lean manufacturing perbaikan proses

Ekonom mengatakan, terjadi penurunan pada Purchasing Managers’ Index (PMI) HSBC Cina karena adanya sebagian kebijakan moneter pemerintah yang lebih ketat.

BEIJING – Aktivitas manufaktur Cina sedikit menciut pada Februari dan yang lebih parahnya hal ini terjadi sejak tujuh bulan belakangan ini, kata Bank terbesar British, HSBC pada Senin (3/3/2014), data terakhir menunjukkan bahwa ada masalah ekonomi di negara tersebut. Demkian mengutip Industryweek.com.

HSBC mengatakan bahwa ini adalah PMI terakhir bagi Cina, yang menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur di pabrik-pabrik dan industri-industri kecil, seperti bengkel jatuh ke agka 48,5 pada bulan lalu.

Angka tersebut mengalami sedikit peningkatan pada flash PMI sebesar 48,3 yang dirilis oleh bank sebelas hari lalu, namun tetap saja, menurut data bank angka ini merupakan angka terendah sejak Juli yang berada di angka 47,7.

Indeks ini diukur dan diawasi dengan ketat oleh The Health of The Asian Economic Powerhouse. Angka yang menunjukkan pergerakan di atas 50 mengalami pertumbuhan, sedangkan yang bergerak di bawah 50, mendapat signals contraction.

Pada Januari, Indeks menunjukkan sinyal penurunan untuk pertama kalinya dalam enam bulan karena berada di angka 49,5.

Laporan HSBC muncul setelah Biro Statistik Nasional Cina mengumumkan secara resmi pada Sabtu lalu, bahwa selama delapan bulan terakhir ini PMI jatuh pada Februari di angka 50,2.

“Risiko terhadap pertumbuhan produk domestik bruto jatuh ke sisi negatifnya,” kata Qu Hongbin, Ekonom HSBC di Hong Kong.

Dia juga mengatakan pemerintah harus menyempurnakan kebijakan untuk “menstabilkan ekspektasi pasar dan menstabilkan laju pertumbuhan di kuartal mendatang.”

Beijing telah mempertahankan kebijakan moneter yang relatif ketat karena adanya kekhawatiran atas sistem perbankan negara tersebut, karena adanya dua likuiditas yang menurun pada tahun lalu sehingga secara resmi pemerintah akan menerapkan disiplin ketat bagi para kreditur agar tingkat utang dapat lebih terkendali.

Baca juga  Penerimaan Pajak Capai Rp970,2 Triliun di Paruh Pertama 2023

Julian Evans-Pritchard, seorang analis perusahaan riset Capital Economics, mengatakan pengetatan mungkin telah membebani aktivitas manufaktur.

Namun Julian memperingatkan  bahwa bank sentral mungkin akan mempertahankan pendekatan hawkish dan hal tersebut tetap menjadi hambatan utama pada sektor manufaktur.

“Mengingat bahwa risiko kredit tetap menjadi perhatian utama, kami menduga Bank Rakyat Cina akan berusaha untuk kembali ke kebijakan moneter yang ketat,” katanya dalam sebuah catatan penelitian.***RR

Sumber : Industryweek.com