Startup-startup yang mendominasi persaingan di Asia Tenggara menggunakan pendekatan lokal untuk mengembangkan bisnis mereka.

Dua perusahaan penyedia layanan transportasi berbasis online yang bersaing ketat di Asia Tenggara, Grab dan Gojek telah mengumumkan rencana mereka untuk melakukan perluasan wilayah dan juga layanan.

Grab berusaha mengembangkan aplikasi melalui GrabPlatform, tujuannya agar memungkinkan mitra lokal memanfaatkan teknologi untuk mempermudah layanan logistik dan pembayaran mereka. GrabPlatform menjadi salah satu strategi mereka untuk menjadi “aplikasi super harian”, perusahaan berharap menemukan mitra lokal yang ingin memperluas layanan mereka, seperti HappyFresh, perusahaan grosir online yang bermitra untuk mengirimkan pesanan bahan makanan.

“Daripada menginvestasikan banyak waktu dan sumber daya untuk mengembangkan layanan kami sendiri dari nol, akan lebih masuk akal untuk bermitra dengan perusahaan yang sudah memiliki pengalaman, infrastruktur dan keahlian untuk memberikan layanan hebat kepada pelanggan kami,” kata Melanie Lee, juru bicara Grab dikutip SHIFT dari forbes.

Sementara itu, Go-Jek mengembangkan layanan mereka ke luar negeri dengan rencana jangka panjang dan akan mengembangkan bisnis sesuai permintaan pasar. Perusaahan ini telah mengumumkan rencananya untuk memasuki pasar baru di Asia Tenggara – Singapura, Thailand, Vietnam dan Filipina, dimulai dari Vietnam yang mulai masuk tahap pengujian beta pada bulan Juli lalu. Perusahaan rintisan asal Indonesia ini awalnya didirikan sebagai aplikasi penyedia layanan online pada tahun 2010 lalu, kini mereka telah berhasil melakukan inovasi layanan mulai dari pengiriman makanan (Go-Food), pijat di rumah (Go-Massage), dan juga pembayaran online (Go-Pay). Bahkan pada tahun 2017 lalu, Go-Jek mengakuisisi tiga perusahaan fintech (Kartuku, Midtrans, Mapan) sekaligus untuk memperkuat sayap bisnis Go-Pay mereka.

Strategi Go-Jek untuk masuk di Thailand dan Vietnam menggunakan pendekatan lokal, termasuk dari penggunaan merek GoViet (perpanjangan Go-Jek di Vietnam) dan GET (Thailand), timnya pun lokal direkrut dari masing-masing negara tersebut. CEO dan pendiri Go-Jek Nadiem Marakim mengatakan dalam sebuah pernyataan sebelumnya bahwa perusahaan berencana untuk bekerja dengan mitra lokal yang paling sesuai dengan pasar.

Progress Lambat Karena Regulasi
Perjalanan Go-Jek di Vietnam akan menghadapi sejumlah tantangan, jika kita melihat pengalaman Grab yang lebih dulu disana. Setelah Uber melepaskan operasinya di Asia Tenggara untuk Grab awal tahun ini, departemen pajak Vietnam berupaya mendesak Grab untuk membayar $ 2,91 juta atas dugaan pajak dan denda penghindaran pajak terhutang Uber.

Baca juga  Actions speak louder than words, ubah idemu jadi aksi nyata

Seorang perwakilan Grab mengatakan kepada VnExpress pada bulan Juni bahwa perusahaan menolak untuk membayar denda Uber, meskipun Ketua Pusat Arbitrase Komersial Vietnam, Doan Van Hau mengatakan bahwa perusahaan mewarisi hukuman ini sebagai bagian dari penggabungannya berdasarkan Undang-Undang Perusahaan Vietnam.

 

Sumber: forbes