Pernahkah Anda melihat perusahaan yang memiliki performa operasional kelas dunia? Apa yang membuat proses mereka berjalan begitu mulus? Mengapa mesin selalu beroperasi dalam kondisi prima, dan cacat produk menjadi masalah yang jarang ditemukan?

Performa perawatan mesin kelas dunia memiliki sebuah rahasia yang disebut Autonomous Maintenance. Inilah pendekatan yang menjadi kekuatan rahasia dari proses yang mulus dan bebas cacat. Lalu apa yang dimaksud dengan autonomous disini? Maksudnya adalah aktifitas perawatan mesin sehari-hari tidak dilakukan oleh departemen atau staf maintenance. Operator-lah, sebagai orang yang dalam kesehariannya bekerja dengan mesin tersebut, yang bertanggung jawab untuk melakukan perawatan dan perbaikan ringan. Fokus perawatan yang dilakukan oleh operator mencakup pembersihan, inspeksi, lubrikasi, pemantauan dan tugas-tugas ringan lainnya yang biasanya ditangani oleh staf khusus maintenance.

Sayangnya, kebanyakan operator memiliki rasa ownership yang rendah terhadap mesin. Filosofi konvensional yang ada di kepala mereka adalah “Saya menjalankan mesin, mereka memperbaikinya”, atau “Saya melakukan aktifitas produksi, mereka menangani kerusakan.”

Perusahaan yang masih memegang konsep tradisional menjadi terlalu terikat dengan prinsip ini, dan mengalami kesulitan untuk berubah.  Di perusahaan world-class, operator menjadi sang pemilik aset, yang memiliki fokus untuk selalu merawat mesin, dan menjadi figur sentral dalam Overall Equipment Effectiveness (OEE).

Apa itu Autonomous Maintenance?

Autonomous Maintenance adalah pilar kedua dari delapan pilar TPM atau Total Productive Maintenance, yang diterapkan dalam proses manufaktur. Implementasinya dilakukan dengan pendekatan terstruktur untuk meningkatkan level keterampilan karyawan, hingga mereka mampu memahami, mengelola, dan memperbaiki proses dan mesin yang berada di area tanggung jawab mereka. Intinya, operator harus mampu melakukan perawatan dan perbaikan ringan terhadap mesin-mesin yang mereka operasikan setiap hari.

Baca juga  Membangun Budaya Inovasi untuk Ciptakan Keunggulan Bisnis 

Tujuan dari autonomous maintenance adalah mendorong operator untuk berlaku cepat tanggap dan proaktif dalam pemeliharaan mesin, agar mesin selalu berada dalam performa terbaiknya. Operator diharapkan mampu melakukan perbaikan atas kerusakan kecil atau pemeliharaan sederhana atas mesin. Dengan demikian, tenaga maintenance dapat lebih fokus untuk kasus kerusakan yang lebih serius. Dengan terpeliharanya mesin, maka kondisi optimal dan sense of ownership akan dapat tercipta. Tentu saja, pendekatan ini juga akan membantu mengurangi potensi cacat dan breakdown mesin.

Bagaimana Membuat Operator Terlibat

Performa dan efektifitas kegiatan pemeliharaan di pabrik sangat bergantung kepada operator; mereka bisa membangun atau sebaliknya, menghancurkannya. Tanpa mengorbankan aktifitas produksinya, operator dapat dengan mudah mencegah breakdown mesin, memprediksi kesalahan dan memperpanjang usia mesin. Syaratnya, operator harus merasa memiliki dan “mengenal lebih dekat” mesin yang mereka operasikan setiap hari.

Untuk mencapai kondisi tersebut, operator harus sangat memahami mesin, dan hal itu membutuhkan pelatihan yang intensif. Misalnya, operator harus bisa membedakan, mana proses yang normal dan mana yang abnormal. Mereka harus memahami apa saja yang harus mereka dengar dan perhatikan. Mereka harus tahu bagaimana menjaga mesin beroperasi dengan normal (misalnya dengan memberi pelumas secara rutin, memantau tanda-tanda vital dan mencatat abnormalitas). Operator diharapkan untuk bisa memperbaiki masalah-masalah minor, dan menyerahkan masalah major kepada departemen maintenance. Segala kemampuan ini tidak dengan instan dimiliki operator; mereka harus mendapat pendidikan.

