Kondisi pabrik-pabrik di Asia pada Oktober mengecewakan. Pesanan ekspor gagal melejit di tengah kelesuan ekonomi global.
Indeks manajer pembelian (PMI) – patokan industri, melemah di Cina, Korea Selatan, Taiwan, dan Indonesia. India sedikit membaik, namun data keseluruhan membuat ekonom suram.
“Data ini tidak menunjukkan bahwa pemulihan manufaktur yang mengecewakan di Asia tengah mendapat momentum,” kata Krystal Tan, ekonom Capital Economics, firma riset di Singapura, seperti dikutip The Wall Street Journal.
Dari seluruh data Oktober, hanya sedikit yang menggembirakan eksportir. Indeks PMI Cina versi HSBC ditetapkan pada 50,4 naik dari 50,2 pada September. Pembacaan di atas 50 berarti sektor manufaktur tumbuh. Meski demikian, pertumbuhan bisnis ekspor baru turun ke titik terendahnya sejak Juni.
Sementara itu indeks PMI Korea Selatan untuk Oktober terbaca pada 48,7 – bulan ketujuh berturut-turut dengan produksi manufaktur yang turun. Pesanan ekspor baru Korea Selatan juga jatuh dengan laju paling tajam dalam satu tahun lebih.
Tahun ini ekspor Korea anjlok, cerminan lemahnya pertumbuhan di Amerika Serikat dan Eropa yang selama ini menjadi pembeli besar produk-produk elektronik dan lainnya buatan Asia.
Pertumbuhan Cina yang melamban juga berdampak pada ekonomi Asia, mengingat negara Tirai Bambu adalah pasar yang besar bagi produk-produk buatan negara Asia.
Meski demikian Taiwan, eksportir utama produk elektronik lainnya, bernasib lebih baik. Menurut beberapa ekonom, pembuat semikonduktor dan komponen elektronik lainnya di Taiwan diuntungkan oleh kesuksesan penjualan iPhone terbaru buaatan Apple Inc.
Indeks PMI Indonesia jatuh ke 49,2 – terendah dalam 14 bulan – turun dari 50,7 pada September. Para produsen Nusantrara mengeluhkan penurunan pesanan dari luar negeri.
Sementara itu, India kali ini menawarkan harapan. Indeks PMI-nya bangkit ke 51,6 dari 51 pada September. Ini didorong oleh meningkatnya pesanan dari klien di luar negeri. Meski demikian ini masih lebih rendah dari indeks PMI Juli dan Agustus.
Krystal Tan, dari Capital Economics, menunjukkan data positif lainnya untuk Oktober. Harga barang modal, terutama di India, turun drastis. Ini memberi ruang bagi bank-bank sentral di Asia untuk mengurangi bunga pinjaman guna mendorong pertumbuhan.***
Sumber: The Wall Street Journal