Suatu hari, seorang petani sedang mencari bunga edelweis di pegunungan berbatu, ketika tanpa sengaja menemukan sarang elang yang telah ditinggalkan oleh pemiliknya. Setelah memeriksa lebih jauh, ia menemukan sebutir telur yang masih hangat di dalam sarang itu. Si petani lalu membawa telurnya pulang ke rumah, dan meletakkannya di dalam salah satu kandang ayam betina, diantara telur-telur ayam.

Suatu hari telur tersebut menetas, dan si bayi elang tumbuh bersama anak-anak ayam yang lain. Ia berkeliaran di tanah pertanian, mengais dedak dan butiran gandum. Ia menghabiskan tahun-tahun yang panjang di tanah pertanian tersebut, mengais makanan, jarang melihat ke atas. Ketika ia telah berumur sangat tua, suatu hari ia mengangkat kepalanya dan menyaksikan pemandangan yang menakjubkan – seekor elang gagah yang terbang tinggi di langit, bagai menunggang angin. Melihat hal itu, si elang tua mengeluh dan berkata kepada diri sendiri, “Seandainya saja saya terlahir sebagai elang.”***