebuah jaringan restoran.
  2. Fokus kepada biaya total fulfillment. Buat keputusan untuk memenuhi ekspektasi pelanggan yang memakan biaya sesedikit mungkin. Hal ini berarti menghindari keputusan yang hanya menguntungkan satu pihak di supply chain dengan mengorbankan pihak lain.

Keuntungan dari setiap inisiatif lean mungkin tidak terasa besar, namun seperti halnya kehilangan berat 1 kg sebagai hasil diet makanan kecil, hal tersebut tetap pantas untuk diapresiasi. Dengan inisiatif yang konsisten, lemak perlahan akan terkikis dan kita akan memiliki supply chain yang efektif serta bebas waste; operasi logistik akan semakin ramping, cepat dan kuat.***