Dalam SHIFT Issue 3 bagian I ini, kami akan mengulas apa saja permasalahan yang harus segera diperbaiki dan kenapa proses-proses tersebut harus diperbaiki.
Seiring perubahan iklim persaingan dan manuver bisnis, perusahaan di industri farmasi semakin merasakan kebutuhan untuk melakukan perbaikan. Tujuannya adalah operational excellence untuk meningkatkan keuntungan kompetitif mereka. Untuk mencapai operational excellence, dibutuhkan struktur organisasi yang memberikan kerangka kerja bagi sistem kontrol-sosial-operasional. Diluar pengaruh perilaku individu dan grup, berbagai penyesuaian pada sub-dimensi organisasional dibutuhkan untuk mempercepat implementasi metode perbaikan yang berkelanjutan. Mau tidak mau, perusahaan manufaktur farmasi harus merancang manuver baru dalam melaksanakan inisiatif perbaikan prosesnya.
Mengapa Proses Manufaktur Farmasi Perlu Diperbaiki?
Keputusan yang ceroboh di awal siklus hidup produk akan dengan mudah mempengaruhi efisiensi dalam supply chain; kesalahan yang akan membuat perusahaan membayar mahal. Variabel yang berkaitan dengan keputusan datang dari berbagai sumber yang berbeda. Belanja modal atau capital expenditure di sektor farmasi termasuk tinggi. Sementara, produk baru yang dihasilkan setelah melalui proses riset dan pengembangan (R&D) harus bergerak secepatnya menuju pilot plant dengan proses produksi yang tepat. Kebanyakan perusahaan tidak punya waktu untuk melakukan assessment dan menemukan langkah-langkah manufaktur yang optimum untuk memproduksi suatu produk, sehingga terdapat hambatan, seperti:
1. Pemborosan pada Aktivitas Riset dan Pengembangan
Proporsi keuntungan paling besar yang dimiliki perusahaan farmasi terkait erat dengan aktifitas riset dan pengembangan. Karena itulah, proses operasional di perusahaan harus ditekan seminim mungkin; inefisiensi dan biaya-biaya yang tidak perlu harus dipangkas untuk memaksimalkan sumber daya riset dan pengembangan.
2. Kurangnya Kerjasama dengan Pihak Government
Compliance juga menjadi aspek yang paling banyak menyerap sumber daya secara signifikan. Inisiatif perbaikan proses membuka jalan untuk kolaborasi yang lebih mulus antara industri farmasi, FDA dan MHRA. Celah perbaikan juga bisa ditemukan pada aspek legislatif, seperti perubahan undang-undang dan regulasi. Untuk menghadapinya, perusahaan farmasi harus melakukan amandemen pada proses produksi yang akan memperpendek siklus hidup produk.
3. Proses Siklus Hidup Produk yang Kompleks
Siklus hidup produk yang sulit diprediksi pada tahap-tahap awal membuat pabrik-pabrik produk farmasi harus mempersiapkan segala kemungkinan. Namun mempersiapkan pabrik yang mampu memberikan integritas produksi dan ekonomi yang baik seringkali terhambat oleh rumitnya metode perencanaan. Untuk menghindarinya, perusahaan farmasi harus mengurangi siklus hidup produk secara keseluruhan dan biaya-biaya yang terkait dengannya. Hal tersebut bisa dicapai dengan melakukan pemodelan ulang dan pengambilan keputusan penting di setiap tahap siklus hidup produk untuk mengoptimalkan profitabilitas.
Ketika sektor lain seperti otomotif atau FMCG menikmati kemajuan pesat dengan inisiatif perbaikan proses mereka (meminimalkan biaya dan memaksimalkan output), sektor farmasi tertatih-tatih meraih pencapaian yang telah mereka bukukan. Farmasi kerap berjuang dengan kebiasaan yang telah berlangsung lama, yaitu berlindung di balik margin dan profit tebal, yang mematikan urgensi untuk mencapai efisiensi operasional yang lebih baik.
Bagaimana perusahaan farmasi menerapkan metode perbaikan untuk mendapatkan keunggulan dalam aktivitas operasionalnya? Simak ulasannya dalam Save and Lives! (Bagian II)