Perkembangan teknologi yang sangat masif, menyebabkan terjadinya disruptive innovation di sejumlah bisnis. Berdasarkan survei Nielsen dan KPCB, 87 persen warga Indonesia suka menggunakan produk atau suatu hal yang berasal dari share community. Mau tidak mau, harus ada disruptive untuk bisa terus maju. Sebagaimana kita pahami bahwa setiap perubahan selalu menuntut transisi yang harus dihadapi oleh perusahaan-perusahaan. Tentu hal ini menimbulkan masalah bagi perusahaan yang masih terjebak dalam model bisnis tradisional.

Platform sharing economy semakin menguat, tidak bisa kita acuhkan dan kita anggap sebagai tren sesaat terbukti bisnis ini menjadi marak digemari masyarakat. Terbukti online marketplace penyedia jasa pariwisata, Airbnb,berhasil menyediakan 500.000 tempat penginapan untuk wisatawan dari seluruh dunia. Kita bisa melihat perubahan tren para traveler yang semula menggunakan fasilitas hotel kemudian beralih ke penginapan yang disewakan oleh pemiliknya bahkan terkadang harus berbagi fasilitas guna mencoba pengalaman lokal yang autentik. Kemudian fenomena kemunculan uber dan grab menggerus bisnis taksi yang masih menggunakan cara konvensional seperti blue bird dan express.

Perubahan sistem dan teknologi seakan menjadi fenomena alam yang tidak bisa dihindari, semakin liar membentuk ekosistem baru. Diperlukan keputusan yang cepat untuk tidak menjadi korban dari disruptive ini. Improvement dan transformation dikebut beberapa perusahaan untuk menghadapi lawan-lawan bisnis yang semakin bebas bergerilya. Meskipun perusahaan masih bisa bertahan dengan model bisnis konvensional tetapi tidak bisa dihindari bahwa dunia bisnis dan industry akan segera memasuki era teknologi digital.

DBS mencatat setidaknya ada 3 tiga dampak signifikan yang dibawa oleh teknologi digital terhadap dunia bisnis:
1. Kecepatan, akses dan kesempatan lebih besar bagi konsumen
Konsumen saat ini bisa mengakses berbagai layanan jasa dalam satu platform. Aplikasi membantu konsumen untuk memilih layanan hanya dengan satu klik, bahkan ketika koneksi internet tidak terlalu bagus. Go-jek contohnya, mampu merevolusi jasa transportasi ojek. Dengan bantuan aplikasi, konsumen bisa memesan ojek untuk jasa transportasi orang, pengiriman barang sampai pemesanan makanan, hanya dengan klik tombol di aplikasi. Tidak cuma aplikasi, media sosial juga saat ini memberikan kesempatan lebih besar bagi konsumen untuk mengumpulkan, memproses informasi dan menyampaikan pendapat.

2. Cara baru melakukan business intelligence
Teknologi digital memungkinkan pelaku bisnis mendapatkan sumber informasi baru mengenai konsumen yang tidak pernah didapat sebelumnya. Informasi mendalam di dunia digital bisa digunakan untuk memprediksi perilaku, mencari target konsumen yang cocok atau bahkan bisa dijadikan dasar untuk solusi-solusi baru. Salah satu contohnya adalah perusahaan Alipay. Perusahaan pembiayaan asal Cina itu menggunakan data transaksi konsumen di e-commerce sebagai dasar pengambilan keputusan, apakah seseorang bisa mendapat pinjaman tanpa harus melihat aset yang dimilikinya. Saat ini perusahaan juga bisa membeli data melalui sumber-sumber baru, seperti media sosial.

Baca juga  Transform Your Manufacturing Process with Lean Six Sigma

3. Infrastruktur digital, bukan lagi fisik
Teknologi digital saat ini memungkinkan banyak perusahaan bisa lebih berhemat. Mereka tidak perlu lagi menyiapkan infrastruktur fisik. Contoh, penjual retail tidak perlu lagi mengeluarkan biaya besar untuk membuka cabang, tapi cukup dengan membuka tokonya secara online. Harga barang bisa menjadi lebih murah, yang pada akhirnya konsumen juga yang diuntungkan.

Sudahkah Anda merasakan dampak penetrasi teknologi dalam bisnis Anda? Jangan menunggu menjadi korban dan kemudian Anda baru berbenah. Temukan model bisnis terbaik untuk perusahaan Anda, terus lakukan perbaikan, perbaikan, dan perbaikan. Kompetitor Anda pun bersiap untuk memenangkan kompetisi ini.