Indonesia menurut pengamatan Indonesia Economic Forum (IEF) dalam kurun waktu lima tahun terakhir mencapai pertumbuhan sampai Rp 2 miliar dollar AS untuk e-commerce. Angka tersebut relatif jauh lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan e-commerce Cina yang mencapai ratusan miliar dollar AS. Alibaba nampaknya memberikan dampak pertumbuhan ekonomi Cina melalui transaksi dunia maya dan penggunaan teknologi digital.

Teknologi digital acapkali diidentikkan dengan ekonomi digital. Padahal kedua frasa tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Bahkan seringkali orang mengaitkan e-commerce dengan ekonomi digital.

Ilham Habibie Anggota IEF Advisory Council memaparkan potensi pasar ekonomi digital Indonesia di Perpustakaan habibie Kamis lalu. “Banyak orang menyamakan dengan e-commerce dengan ekonomi digital dan digital teknologi. Padahal teknologi digital kita bisa bicara alat, software, aplikasi, dan jasa. Apa yang kita maksud dengan ekonomi digital?” jelasnya.

Ia mencontohkan pemesanan makanan menggunakan aplikasi ojek online, menurutnya hal tersebut tak akan terjadi tanpa adanya inovasi menggunakan teknologi digital. Untuk memahami ekonomi digital tak cukup dengan menyamakan dengan tren penggunaan teknologi digital, karena perlu definisi yang lebih seksama. Bisa jadi yang dimaksud ekonomi digital adalah ekonomi non digital yang terdampak oleh amplifikasi teknologi digital sehingga secara umum mengubah penampakan perekonomian.

McKinsey memprediksi ekonomi digital Indonesia pada 2030 mencapai pertumbuhan empat kali lipat dari sekarang, atau sekitar 4 triliun dollar AS. Asumsinya, tak ada satupun industri, terutama industri jasa yang tersentuh aspek digital. Seluruh sumberdaya manusia menggunakan internet, komputer untuk terus mendefinisikan perekonomian. Di saat yang sama muncul pertanyaan adakah inovasi yang tak digital? []

Baca juga  Case Study Lean Management di DBS