Sistem produksi-konsumsi dunia dari masa ke masa ditopang revolusi industri dan inovasi teknologi secara berkelanjutan. Penemuan sebuah teknologi menjadi dasar bagi penemuan yang lain di masa yang akan datang. Setiap inovasi memberikan dampak signifikan bagi perkembangan industri menjadi lebih efektif, memudahkan proses produksi, memberikan manfaat bagi konsumen, mendorong transisi ekonomi dan perubahan peradaban.

Saat ini perkembangan industri dunia telah memasuki era industri 4.0, sebuah pencapaian sistem yang mencoba mengintegrasikan dunia maya, internet, dengan produksi industri. Revolusi teknologi yang menjadi rangkaian sejarah perkembangan industri dari masa ke masa, sedari revolusi Industri abad 18 sampai era internet o thing (IOT). “From Brick to Click”, dari teknologi yang paling manual, tradisional sampai cyber:

Industri 1.0
Revolusi Industri periode 1750-1850 menandai perubahan besar di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi Industri dimulai dari Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, dan akhirnya ke seluruh dunia.
Efisiensi teknologi:
Penemuan mesin uap di abad ke-18 menghasilkan cara produksi yang lebih efisien dan efektif. Dampak ke system, process & people: Mengubah cara kerja berbasis tangan (handmade) menjadi berbasis mekanikal menghasilkan produk dan jasa jauh lebih besar, variatif, presisi, dan lebih kompleks.

[cpm_adm id=”11784″ show_desc=”no” size=”medium” align=”left”]

Industri 2.0
Revolusi Industri 2.0 menitikberatkan pengorganisasian kerja dan pembagian unit kerja (division of labor) didukung sumber energi kelistrikan abad 19. Kombinasinya berupa produksi-massal yang dilakuan melalui standardisasi dan spesialisasi kerja di fasilitas produksi dan pabrikasi. Industri memerlukan tempat khusus untuk bekerja agar majikan dapat mengawasi proses dan mutu produksi. Sebuah manufaktur (pabrik) dengan puluhan tenaga kerja didirikan dan biasanya berada di bagian belakang rumah majikan.
Efisiensi teknologi:
Sumber ketenagalistrikan memungkinakan produksi di malam hari sehingga mampu memenuhi permintaan pasar yang kian meningkat.
Dampak ke system, process & people:
Hubungan majikan dengan pekerja (buruh) lebih akrab karena tempat kerjanya jadi satu dan jumlah buruhnya masih sedikit. Barang-barang yang dibuat kadang-kadang juga masih berdasarkan pesanan.

Baca juga  Transform Your Manufacturing Process with Lean Six Sigma

Industri 3.0
Perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan lompatan teknologi yang luar biasa. Kemajuan dunia di bidang elektronik dan teknologi informasi (TI) telah menandai munculnya Revolusi Industri 3.0. Pada 1970-an proses produksi secara massal telah mampu dilakukan secara otomatis. Berkat teknologi artificial intelligent, robot-robot muncul di berbagai sektor industri menggantikan tenaga manusia dalam proses produksi.
Efisiensi Teknologi:
Pemanfaatan robot dalam proses produksi telah digunakan di sejumlah fasilitas produksi mulai dari automotif, elektronik, dunia kedokteran, hingga aktivitas eksplorasi luar angkasa dan laut dalam.
Dampak ke system, process & people:
Perkembangan teknologi artificial intelligent (AI) menjadi perdebatan hangat, optimalisasi robotik dikhawatirkan benar-benar menggantikan fungsi manusia.

Industri 4.0
Istilah Industri 4.0 pertama kali dikenal di Jerman pada 2011. Kanselir Jerman, Angela Merkel pada pertemuan tahunan World Economic Forum 2015 menjelaskan Industri 4.0 adalah upaya mengintegrasikan dunia online dengan produksi industri.
Efisiensi teknologi:
Pabrik-pabrik pintar, mesin-mesin dan robot yang mampu bekerja menjalankan tugas-tugas rumit, bertukar informasi, saling memberi dan menerima perintah secara otomatis tanpa melibatkan manusia. Proses produksi berjalan dengan internet sebagai penopang utama.
Dampak ke system, process & people:
Gelombang Industri 4.0 masih menyisakan ruang bagi tenaga manusia, tapi sangat terbatas pada tenaga-tenaga kerja terampil.