Apa saja best practice yang dapat dicontoh untuk meningkatkan kecepatan dan akurasi dalam meraih operational excellence?

Sebagai pondasi bagi seluruh aktifitas pertambangan, sebuah mine plan merupakan suatu refleksi yang paling akurat bagi keadaan struktur geologis tanah, kapabilitas proses pertambangan, keberagaman komoditas dan permintaan pasar, yang akan menentukan produktifitas, pediktabilitas, dan profitabilitas tambang.

Untuk memaksimalkan profitabilitas dari sebuah tambang, para perencana (planner dan scheduler) dituntut untuk dapat membuat mine plan seakurat mungkin, yang mampu mengoptimasi produksi dalam setiap tahap, dari mulai area pertambangan hingga pasar.

Waktu dan tenaga yang terbuang akibat perubahan struktur geologis yang tidak terantisipasi, atau downtime yang terjadi akibat kurangnya ketersediaan mesin dan peralatan yang diperlukan dalam proses produksi adalah suatu pemborosan (waste) yang costly dan tidak dapat diterima.

Untuk memastikan akurasi mine plan, perusahaan harus memperhatikan beberapa hal, diantaranya:

  • Sampel geologis dan data mengenai keadaan situs pertambangan
  • Kapasitas produksi dalam setiap tahapan proses
  • Manpower, mesin dan peralatan yang tersedia
  • Permintaan pasar dan harga pasaran komoditas tambang
  • Asumsi biaya produksi
  • Kesehatan dan keselamatan pekerja

Mine planning dan scheduling yang dilakukan berdasarkan best practice bertujuan untuk memberikan pemahaman yang menyeluruh akan proses pertambangan, untuk seakurat mungkin memperhatikan seluruh variabel yang signifikan, memperpendek waktu antara pengambilan sampel geologis dan remodelling mine plan, meminimalisir biaya produksi, mengoptimalkan output berdasarkan permintaan pasar dan harga komoditas (pull system), dan memungkinkan para insinyur pertambangan untuk lebih fokus kepada tujuan strategis seperti continual improvement dan operational excellence.

Apa saja best practice yang dimaksud?

1) Best Practice: Pemahaman akan proses mine planning

Proses mine planning untuk setiap tambang pastinya berbeda-beda, namun secara umum terdapat suatu workflow yang umum dilakukan, antara lain:

  • Perhatikan drill hole dan hasil survey tambang untuk mengukur struktur geologis. Analisa sampel dari bahan-bahan kimia yang terkandung dalam deposit.
  • Membuat model geologis dari struktur dan kandungan kimia yang disarikan dari data yang ada.
  • Mendesain mining-blocks tiga dimensi yang merefleksikan mine control plan; ukurannya harus sesuai dan dapat memberikan resolusi yang layak bagi kegiatan mine scheduling.
  • Estimasi kualitas dan kuantitas resource yang terkandung dalam mining block dan pergunakan data tersebut untuk membuat jadwal produksi yang terencana.
Baca juga  Koin Jagat, Inovasi Gamifikasi yang Viral di Era Digital

2) Identifikasi bottleneck pada proses perencanaan

Setiap tahapan dalam proses mine planning dan teknik yang digunakan dalam membuat jadwal dan perencanaan tersebut harus dianalisa dengan tujuan utama menemukan titik-titik yang berpotensi menciptakan bottleneck. Cara tercepat adalah dengan menaruh perhatian kepada proses, dengan melihat area pada proses yang terhalang oleh input.

3) Meningkatkan akurasi

Untuk meningkatkan akurasi dalam mine planning, perusahaan harus melakukan continuous improvement pada model geologis, yang merupakan landasan bagi mine plan. Menyatukan data pertambangan yang baru dengan model geologis dapat membantu mereduksi variasi yang terjadi antara tahap perencanaan dengan tahap produksi yang sesungguhnya. Apa yang direncanakan haruslah mencerminkan dengan cukup jelas mengenai apa yang akan diproduksi. Pada tahap ini, performa yang cakap adalah kritikal bagi kelangsungan produksi tambang, khususnya di masa-masa ekonomi yang sulit.