Untuk mencapai nilai yang nyata dari inisiatif perbaikan terus-menerus, perusahaan harus bergerak melalui fokus utama pada metode dan tools yang digunakan. Teknik Lean Six Sigma (LSS) telah diadopsi oleh sebagian besar perusahaan di berbagai bidang industri. Namun, sebesar 50 hingga 70 persen inisiatif tersebut berakhir pada kegagalan untuk mencapai potensi mereka, menemui jalan buntu dan berhenti di tengah jalan setelah mulai melakukan perbaikan awal.
Perlu diketahui bahwasanya prinsip utama untuk melakukan transformasi bisnis ada 3:
- Perilaku kepemimpinan lean yang benar-benar mampu memberdayakan karyawan
- Memastikan perbaikan dapat terhubung dengan menyelaraskan inisiatif strategi bisnis utama
- Membuat target yang melampaui pengurangan biaya menuju tingkat persaingan yang berdasarkan waktu dan layanan
Namun, selalu ada hambatan yang signifikan yang harus diatasi untuk mewujudkan suatu perubahan.
Pemimpin Harus menjadi Panutan – Panutan Perubahan Lean Leadership
Pemimpin harus bersikap terbuka untuk belajar dan merubah diri mereka sendiri, serta mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung untuk orang-orang di sekeliling mereka. Inilah mengapa metode dan tools dari Lean Six Sigma bila digunakan secara isolatif tidak akan cukup untuk memberikan informasi transformasi. Sebaliknya, metode dan tools tersebut harus digunakan sebagai bagian dari pendekatan yang lebih luas untuk mendorong perbaikan secara terus-menerus. Panutan dari Lean Leadership mengartikulasikan evolusi penyebaran lean di hampir sebagian besar organisasi.
Menetapkan standar yang ketat, seperti kegiatan audit pada awalnya akan memberikan hasil yang kuat, tetapi seiring waktu akan berdampak pada proses perbaikan yang menjadi lambat. Untuk mampu menembus ‘dinding’, dibutuhkan metode pendekatan yang berbeda untuk setiap kepemimpinan. Kepemimpinan harus fokus pada memperkuat perilaku lean melalui pembinaan (coaching) yang situasional, misalnya saat on-the-job. Waktu yang dihabiskan di Gemba (waktu yang dihabiskan untuk mengobservasi dari lantai pabrik) untuk coaching teams dan mendukung perbaikan terus-menerus harus menjadi prioritas utama, dan harus ditunjukkan secara konsisten.
Bagaimana Memecah ‘Silo’ dalam Organisasi
Tim, menurut definisinya, merupakan sebuah kelompok yang saling bertanggung jawab dengan berbagai keterampilan yang saling melengkapi, berkomitmen untuk tujuan yang sama. Namun, tim senior sering diperlakukan sebagai kelompok yang berbeda dengan performa kerja yang lebih tinggi.
Menemukan tujuan bersama yang jelas terkadang sulit dilakukan. Namun pada kenyataannya, transformasi itulah yang menjadi tujuan tersebut. fokus utamanya adalah mendorong terciptanya perbaikan kinerja di seluruh aliran nilai sekaligus menciptakan tempat yang bermanfaat bagi semua orang yang bekerja. Hal ini akan menghasilkan sebuah organisasi dengan kinerja yang tinggi juga menciptkana lingkungan untuk perbaikan secara terus menerus yang lebih terarah.
Mengintegrasikan transformasi bisnis langsung kepada manajemen performa kerja menjadi kunci utama yang mengarah kepada hasil akhir, yang akan melibatkan seluruh organisasi. untuk berhasil mencapai target, tim harus bekerja sama untuk mengurangi risiko dan dan saling mendukung dalam melaksanakan inisiatif perbaikan.
Organisasi yang Memberikan Perubahan Terbaik
Mereka yang berhasil melakukan dan mengembangkan perubahan dengan baik cenderung memiliki nilai-nilai yang kuat dan konsisten dalam pendekatan yang dilakukan untuk mendorong performa kerja dan menerapkan perubahan, perilaku kepemimpinan mereka, dan fokus pada dampak jangka panjang. Perilaku kepemimpinan mereka harus mendukung nilai-nilai organisasi dan harus spesifik terhadap tujuan organisasi, serta relevan untuk semua orang dengan tanggungjawab mereka masing-masing, dari para eksekutif hingga pemimpin tim.
“Perilaku paling buruk yang Anda tunjukkan adalah yang terbaik yang bisa Anda harapkan dari orang lain.” Pernyataan tersebut merupakan pernyataan yang kuat, dan sepenuhnya benar. Sebuah organisasi tidak bisa memiliki beberapa standar sikap kepemimpinan sekaligus jika mengharapkan untuk dapat menciptakan cara kerja yang konsisten dan budaya kerja yang memberikan terobosan.***