Total E&P Indonesie mengonfirmasikan, Chairman dan CEO Total SA, Christophe de Margerie, tewas pada 20 Oktober sekitar 22.00 waktu Paris atau Selasa (21/10) 03.00 WIB.

Seperti dilansir Industryweek.com, CEO salah satu perusahaan oil&gas asal Prancis itu meninggal ketika pesawat yang ditumpanginya jatuh di Bandara Vnukova, Moskow setelah sebelumnya menabrak kendaraan pembersih salju.

Dalam kejadian tersebut empat orang meninggal dunia, yakni tiga awak pesawat dan Christophe de Margerie. “Kami kehilangan seorang pemimpin industri migas yang visioner, seorang tokoh luar biasa yang kaya akan semangat kemanusiaan dan memiliki rasa humor yang tinggi,” kata Presiden Direktur dan GM Total E&P Indonesie Hardy Pramono seperti dikutip dari Republika.com.

Christophe yang bekerja selama 40 tahun di Total, menjabat CEO sejak 2006 kemudian ditunjuk sebagai Chairman pada 2010.

Kematian Christophe yang mendadak ini, kemudian menimbulkan pertanyaan, siapakah yang akan menggantikan posisinya?

Dalam sebuah wawancara, ia pernah mengatakan bahwa seseorang yang akan menggantikan dirinya adalah seseorang yang berasal dari dalam perusahaan.

“Saya akan melakukan apa yang perlu dilakukan, sehingga ketika saatnya tiba, para pemimpin di Total dapat memilih dan mengumumkan nama pengganti saya,” kata pria berusia 63 tahun itu dalam sebuah wawancara seperti dikutip Industryweek.com.

Berita meninggalnya Christophe ini akhirnya membuat Dewan Direksi di Total harus mengumumkan nama penggantinya secepat mungkin.

Dua nama pun muncul ketika suksesi diumumkan oleh perusahaan terbesar di Prancis dengan pendapatan terbesar kedua itu, yakni Patrick Pouyanne, Head of Refining and Chemicals, dan Philleppe Boisseau, Head of Marketing and Services and New Energies.

Kedua kandidat tersebut pernah menjabat berbagai posisi di kementerian pemerintahan Prancis, dan disebut-sebut sebagai calon kuat pengganti Christophe.

Baca juga  Case Study Lean Management di DBS

Seiring dengan munculnya nama CEO dan Chairman baru di Total, perusahaan tersebut juga mengumumkan rencananya untuk mengurangi biaya produksi dan investasi pada 2017 sebagai strategi mengimbangi produksinya yang tidak sesuai harapan.***RR

Sumber: Industryweek.com