Siapa tak kenal Sherlock Holmes? Banyak orang mengenalnya sebagai karakter detektif swasta, atau ilmuwan ahli forensik yang cerdas. Tetapi mungkin tak ada yang mengenal Holmes sebagai seorang ahli dalam menggunakan prinsip Six Sigma. Tak percaya?
Ketika asisten Holmes yang bernama Dr. Watson bertanya bagaimana Holmes dapat melihat lebih banyak ketika mereka berdua melihat fakta yang sama dengan mata yang sama, Holmes pun menjawab, “Anda lihat tapi Anda tidak mengamati. Jelas Perbedaannya,” jawab Holmes. Sebuah kebenaran mendasar tentang Six Sigma.
Holmes kemudian bertanya pada Watson berapa banyak tangga menuju apartemen mereka. Meski sudah menaiki tangga itu ratusan kali, Watson mengatakan bahwa dia tidak tahu. “Begitulah,” kata Holmes. “Meskipun Anda sudah melihat, namun Anda belum mengamati.”
Sama halnya dengan Six Sigma yang membutuhkan lebih banyak pengamatan daripada hanya melihat bagaimana sebuah proses bekerja. Ini menuntut pengamatan terfokus yang membantu tim proyek memahami proses dan bagaimana hal itu dapat ditingkatkan.
Pentingnya pengumpulan fakta dan informasi
Sherlock Holmes dikenal sebagai orang yang mengambil kesimpulan secara deduktif berdasarkan informasi yang ia kumpulkan. Ia pun bersemangat secara aktif mengumpulkan jawaban yang ia butuhkan untuk menyelesaikan sebuah kasus. Setelah berkonsultasi dengan klien, Holmes sering kali menyamar dan kembali keesokan harinya dengan fakta-fakta kritis yang didapatnya dengan cara mendekati masalahnya atau mengidentifikasi orang penting dalam cerita tersebut.
Sama dengan Six Sigma, tentu saja tanpa jenggot dan hidung palsu, tim secara aktif mengumpulkan data dengan memanfaatkan informasi dari database organisasi, survei, wawancara, catatan pendengaran dan pengamatan. Tim juga mencatat informasi tentang proses di lembar cek dan lembar data.
Tim proyek Six Sigma yang mengetahui fakta dan asumsi sederhana, terus menggali lebih dalam data untuk mengungkapkan bagaimana prosesnya benar-benar berjalan, lebih mampu mengidentifikasi dan memecahkan masalah sebenarnya.
Memanfaatkan jaringan yang luas
Sherlock Holmes tidak selalu mengandalkan kejeniusannya sendiri untuk memecahkan kejahatan. Terkadang dia meminta bantuan dari kelompok yang paling tidak terpikirkan oleh siapapun, seperti tentara dan gelandangan. Ketika Holmes membutuhkan informasi yang tidak dapat dia dapatkan sendiri, dia memasukkan jaringan anak-anak yatim piatu dan memberi puluhan pasang mata dan telinga di jalan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.
Pakar Six Sigma pun menciptakan jaringan intelijen mereka sendiri untuk mengikuti apa yang terjadi di perusahaan dengan memasukkan green belt, yellow belt dan white belt pada tim proyek. Kekuatan kunci Six Sigma adalah penekanan bahwa hal ini tak hanya mencakup tim kepemimpinan tetap juga dirancang untuk mendapatkan masukan yang bernilai dari pekerja garis depan. Ini mencakup seluruh peran aktif dari semua bagian perusahaan, yang memberi tim Six Sigma beragam perspektif dalam prosesnya.
Saat menghadapi sebuah masalah dan ingin menerapkan Six Sigma dalam mengatasinya, Anda bisa tanyakan pada diri sendiri, “Apa yang kira-kira akan dilakukan Sherlock Holmes dalam situasi seperti ini?”, atau jika ingin lebih mudah, serahkan pada SSCX International, konsultan terkemuka di Asia yang telah memberikan pelatihan Lean Six Sigma kepada ratusan organisasi di Asia Pasifik, dari perusahaan kecil hingga perusahaan besar yang terdaftar dalam Fortune 500. Klik www.sscxinternational.com untuk info lebih lanjut.