Implikasi dari teknologi berkembang seperti 3D printing pada pasar industri manufaktur sering menjadi topik pembicaraan. Beberapa ahli bidang industri mengatakan bahwa adanya teknologi ini akan sangat mengganggu, tetapi yang lain percaya bahwa teknolohi ini jauh dari viabilitas.
Proyek pada sektor industri diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang signifikan selama 5 tahun ke depan. Seperti yang dinyatakan oleh situs On 3D Printing, “ industri 3D printing diharapkan dapat mengubah hampir semua industri lainnya, dan hal ini benar-benar akan mengganggu proses manufaktur secara tradisional. Akibatnya, nilai proyeksi industri diharapkan akan melambung dalam waktu dekat ini.” Bahkan, On 3D Printing memproyeksikan bahwa pasar untuk teknologi 3D printing itu sendiri diperkirakan akan tumbuh sebesar 5.2 milyar dolar pada tahun 2020.
Karena pesatnya pertumbuhan pasar dan jatuhnya harga printer, sangat memungkinkan untuk menimbulkan pesaing baru di pasar tradisional, juga memacu produk yang inovatif sebagai prototipe untuk produk baru akan jadi lebih murah secara signifikan dan lebih kecil risikonya untuk melakukan pemalsuan.
Namun, pengembangan produk dan lingkungan yang kompetitif hanyalah dua implikasi yang potensial. Teknologi baru ini pun cenderung memiliki dampak yang signifikan pada bagaimana produsen melakukan bisnisnya, khususnya yang berkaitan dengan pergeseran dalam biaya bahan, perhitungan kenaikan biaya, strategi perakitan dan harga produk tradisional.
[cpm_adm id=”10097″ show_desc=”no” size=”medium” align=”right”]
Menghemat Biaya Bahan
Teknologi 3D printing memiliki potensi untuk membuat pilihan dari proses manufaktur menjadi tidak terbatas dan sangat akurat. Misalnya, saat ini menggunakan apa yang dikenal dengan ‘proses substraktif’, jika ingin membuat satu bagian menggunakan aluminium, blok ditempatkan dalam sistem CAD dan kelebihan bahan akan dipotong untuk membuat bagian tersebut. Dengan menggunakan proses ini, 60 hingga 70% dari blok alumunium berakhir sebagai bagian potongan yang tergantung pada kompleksitas dan bentuk yang dibutuhkan. Potongan tersebut kemudian dilebur dan digunakan kembali untuk proses produksi berikutnya.
Sebaliknya, teknologi 3D printing merupakan sesuatu yang bersifat ‘aditif’, dan produsen dapat menggunakan bahan yang diperlukan seminimal mungkin untuk melakukan pemalsuan dari satu bagian. Dalam contoh di atas, menggunakan printer 3D pada dasarnya mampu menghilangkan proses pencairan barang bekas yang berlebih dan sumber daya yang terbuang, pada akhirnya akan menekan biaya bahan untuk produsen. Bagi industri manufaktur secara umum, hal ini secara signifikan dapat mengurangi biaya modal.
Peningkatan Perhitungan Biaya Tambahan
Meskipun biaya awal dari penggunaan printer 3D bisa mencapai hingga satu juta dolar, teknologi ini memiliki potensi secara substansial mengurangi biaya unit tambahan untuk produsen. Ada peluang yang cukup besar bahwa bagian yang dibuat dengan printer 3D hanya mengeluarkan biaya yang jauh lebih sedikit daripada pembuatan lengkap melalui proses produksi tradisional.
Pada akhirnya, industri dapat mencapai satu titik balik dimana biaya sepenuhnya dialokasikan terkait dengan 3D printing akan berada jauh di bawah proses manufaktur secara tradisional – bahkan ketika perusahaan telah memiliki printer sendiri untuk investasi.
Perakitan dan Strategi Perubahan Harga
Selama proses produksi, tim penjualan harus bekerja sama dengan tim produksi untuk memastikan bahwa semua tanggal pengiriman telah terpenuhi dan kepuasan pelanggan dapa ditingkatkan melalui produksi dan pengiriman. Dalam proses perakitan tradisional atas pesanan produk misalnya, semua alat dan bahan harus disesuaikan dengan pekerjaan setiap individu dan melakukan pemrograman ulang untuk setiap produk dan permintaan pelanggan. Dengan 3D printing, tim produksi diberikan fleksibilitas yang lebih besar karena proses perakitan adalah suatu operasi tunggal dan waktu dapat dikurangi hingga menjadi hampir nol.
Karena fleksibitas dalam proses perakitan yang baru ini, agen penjualan mampu mendorong pesanan menjadi lebih cepat dan dalam kapasitas yang lebih besar, karena stok mereka akan terpenuhi dengan segera tanpa menunggu produksi optimal. Selain itu, proses manufaktur dapat dilakukan dengan biaya yang lebih rendah dan setiap pesanan dapat diumpamakan seperti pesanan cepat dengan waktu yang singkat.
Di sisi lain, waktu produksi yang lebih singkat dan biaya tak langsung yang lebih rendah untuk produsen tidak berarti bahwa perusahaan tidak lagi mampu mengumpulkan nilai dari proses penetapan harga strategis. Perusahaan mungkin masih mendapatkan harga biaya yang sama dan bahkan akan menikmati kenaikan margin karena keunikan produk yang tersedia melalui proses cetak 3D. Karena biaya produsen yang cenderung berkurang, mereka dapat memutuskan berapa banyak penghematan biaya untuk meneruskannya kepada pelanggan untuk menjaga dari kompetitor.
Untuk saat ini, dampak 3D printing pada industri manufaktur masih sebatas teori, tetapi produsen yang memilih untuk tidak memanfaatkan teknologi ini akan kalah dengan mereka yang menggunakannya. 3D printing terus berkembang dengan pesat dan setiap harinya dapat dilihat semua benda baru yang dihasilkan dari teknologi tersebut. Hal ini membuktikan bahwa teknologi 3D printing tidak terbatas bagi produsen.
Sumber: mbtmag.com