Asuransi jiwa, kesehatan, dan kesehatan gigi yang diberikan kepada pensiunan dari Kodak menghabiskan biaya US$ 10 juta perbulan. Kini tunjangan-tunjangan itu akan dihilangkan untuk menyelamatkan perusahaan fotografi tersebut pada akhir tahun ini, sesuai dengan kesepakatan dengan komite pensiun.

Eastman Kodak ingin memotong tunjangan pensiun karyawannya sebagai bagian dari program restrukturisasi untuk memulihkan keuangan perusahaan fotografi pionir yang telah berusia seabad itu. Hal tersebut dilakukan untuk menyelamatkan Kodak dari kebangkrutan.

Untuk membayar kewajibannya sebesar US$ 1,2 milyar, Kodak akan memberikan uang tunai kepada komite sejumlah US$ 7,5 juta, klaim tanpa jaminan senilai US$ 635 juta, dan klaim administratif sebesar US$ 15 juta.

Kodak mengatakan bahwa “tindakan ini, walaupun akan menimbulkan tantangan dari pihak pensiunan, sangat diperlukan dan merupakan bagian dari program untuk mengembalikan perusahaan ke jalan yang benar. Yaitu perusahaan yang profitable, sustainable.”

Perjanjian yang telah memperoleh persetujuan final dari pengadilan akan “menghilangkan kebutuhan litigasi yang mahal dan memakan waktu lama.”

Kodak yang dinyatakan bangkrut pada Januari 2012 lalu juga berencana untuk mem-PHK 3900 karyawan pada akhir tahun ini. Perusahaan itu juga akan menjual bisnis consumer film nya dan fokus kepada digital printing, grafis, hiburan, dan film komersil.

Eastman Kodak didirikan pada 1892 di Rochester, New York. Perusahaan tersebut segera menuai sukses dalam mempopulerkan kamera, film, slide projector, dan home video. Di puncak kejayaannya pada era 80-an, Kodak memiliki 145.000 karyawan. Namun pada tahun-tahun kemunduran, kemunculan dan kepopuleran kamera digital memaksa mereka untuk menutup 13 pabrik dan 130 processing lab sejak 2003.

Perusahaan tersebut merupakan pionir dalam riset digital photography pada pertengahan era 1970-an. Namun sebuah perusahaan manufaktur Asia mencuri marketnya pada tahun 1990-an dan Kodak gagal menangkap urgensi untuk keluar dari lini bisnisnya yang lama.

Baca juga  Mengapa "Resep Sukses" Saja Tidak Cukup untuk Membawa Perubahan

Agence France-Presse, 2012.