Carlos Ghosn membangkitkan Nissan dari kondisi yang hampir bangkrut pada tahun 1999; ia juga merupakan motor bagi Renault sejak 2005, dan telah digambarkan sebagai superhero di buku komik buatan Jepang.

Carlos Ghosn tidak begitu saja mendapat predikat superstar di Jepang. Ketika tiba di Tokyo pada tahun 1999 untuk menyelamatkan Nissan dari jurang pailit, ia mendapat banyak kritik pedas ketika ia memotong sekitar 20.000 pekerjaan dan menutup assembly plants.

Tapi lama-kelamaan tindakan Ghosn yang radikal mulai membuahkan hasil. “Nissan Revival Plan” telah bekerja; ia menyelamatkan manufaktur mobil tersebut dari kebangkrutan, setahun lebih awal daripada perkiraan. Ia menjadi seorang pahlawan.

Apa yang dilakukan Ghosn adalah dengan mengubah sebagian besar struktur di Nissan, dan secara dramatis melawan budaya perusahaan yang telah lama berlangsung. Yang paling terkenal adalah tindakannya mengakhiri ketergantungan Nissan dengan jaringan supplier sparepart dengan kepemilikan silang di Nissan, yang dalam operating model di Jepang disebut “keiretsu”. Dengan mengenyahkan keiretsu membuat Ghosn populer dengan sebutan Keiretsukiller.

Ia mengubah bahasa umum perusahaan, dari bahasa Jepang ke bahasa Inggris, juga menempatkan beberapa eksekutif berkebangsaan Eropa dan Amerika dalam posisi strategis global di Nissan. Karena inisiatif dan determinasinya dalam mengubah kultur di Nissan, Ghosn disetarakan dengan Jendral Douglas McArthur (komandan tentara AS yang secara radikal mengubak struktur politik dan ekonomi di Jepang selama pendudukan Perang Dunia II).

Kala itu, Ghosn amat disanjung di Jepang, seperti sanjungan yang biasanya didapatkan oleh bintang rock atau bintang sepakbola. Ia bahkan seringkali dicegat oleh fans yang meminta tanda tangan. Seorang komikus juga membuat karakter komik Ghosn dalam cerita komik yang berjudul “The True Story of Carlos Ghosn”.  Wajahnya sering menghiasi majalah bisnis di Jepang, dan menjadi inspirasi bagi para penulis. Ia sendiri juga pernah menulis buku.

Pria berdarah Brazil-Lebanon ini mengenyam pendidikan teknik di Ecole Polytechnique and Ecole des Mines de Paris di Perancis. Ghosn yang lahir pada tahun 1954, menguasai berbagai bahasa termasuk Perancis, Arab, Inggris, Portugis dan Jepang, yang menurut para ahli menjadi salah satu kunci sukses bisnisnya.

Karirnya dalam otoindustri dimulai pada tahun 1978, di perusahaan ban terbesar Eropa, Michelin, dimana ia bekerja selama 18 tahun, menjabat sebagai plant manager, dan kemudian naik menjadi COO.

Ia mengepalai Michelin di Amerika Selatan dan Amerika Utara selama masa kerjanya di perusahaan tersebut, dan membawa kesuksesan bagi keduanya. Ia lalu bergabung dengan Renault pada tahun 1996 sebagai executive vice president, dan dikirim ke Jepang untuk menyelamatkan Nissan tiga tahun kemudian.

Pada bulan Mei 2005, ketika masih mengepalai Nissan, ia memperoleh tampuk kekuasaan di perusahaan mobil perancis, Renault, yang memiliki 43.4% saham Nissan. Ia dijuliki “Samurai” dan “Le Cost Killer” untuk reputasinya merestrukturisasi perusahaan. Tidak hanya sebagai CEO Nissan dan Renault, juga di Alcoa, Sony dan IBM.

Dua Perusahaan di Satu Tangan

 Menjalankan dua perusahaan raksasa sekaligus membuat Ghosn harus membagi waktunya antara Paris dan Tokyo; mengatur jadwal meeting, kunjungan plant dan dealer, dan menghadiri berbagai pameran mobil di seluruh dunia. Namun disamping kehidupan profesionalnya yang sibuk, ia masih sempat meluangkan banyak waktu bersama keluarganya__istrinya Rita, dan anak-anaknya, Caroline, Nadine, Maya dan Anthony.

Ghosn juga bukan tipe orang yang suka dengan kebiasan bekerja berlebihan. Di Nissan Advanced Technology Center di Yokohama, semua pegawai diminta pulang sebelum jam 8 malam, untuk mencegah workaholisme di kantor.

Untuk segala pencapaian dan kinerjanya, Ghosn dinobatkan sebagai Man of the Year 2002 oleh media Perancis, Le Journal de l’Automobile dan Businessman of the Year oleh majalah Fortune dalam tahun yang sama. Namun momen teristimewa bagi Ghosn adalah saat ia dinobatkan sebagai Father of The Year oleh Japanese community group di tahun 2001.

Profil Nissan dan Renault

Renault adalah produsen mobil asal Perancis, yang memproduksi mobil dan van. Perusahaan ini berpusat di Boulogne-Billancourt. Renault memiliki perusahaan produsen mobil Rumania, Automobile Dacua, dan produsen mobil Korea, Renault Samsung Motors. Renault juga memiliki subsidiary, yaitu RCI Banque (perusahaan pembiayaan) dan Motrio (produsen part otomotif). Renault Trucks telah menjadi bagian dari Volvo Trucks sejak 2001.

Nissan Motor Company Ltd. adalah perusahaan produsen mobil multinasional yang berpusat di Jepang. Ia adalah anggota inti Nissan Group, namun telah merdeka setelah restrukturisasi yang dilakukan CEO Carlos Ghosn.

Dahulu mereka memasarkan mobil merk “Datsun”. Pada tahun 2011, headquarter global dipindah ke Nishi-ku, Yokohama. Pada tahun 1999, Nissan bekerjasama dengan Renault S.A., produsen mobil Perancis. Renault memiliki sekitar 43.4% saham Nissan, sedangkan Nissan memiliki 15% saham Renault (2008). Nissan berbagi market share terbesar bersama Honda dan Toyota di pasar Amerika, yang nilainya hampir menyamai “The Big Three” General Motors, Ford, dan Chrysler. Di Jepang, Nissan merupakan produsen mobil terbesar kedua (2011), melampaui Honda, dimana Toyota masih menempati posisi nomor satu. Nissan juga memproduksi brand luxury line, Infiniti.

Highlight:

Tidak banyak pebisnis yang bisa mendapatkan status superstar seperti Carlos Ghosn. Tidak banyak juga pebisnis yang mampu menempatkan kepalanya dalam helm dua perusahaan besar sekaligus. Ghosn membangkitkan Nissan dari kondisi yang hampir bangkrut pada tahun 1999; ia juga merupakan motor bagi Renault sejak 2005, dan telah digambarkan sebagai superhero di buku komik buatan Jepang.