Beberapa paradigma yang salah tentang Lean Six Sigma. Lalu bagaimana agar kita terbebas dari bahaya kesalahan paradigma? Simak paruh pertama artikel di tautan ini.

#4 Lean Six Sigma hanya relevan untuk diterapkan di industri manufaktur, bukan untuk industri jasa, transaksional, energi ataupun tambang

Di berbagai negara termasuk di Indonesia, sudah terbukti banyak perusahaan-perusahaan jasa dan transaksional telah menggunakan Lean Six Sigma untuk memperbaiki kinerja operasionalnya.  Bahkan implementasi Lean Six Sigma terbaik seringkali terjadi di perusahaan perbankan, asuransi, hotel, bahkan rumah sakit. Begitu juga dengan perusahaan tambang dan energi. Banyak dari mereka telah sukses dan merasakan manfaat dari implementasi tersebut. Dengan Lean Six Sigma mereka mampu meningkatkan kecepatan dan kualitas layanan, kapasitas, sehingga berujung pada meningkatnya kepuasan dan kesetiaan pelanggan secara signifikan.

#5 Lean Six Sigma dan ISO (standard) + Risk adalah dua hal yang saling bertentangan.

Seringkali orang-orang improvement menganggap orang risk atau orang ISO adalah penghalang improvement. Sebaliknya, praktisi manajemen resiko atau ISO menganggap praktisi improvement sering tidak patuh terhadap standar yang telah disepakati (non-compliance) sehingga membahayakan kualitas dan juga meningkatkan resiko operasional.

Sayang sekali jika perusahaan memiliki paradigma demikian. Padahal, sebenarnya ketiganya adalah konsep yang berjalan secara sinergis sebagai simbiosis mutualisme.

Setelah Lean Six Sigma menderek organisasi ke tingkat operational excellence yang lebih tinggi, butuh standardisasi (ISO) dan Risk Management untuk mengunci hasil improvement.  Bahkan, Lean Six Sigma sendiri dapat digunakan untuk mengeksekusi proyek, misalnya, Mengurangi Resiko Operasional.

#6 Musuh dalam Selimut: Paradigma “Bila Ada Masalah, Pasti Karena Seseorang!”

Paradigma semacam ini mungkin adalah yang paling berbahaya. Disamping karena keberadaannya sering tidak disadari, paradigma ini mendasari semua paradigma yang telah dibahas di atas. Jika memiliki paradigma semacam ini, perusahaan akan memiliki tingkat kepercayaan atau trust yang rendah kepada karyawan, dan memiliki nilai penghormatan yang rendah kepada karyawan. Padahal, Lean mengajari konsep paling mendasar, yaitu respect for people.

Apapun inisiatif perbaikan yang dijalankan, pola pikir yang harus dipegang adalah, “Jika terjadi masalah, salahkan proses, bukan orang yang menjalankannya”.  Pola pikir yang demikian akan membuat karyawan lebih tenang dalam menjalankan inisiatif Lean Six Sigma. Setidaknya mereka tidak akan takut dipecat jika terjadi masalah. Mereka akan lebih terbuka dalam mendiskusikan masalah sehingga solusi akan dapat segera ditemukan.

Baca juga  Strategi untuk Menciptakan Pelanggan yang Setia

Bayangkan jika yang terjadi adalah sebaliknya. Masalah cenderung akan disembunyikan karena takut dinilai performa buruk. Semua orang saling melempar kesalahan, dan semua orang sibuk mencari pembenaran agar tidak menjadi pihak yang bersalah. Bencana bukan?

Pola pikir Lean Six Sigma adalah sebaliknya. Jika ada masalah, carilah kesalahan pada proses, bukan orangnya. Pola pikir yang demikian akan membantu organisasi menjadi lebih obyektif dan mampu mendeteksi permasalahan yang sebenarnya, mencari solusinya dan mencegah masalah kembali terjadi.

What’s The Point?

Paradigma yang salah bisa menjadi sumber bencana jika tidak segera diluruskan. Sebelum organisasi memutuskan untuk menjalankan inisiatif Lean atau Six Sigma, atau inisiatif perbaikan apapun, sangat penting untuk memiliki paradigma yang tepat tentang metodologi yang akan diimplementasi dan proses yang diperbaiki. Ingatlah kata-kata bijak ini: Taburkanlah sebuah pemikiran, maka anda akan menuai perbuatan. Taburkanlah suatu perbuatan, maka anda akan menuai kebiasaan. Taburkanlah kebiasaan, maka anda akan menuai karakter. Taburkanlah suatu karakter, maka anda akan menuai takdir. Sama halnya dengan apa yang disampaikan kata-kata tersebut, takdir perusahaan anda bermula dari paradigma orang-orang yang berada di dalamnya.***