Menurut salah satu riset yang dilakukan oleh perusahaan riset Gartner, akan ada 26 miliar perangkat yang terhubung pada tahun 2020 mendatang. Laporan Internet of Things (IoT) Verizon pada tahun 2015 mengungkapkan bahwa, diantara organisasi memiliki IoT yang terintegrasi ke dalam proses mereka, 82% melaporkan terjadinya peningkatan efisiensi, 49% mencatat adanya peningkatan kualitas produk, dan 45% mengatakan bahwa kemajuan IoT telah meningkatkan kepuasan pelanggan. Kabar yang terdengar adalah transformasi industry dan bisnis didukung sepenuhnya oleh IoT.

Dengan kemampuan IoT untuk memilah nilai dari aset fisik, menghubungkan, dan menggunakan data yang dihasilkan untuk optimalisasi proses bisnis, masih menjadi pertanyaan mengapa tidak semua perusahaan menerapkan IoT dalam proses transformasi mereka. Ironisnya, salah satu faktor yang paling signifikan mengenai semakin cepatnya adopsi IoT adalah kenyataan bahwa, setidaknya di lingkungan bisnis, keberhasilan implementasi IoThampir selalu dimulai sebagai otomasi proses bisnis atau digitalisasi proyek dengan tujuan bisnis yang lebih spesifik. Artinya, perusahaan tidak pernah mengawalinya sebagai suatu inisiatif.

Pertama, IoT bukanlah suatu istilah yang terdefinisi dengan baik dan bisa saja memiliki beragam interpretasi, tergantung perspektif masing-masing. Tentu saja, pemberitaan media telah begitu mainstream dengan mengatakan bahwa produk IoT yang berfokus pada konsumen, apakah itu sebagai pelacak kesehatan, ataupun otomasi pada rumah.

Karena inilah, seringkali menjadi hal yang sulit bagi perusahaan manufaktur untuk memikirkan manfaat IoT secara insentif, padahal IoT merupakan sebuah aset yang akan menghasilkan keuntungan korporasi yang cukup besar. Bahkan, untuk perusahaan yang memang paham dengan konsepnya, proyek IoT seringkali dianggap dalam konsep inisiatif teknologi dengan tujuan sebagai penghubung mesin secara bersamaan dan memindahkan data dari satu tempat ke tempat lainnya.

Baca juga  Membangun Budaya Inovasi untuk Ciptakan Keunggulan BisnisĀ 

Sebaliknya, perusahaan perlu memikirkan IoT sebagai nilai bisnis yang menjanjikan. Hal ini merupakan strategi bisnis utama yang didukung oleh teknologi, namun bukanlah sebagai faktor pendukung yang utama. Misalnya, terdapat banyak kasus penggunaan yang berlaku untuk lingkungan manufaktur. Visibilitas pabrik merupakan manfaat utama bagi manajer pabrik, yang memungkinkan mereka mengakses dengan cepat menuju parameter profesional dan kinerja peralatan. Saat ini menjadi sangat mungkin untuk memilah dan menggabungkan data dari seluruh peralatan manufaktur yang ada di lokasi, terlepas dari perbedaan protocol dan standar komunikasinya.

IoT juga dapat mengotomatisasi pengambilan keputusan dengan menerapkan aturan berbasis logika untuk aliran data real time. Hal ini dapat digunakan untuk melakukan sinkronisasi mesin pada jalur perakitan dan menyesuaikan pengaturan konfigurasi atau kalibrasi.

Analisa data juga mendapatkan perhatian dalam strategi IoT pada operasi manufaktur. Dengan melihat pada keseluruhan populasi peralatan, termasuk data historis, algoritma prediktif dapat mengidentifikasi indicator yang berpotensi pada kegagalan, mengurangi dampak dari downtime. Pemeliharaan dan perbaikan peralatan berubah dari reaktif menjadi proaktif, memungkinkan pabrik menjadwalkan pekerjaan pada waktu yang tepat.

Analisis yang canggih ini juga dapat digunakan untuk optimalisasi kinerja mesin, yang mengacu pada tujuannya, apakah untuk meningkatkan output, meminimalkan penggunaan material, atau mengurangi terjadinya cacat produk. Teknologi IoT tidak hanya dapat mengidentifikasi peralatan yang memiliki kinerja yang buruk, tetapi juga memberikan langkah-langkah perbaikan preskriptif.

[cpm_adm id=”10097″ show_desc=”no” size=”medium” align=”right”]

Semua peran IoT sangat berpotensi untuk meningkatkan performa bisnis, namun bagaimana caranya menyusun dan menggunakan solusi IoT secara lengkap? Berikut langkah-langkahnya:

  1. Yang pertama kali harus dilakukan adalah mengidentifikasi dengan jelas penggunaannya, yang mengedepankan solusi. Selain penggunaannya, definisi mengenai lingkup penyebaran dan hasil yang diinginkan juga dibutuhkan.
  2. Berikutnya, akuilah bahwa keahlian yang dibutuhkan dari sebuah inisiatif IoT mungkin tidak dimiliki oleh organisasi. menurut laporan riset Gartner baru-baru ini, 80% proyek IoT akan memakan waktu yang lebih lama dari perkiraan karena faktor kurangnya keterampilan atau sumber yang tidak memadai.
  3. Perlu diingat bahwa proyek IoT terutama difokuskan pada nilai data dan memerlukan keterlibatan berbagai disiplin ilmu dalam bisnis. Dalam lingkungan industry manufaktur, kondisi ini diartikan sebagai kerjasama antara orang-orang IT dan Teknologi Operasional (TO). Kepemilikan data dan masalah privasi juga melibatkan kelompok tata hukum dan perusahaan.
Baca juga  Inovasi: Perjalanan Astra Isuzu menuju Operational Excellence

IoT, baik sebagai konsep teknologi dan konsep bisnis menciptakan sebuah momentum, dan perusahaan dari segala bidang dapat mengambil manfaat dari teknologi ini. untuk meraih keberhasilan dibutuhkan perhatian khusus pada nilai bisnis, dan memahami komponen yang diperlukan sebagai solusi lengkap dan keterlibatan tim lintas fungsional dalam organisasi sejak dini.

 

Sumber: mbtmag.com