Lean Manufacturing yang selama ini kita kenal berasal dari filosofi produksi Jepang, yang pertama kali diterapkan di Toyota. Namun ide mengenai tujuan dasar dari Lean Manufacturing itu sendiri telah terpikirkan jauh sebelum Toyota terbentuk.
Tersebutlah Benjamin Franklin (17 Januari 1706 – 17 April 1790), salah satu pendiri negara Amerika Serikat, yang juga seorang aktor, editor, penulis, pemikir, politisi, postmaster, ilmuwan, musisi, penemu, satiris, aktifis sipil, pejabat negara dan diplomat.
Sebagai penulis, Franklin mempublikasikan almanak tahunan, Poor Richard’s Almanac, pada tahun 1739 hingga 1758. Dalam publikasi tersebut ia memakai nama samaran, yaitu “Richard Saunders” atau “Poor Richard”.
Almanak tersebut berisi informasi mengenai cuaca, astronomi, kalender, kutipan, ide-ide, puisi, dan pemikiran-pemikiran Franklin. Salah satu pemikirannya merupakan ide dasar yang menjadi pondasi Lean Manufacturing, yaitu pemikiran mengenai waste reduction. Dalam almanak tersebut, pembaca bisa menemukan ide yang mengemukakan buruknya pemborosan waktu yang akan menimbulkan banyak kerugian, “He that idly loses 5s. worth of time, loses 5s., and might as prudently throw 5s. into the river” (Dia yang diam kehilangan 5 shilling yang senilai dengan waktu (yang hilang), kehilangan 5 shilling; dan mungkin akan lebih baik jika melemparkan 5 shilling tersebut ke sungai).
Franklin juga menambahkan bahwa mengurangi biaya (yang kurang penting) akan lebih menguntungkan daripada meningkatkan penjualan. “A penny saved is two pence clear. A pin a-day is a groat a-year. Save and have.” (satu penny yang dihemat berarti dua pence yang dihasilkan. Satu pin dalam sehari adalah satu groat (koin perak) dalam setahun. Simpan, maka Kamu akan memiliki)
Di samping Almanac, The Way to Wealth, publikasi Franklin yang lain memaparkan lebih lanjut mengenai pemborosan inventori yang tidak perlu:
“You call them goods; but, if you do not take care, they will prove evils to some of you. You expect they will be sold cheap, and, perhaps, they may [be bought] for less than they cost; but, if you have no occasion for them, they must be dear to you. Remember what Poor Richard says, ‘Buy what thou hast no need of, and ere long thou shalt sell thy necessaries.’ In another place he says, ‘Many have been ruined by buying good penny worths’.”
(Kamu menyebut mereka komoditi; tapi jika kamu lalai, mereka akan membawa keburukan bagi sebagian besar dari Kamu. Kamu mengharapkan akan menjual mereka dengan harga murah, dan mungkin mereka dibeli lebih murah daripada harga produksinya. Namun jika Kamu tidak punya kepentingan dengan mereka (tidak bisa menyalurkan komoditas tersebut ke pasaran), mungkin mereka akan memberatkan Kamu. Ingatlah apa yang dikatakan Poor Richard: ‘Belilah apa yang tidak kamu butuhkan, dan sebelumnya kamu akan menjual semua yang kamu butuhkan.’ Ia (Richard) juga mengatakan ‘Banyak yang telah hancur karena memberi barang yang hanya bernilai penny (tidak bernilai).’)
Henry Ford menyebut Franklin sebagai pemberi pengaruh terbesar baginya dalam praktek bisnis yang ia jalani, termasuk Just-In-Time Manufacturing.