Indeks Pertumbuhan Manufaktur Indonesia (Indonesia Manufacturing PMI) telah meningkat ke level 51.1 dari sebelumnya yang sebesar 50.1. Di lain pihak, BPS juga merilis data pertumbuhan produksi industri manufaktur Indonesia kelas sedang-besar yang tercatat tumbuh 3,76% pada kuartal I/2014, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2013.
Pada Januari- Maret 2013, indeksnya hanya sebesar 112,94, sedangkan Januari- Maret 2014 117,18, sehingga secara y-o-y naik 3,76%. Namun apabila dibandingkan dengan kuartal IV/2013, besaran tersebut turun 0,02%.
Kenaikan tersebut dijelaskan secara rinci, dan menerangkan industri pengolahan selama tiga bulan pertama 2014 naik 17,78%, industri farmasi, produk obat kimia dan obat herbal naik 15,41%, serta industri mesin dan perlengkapannya naik 9,73%. Namun demikian, ada juga industri yang mengalami penurunan. Beberapa diantaranya yaitu industri jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan turun 3,13%, industri tekstil turun 5,88%, dan industri Percetakan & reproduksi media rekaman turun menjadi 8,77%.
Sementara itu, data terpisah mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Maret naik di luar dugaan. Tercatat, neraca perdagangan mengalami surplus senilai US$673 juta. Nilai ekspor Maret 2014 mencapai US$15,21 miliar, naik 3,95% dari bulan sebelumnya. Dibandingkan dengan Maret 2013, ekspor naik 1,24%. Ekspor nonmigas naik signifikan sebesar 5,59%, menjadi US$12,57 miliar.
Secara keseluruhan, Ekspor Januari-Maret adalah sebesar US$44,32 miliar, atau turun 2,42% dari tahun lalu. Dari sisi negara tujuan, pangsa pasar ekspor terbesar adalah China senilai US$4,93 miliar, AS Us$3,83 miliar, dan Jepang US$3,57 miliar. Ekspor nonmigas ke Asean senilai US$7,08 miliar dan ke Uni Eropa sebesar US$4,16 miliar.
Dua kelompok barang yang masih mendominasi ekspor Indonesia adalah bahan bakar mineral atau batu bara senilai US$5,63 miliar, serta CPO sebesar US$5,29 miliar.
Secara rinci, ekspor menurut kelompok barang selama Januari-Maret, barang industri naik 3,5% menjadi US$29,27 miliar dengan share sebesar US$66,05%, barang pertanian naik menjadi US$1,28 miliar dengan share 2,88%, barang tambang turun 24,2% menjadi US$5,9 miliar dengan share 13,31%, dan ekspor migas turun menjadi US$7,87 miliar dengan share 17,76%.
Menurunnya ekspor migas dan meningkatnya ekspor komoditas industri menunjukkan industri berupaya menggenjot ekspor setelah mineral mentah dilarang untuk ekspor.***
Sumber: vibiznews.com/Regi Fachriansyah / Jul Allens.