Sumber Photo: sindotrijaya.com
Sumber Photo: sindotrijaya.com

Pengamat ekonomi Faisal Basri mengoreksi pandangan sejumlah kalangan bahwa kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersudsidi akan memiskinkan rakyat.

Menurutnya, yang memiskinkan rakyat miskin bukan harga BBM, melainkan harga beras dan rokok.

Faisal mengatakan, kemiskinan di desa-desa sepertiganya diakibatkan oleh harga pangan dan konsumsi rokok. Sementara BBM bersubsidi lebih banyak dinikmati masyrakat perkotaan.

Pasalnya, kata pria yang akan menjadi pembicara di Opexcon14 ini, masyarakat desa lebih besar mengonsumsi beras dibandingkan menggunakan bensin. Selain beras, kemiskinan di desa juga disebabkan karena harga rokok yang murah.

“Di desa sepertiga kemiskinan karena beras, lalu karena rokok kretek. Jadi BBM memiskinkan itu mitos. Itu cuma isu di kota-kota,” ujar Faisal Basri seperti dikutip Kompas.com.

Ia menjelaskan, dalam waktu lima tahun, yaitu 2008-2014, ada kenaikan harga bensin sebesar 8,3 persen dari Rp6.000 per liter menjadi Rp6.500 per liter. Tetapi, kenaikan yang besar adalah kenaikan harga beras yang naik 75,8 persen, yaitu dari Rp6.441 per kilogram menjadi Rp11.321 per kilogram.

Hal tersebut berpengaruh karena masyarakat miskin di desa juga mengonsumsi rokok yang membuat biaya hidup masyarakat desa semakin miskin.

“Meskipun begitu saya tidak bilang harga beras harus turun, tapi keuntungan harga beras dinikmati pedagang bukan petani. Kedua naikkan harga cukai rokok, prinsipnya jauhkan orang miskin dari rokok,” kata dia.

Dia juga menekankan, langkah menaikkan harga BBM bersubsidi idealnya dilakukan bulan ini oleh Presiden SBY.

Presiden SBY menurut dia, bisa menaikkan harga BBM bersubsidi sebesar Rp1.800 saja untuk menghadirkan penghematan sebesar Rp55 triliun. Selanjutnya, Presiden terpilih Joko Widodo bisa kembali menaikkan harga BBM pada bulan Februari 2015.***

Baca juga  Mengapa Project Improvement Perlu di-Coaching?