Menurut penelitian, dalam empat tahun terakhir implementasi AI tumbuh hingga 270%. AI berpotensi tinggi tidak hanya meningkatkan revenue bagi perusahaan tetapi juga menumbuhkan pertumbuhan ekonomi tahunan hingga dua kali lipat.

Teknologi dan digital tentu bukan lagi hal baru, hampir di setiap sektor industri menempatkan digital sebagai satu kata kunci dalam membangun solusi. Salah satunya yaitu melalui pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence. CEO Semai Fajar Dhirendra Gregory menyampaikan artificial intelligence sebenarnya sudah cukup lama berkembang dan kini semakin relevan di era digital. “Kita inovasikan dengan ekosistem yang makin hari semakin digital namun jangan lupa bisnis value-nya apa. Jangan kita bikin sesuatu tiba-tiba tidak ada bisnis valuenya,” ungkapnya.

Mengutip penelitian Gartner, jumlah bisnis yang mengadopsi AI pertumbuhannya yaitu 270 persen, Dan menurut penelitian dari Accenture, AI memiliki potensi untuk menggandakan tidak hanya pendapatan perusahaan tetapi juga PDB pada tahun 2035. “Jadi aplikasinya itu bisa kemana-mana luar biasa sekali, tapi yang sangat penting sekali adalah ini butuh kolaborasi multiple parties, multiple stakeholders,” jelas Fajar. Adapun pihak-pihak yang butuh berkolaborasi diantaranya yaitu akademisi dan lembaga riset, pemerintahan atau goverment, penyedia teknologi, perusahaan teknologi inovasi, industri, dan juga masyarakat

Berikut adalah sedikit gambarannya, misal dalam penggunaan teknologi digital untuk dunia financial technology (fintech) dibutuhkan regulasi, disini peran goverment sangat penting dan tentunya masing-masing pihak yang terkait akan memiliki peran dan andilnya masing-masing untuk memajukan dan mengembangkan teknologi yang memang bermanfaat untuk semua dan dalam hal ini adalah salah satunya artificial intelligence.

Semai: Pengembangan AI untuk Kelapa Sawit

Perkenalkan anak perusahaan baru dari SSCX yaitu SSCX Technovation. “SSCX Technovation adalah suatu inisiatif untuk melakukan teknologi inovasi. Kami sebagai technology innovation company. Kami telah mengembangkan 4 kluster; agri industri, creative and customer experience, education, dan system of excellence,” terang Fajar.

Baca juga  Solusi Nyata Atasi Mentalitas “Itu Bukan Tugas Saya” di Shopfloor

SSCX Technovation sudah mengembangkan empat kluster di atas baik dalam bentuk produk maupun platform. Adapun salah satu yang sangat penting diimplementasi adalah teknologi Semai yang dikembangkan secara khusus untuk industri agri termasuk kelapa sawit. “Kita menuju precicion, profitable, dan sustainability ini adalah tujuan dari pada pengembangan digitalisasi dan penggunaan AI untuk di dunia kelapa sawit dan agro pada umumnya,” ungkap CEO Semai.

Fajar mengklaim bahwa penerapan AI dapat membantu menghitung dan meng-grading buah-uah sawit di lapangan. “AI kata kuncinya harus sangat spesifik, dengan AI kita sudah mampu mengidentifikasi berapa buah tandan kosong, berapa mentah, matang, lalu kelewat matang. Tracking perjalanannya, logistiknya bisa kita lacak secara high precision sehingga traceability terjamin bahkan hingga hole supply chain kita digitalisasi,” jelas Fajar.  

Lebih lanjut lagi teknologi AI di Semai juga menggunakan hasil remote sensing, foto satelit dan sejenisnya untuk menganalisis kondisi dari kebun. Sehingga apabila ada kondisi kurang pupuk, ada penyakit, dan seterusnya bisa dilakukan aksi cepat. “Langsung dikirimkan ke lapangan, dibagi langsung, sehingga bisa secara agile dilakukan immediate action sehingga bisa langsung dilakukan immediate improvement on the spot,” lanjut Fajar.

SSCX menghadirkan inovasi SEMAI akronim dari Sawit E-Measurement & Agile Improvement untuk mendukung produktivitas industri sawit di Indonesia. SEMAI adalah inovasi teknologi baru yang dihadirkan SSCX khusus untuk mengerek produktivitas perusahaan sawit. Dengan menggunakan kekuatan big data, produktivitas tidak lagi hanya bisa dihitung per blok tetapi kini bisa dihitung per pohon. Yes, the Powerful SEMAI. Kalau bisa tahu produktivitas per pohon, kenapa masih per blok?