Memangnya Lean ada yang palsu? Mungkin begitu pikir Anda ketika membaca judul artikel ini. Istilah “Lean Palsu” atau “Fake Lean” dikemukakan oleh praktisi dan penulis Bob Emiliani dalam enam seri bukunya yang membahas tentang manajemen Lean dan kepemimpinan Lean. Emiliani melihat kenyataan bahwa sebagian besar organisasi memiliki semangat tinggi untuk memperbaiki diri dan memulai inisiatif Lean. Namun sayangnya, kebanyakan dari mereka gagal untuk memahami esensi yang membuat metode Lean menjadi begitu powerful.

“Sangat penting untuk membedakan antara organisasi yang menjalankan continuous improvement dengan sangat baik, menggunakan cara yang mencerminkan rasa hormat kepada karyawan (people), dengan organisasi yang menjalankan continuous improvement dengan buruk, menggunakan cara yang tidak mencerminkan rasa hormat kepada karyawan,” tulis Emiliani dalam blognya. Menurutnya, setiap praktisi Lean harus memahami dengan sangat jelas perbedaan diantara keduanya. Karena itulah, ia menggunakan istilah “Lean Palsu” untuk jenis organisasi kedua. Sedangkan untuk organisasi yang memahami esensi Lean, yaitu respect for people, ia menggunakan istilah “Real Lean”. Ingatlah bahwa Lean dijalankan oleh manusia, dan keberhasilannya terletak di tangan karyawan dan manajemen yang menjalankannya.

Sangat disayangkan, beberapa praktisi Lean yang bekerja di organsisasi mengalami kesulitan dalam mengedukasi pada pemimpin organisasi mengenai esensi dari Lean; politik internal tidak memungkinkan mereka untuk melakukannya. Inilah contoh dari ironi yang mencerminkan bahwa seringkali perusahaan berinvestasi untuk mendidik karyawannya untuk menjadi staf ahli, namun tidak pernah menggunakan kemampuan baru yang telah diserap karyawan tersebut dalam pendidikannya.***

Baca juga  12 Prinsip Agile