Sebagai salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia, PT. Freeport Indonesia (PTFI) sangat fokus dalam membuat proses operasional berjalan seefisien dan seefektif mungkin. Salah satu strateginya adalah membentuk badan tersendiri yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan mempertahankan hasil perbaikan. Badan yang juga merangkap peran sebagai PMO atau Project Management Office tersebut adalah Departemen MIS Application & Business Improvement yang dipimpin oleh Tomy Indarto sejak 2010.
Dalam wawancara eksklusif Shift dengan Tomy beberapa waktu lalu, pria yang bergabung dengan PTFI pada 1998 lalu ini menjelaskan mengenai fungsi departemennya yang melingkupi area business improvement, mining solution delivery, sistem ERP, Management Information System (MIS) dan teknologi informasi. Selain ranah teknis, departemennya juga bertanggung jawab dalam pelaksanaan business process improvement dan manajemen proyek sebagai PMO.
Melihat integrasi antara MIS dan Business Improvement di PTFI, sepertinya inisiatif perbaikan di perusahaan memang sangat terkait dengan teknologi, apakah benar?
Betul. Visi di departemen MIS tidak hanya sebagai solution developer, tapi juga menambah value bagi bisnis inti PTFI. Menambah value itu, pertama, bagaimana kami mengimplementasikan teknologi yang tepat untuk tingkatkan produktivitas dan turunkan cost, itu dari sisi teknologi. Kedua, dari sisi prosesnya, bagaimana proses bersinergi dengan teknologi. Bisa jadi solusinya tidak perlu terlalu teknis, tapi lebih kepada process reengineering atau process improvement. Yang ketiga, harus diperhatikan juga aspek people-nya. Kami bisa merekomendasikan solusi reorganisasi kepada departemen yang menjadi target perbaikan. Jadi intinya, beberapa perbaikan di PTFI memang terkait erat dengan teknologi, aspek bisnis, dan people.
Aplikasinya bagaimana?
Aplikasinya, saya ambil contoh dari proyek yang baru saja kami jalankan, yaitu transformasi sistem ERP (Enterprise Resource Planning). ERP itu sangat penting karena mendukung operasional perusahaan mulai dari core operationhinggasupporting, seperti maintenance, personalia, dan supply chain management.Jadi seperti kami tahu, tipikal organisasi yang bergerak di bidang pertambangan itu kan asset intensive; bagaimana kami bisa mendapatkan ROI (return on investment) secepat mungkin dengan margin sebesar mungkin. Kemudian dari aset yang sudah diivestasikan, bagaimana memastikan produktivitasnya mencapai titikoptimal, dalam hal ini misalnya alat berat atau processing plant.
Tantangannya adalah lokasi tambang yang terpencil. Untuk bisa memastikan aset beroperasi secara optimal, semua aspeknya harus terpelihara dengan baik. Kemudian kami juga butuh orang yang kompeten, yang memiliki skill yang tepat. Yang tak kalah penting juga masalah pasokan spare part. Karena letak asetnya di remote area,kami harus memastikan rantai pasokan untuk spare part lancar. Aspek lain adalah keuangan, bagaimana kami bisa memastikan pengeluaran sesuai target, memenuhi budget dan ROI-nya bisa dihitung. Disitulah pentingnya peran sistem ERP, yaitu mencakup maintenance, operasional, supply chain dan personalia.
Mengapa perlu ada transformasi sistem ERP?
Belasan tambang yang kini dimiliki Freeport-McMoRan, baik tambang yang sudah lama beroperasi maupun tambang baru,sistem ERP yang lama tidak lagi mampu mendukung aktivitas operasional multi-corporate, sehingga harus mencari solusi baru untuk memenuhi kebutuhan bisnis. Peran MIS disini adalah memberikan masukan mengenai teknologi yang tepat, dan menyelaraskannya dengan biaya, keuntungan, besarnya effort, dan kompleksitas aplikasinya.Kami memimpin implementasi sistem ERP yang baru ini dan memastikan kebutuhan bisnis terpenuhi. Selain itu, kami hitung benefit-nya, dan yang paling penting memastikan keberlanjutan hasilnya.
Artinya sistem ERP berperan sebagai pendukung bagi aktivitas business process improvement di PTFI?
Kami sebut sebagai enabler. Artinya tidak menjadi satu-satunya aspek yang membuat bisnis kami berjalan, tetapi menjadi enabler, untuk memampukan dan menjadikan prosesnya lebih efisien. Memang ada investasi yang perlu dikeluarkan. Makanya, departemenkami memiliki fungsi justifikasi untuk menentukan apakah investasi yang dikeluarkan memiliki ekspektasi hasil yang baik dan sesuai dengan kebutuhan.
Transformasi sistem ERP dan inisiatif perbaikan proses lain di PTFI apakah berupa proyek?
Ya, bentuknya proyek. Tapi proyek ERP ini ‘kan tujuannya sudah jelas, jadi kami lebih fokus kepada manajemen proyeknya. Itu satu aspek dari peranyang saya pegang di PTFI. Tujuannya jelas, kami mau implementasi ERP System, bagaimana bisa mencapai tujuan tadi agar secara cost, waktu dan kualitas semua terpenuhi. Ini contoh proyek yang solusinya sudah pasti.
Aspek kedua adalah business improvement, yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan menekan cost sebisanya. Artinya dengan biaya yang lebih kecil, produktivitas tetap sama atau meningkat. Untuk aspek kedua ini, fokusnya bukan kepada manajemen proyek, tapi lebih kepada problem solving management. Untuk proyek seperti ini, solusinya belum pasti. Kami dituntut untuk kreatif dalam menghitung potensi keuntungannya. Tapi sebelumnya, kami harus sepakat bahwa kami punya problem. Lalu harus dihitung tingkat keparahan atau severity-nya. Lalu, harus menghitung potensi keuntungannya, baru kemudian dilakukan analisa penyebab masalah untuk menemukan root cause. Jadi bukan hanya simptom-nya saja yang ditangani.
Setelah menemukanroot cause-nya kamikembangkanpossible options untuk solusinya. Setelahnya kami lakukan analisa, dari opsi-opsi yang ada,kami ukur kompleksitas dan effort-nya, lalu pilih solusi yang paling sesuai. Begitu solusi ditemukan dan disepakati,kami masuk kepada fase implementasi solusi. Baru setelahnya ada proses yang sangat penting,yaitu monitoring dan control, dimana kami melihat apakah betul hasilnya sesuai dengan yang diharapkan dan bisa sustain. Untuk lakukan ini, kami adopsi banyak metodologi Continuous Improvement (CI) yang relevan, jadi tidak hanya fokus kepada salah satu metode seperti Six Sigma, misalnya. (Bersambung di bagian II)