Operator juga harus diajarkan mengenai bagaimana, kapan, dan bagian mana yang harus diberi pelumas, dan juga metode terbaik untuk memeriksa kualitas lubrikasi. Mau tidak mau, operator harus membiasakan diri membersihkan dan menginspeksi mesin; mereka harus banyak belajar, dan sebuah perusahaan world-class tidak akan ragu untuk berinvestasi di area ini. Tanggung jawab pemeliharaan mesin harus diintegrasikan kedalam deskripsi pekerjaan setiap operator, untuk mencapai keadaan maintenance excellence.

Pelatihan yang diberikan kepada operator meliputi seminar di dalam kelas dan pelatihan on-the-job. Dengan demikian, mereka akan mampu melihat mesin dari sudut pandang maintenance, disamping sudut pandang operator yang telah mereka miliki. Mereka akan memahami titik kritis di setiap mesin yang mereka operasikan; yaitu area dimana terdapat potensi kerusakan dan hubungan antara abnormalitas dalam proses dan akar dari setiap masalah.

Baca juga  Case Study Lean Management di DBS

Dalam proses menjadi equipment-savvy, perlahan sense of ownership akan muncul dalam diri operator. Dengan adanya perasaan memiliki, operator akan memahami peran mesin dalam memproduksi output yang berkualitas, dan betapa hubungan antara operator dan mesin akan mendukung target perusahaan. Sebuah perasaan baru berupa kepercayaan diri karena mampu mendiagnosa masalah secara akurat dan memberikan solusi akan muncul. Operator akan berkembang menjadi pemecah masalah yang lebih kreatif, seiring dengan peran baru mereka.

Bagaimana Memulai Inisiatif Autonomous Maintenance?

Inisiatif autonomous maintenance dapat dilaksanakan dalam tiga fase. Pelaksanaannya dilakukan oleh tim dan pembimbing tim yang dalam kesehariannya bekerja dengan mesin yang menjadi objek dalam implementasi ini.

Fase Pertama

Pada fase ini, tim yang terdiri atas operator lapangan akan belajar mengenai pemeliharaan mesin dan bagaimana menjaga kondisi mesin tetap prima dengan melakukan restorasi rutin dan menghilangkan penyebab kerusakan pada mesin. Tim akan menyingkirkan semua sumber kontaminasi mesin. Pada tahap ini, tim diperkenalkan dengan standar-standar yang mengatur aktifitas pembersihan, perawatan, inspeksi, pengencangan, dan lubrikasi untuk memastikan kondisi mesin tetap prima.

Fase Kedua

Pada fase ini, tim akan mendapatkan pelatihan khusus mengenai prinsip-prinsip operasional, sehingga pengetahuan dan keterampilan mereka untuk memperbaiki mesin akan bertambah. Setelah fase ini selesai, tim akan sudah memahami cara-cara melakukan perbaikan dan peningkatan kondisi mesin dan bagaimana menjaga mesin tetap pada performa yang baik.

Fase Ketiga

Pada fase ini, operator mengambil ownership atas mesin yang berada dibawah tanggung jawab mereka, dan secara berkelanjutan terus menjaga atau meningkatkan kondisi serta performa mesin. Dengan demikian, losses akibat machine breakdown akan berkurang, dan performa proses akan meningkat. Pada titik ini, proses operasional bisa lepas dari ketergantungan kepada staf maintenance, dan staf maintenance bisa lebih fokus untuk menangani kerusakan atau perawatan yang lebih kompleks.

Baca juga  Siklus Lima Langkah untuk Transformasi Perusahaan

Lalu apa keuntungan yang akan didapat dengan menerapkan Autonomous Maintenance? Simak semua manfaat autonomous maintenance disini.***