Sibuk Setiap Hari, Tapi Target Tak Tercapai
Jam kerja habis, tapi to-do list masih panjang.
Lembur tiap minggu, tapi hasil masih kurang.
Setiap orang kelihatan sibuk—bergerak terus, multitasking, berpindah-pindah.
Tapi saat angka performa dibuka,
hasilnya tidak berbanding lurus dengan kesibukan.
Karena ternyata… sibuk ≠ produktif.
Dan Lean melihat ini sebagai gejala yang serius.
Kesibukan Tak Selalu Bernilai
Ada yang tampak bekerja keras, tapi sebenarnya hanya:
- Menunggu proses lain selesai
- Mengerjakan ulang pekerjaan karena sebelumnya salah
- Mencari alat, dokumen, atau informasi
- Memindahkan barang yang tidak langsung dibutuhkan
- Mengisi laporan yang tak pernah dibaca
Semua itu terlihat seperti kerja.
Tapi tidak menambah nilai.
Lean Mengajak Anda Bertanya
Lean tidak menyuruh Anda bekerja lebih keras.
Lean mengajak Anda bekerja lebih jelas.
Coba tanya:
- Apa pekerjaan saya hari ini benar-benar dibayar oleh pelanggan?
- Apakah saya hanya sibuk atau saya menyelesaikan sesuatu?
- Proses mana yang membuat tim saya lelah tapi tidak berdampak?
Bekerja Tanpa Waste, Bukan Tanpa Istirahat
Lean bukan soal menekan orang agar kerja lebih banyak.
Justru sebaliknya: Lean memotong pekerjaan yang tidak perlu,
agar Anda bisa fokus pada yang benar-benar penting.
Lean adalah seni membedakan antara sibuk dan bernilai.
Karena yang dihargai pelanggan bukan upaya kita—tapi hasilnya.
Artikel ini merupakan pengembangan dari e-book “Belajar Lean” karya Riyantono Anwar (2015)