Melalui IndustryWeek, CEO General Cable Crop., Gregory Kenny, berbagi pengalaman dan pelajaran yang didapatnya dari perjalanan panjang continuous improvement bersama perusahaannya. Kenny sadar betul, dunia manufakturing bagaikan hutan belantara dan jika Anda tidak memiliki kemampuan dan pengalaman yang memadai, Anda akan tersesat di tengah hutan tersebut.
“Dalam industri ini kita harus menyadari bahwa semua orang bisa saja mencoba mendorong kita dari belakang kapan saja,” katanya pada acara 2012 IndustryWeek Best Plants Conference di Indianapolis, AS, bulan lalu.
Bisnis yang digeluti Kenny bergerak di industri kable dan wire. Mereka merancang dan memproduksi kawat tembaga, aluminium dan fiber optik, dan kabel untuk kebutuhan berbagai industri. Menurut Kenny, mereka adalah konsumen tembaga terbesar ketiga di dunia.
Bisnis kabel ini menurut Kenny sangat sensitif terhadap harga, siklikal dan sangat kompetitif. Untuk tetap mendapatkan posisi bagus dalam ajang kompetisi, General Cable mengembangan budaya continuous imrovement lebih dari dua dekade yang lalu. Pertama mereka mengadopsi konsep Lean, lalu menyusul implementasi Six Sigma yang dipadukan dengan Lean tersebut.
Kompilasi antara Lean dan Six Sigma ini bagaikan pelampung yang menyelamatkan perusahaan dari kuatnya terpaan krisis ekonomi yang membuat banyak perusahaan lain tenggelam. Selain itu, Lean Six Sigma sangat membantu mereka untuk tumbuh dan memasuki pasar baru, kata Kenny yang memimpin perusahaan dengan pabrik yang tersebar di 20 negara ini.
“Saya sangat percaya diri dengan perjalanan yang telah dan akan kami lalui ini,” katanya pada konferensi tersebut.
Lean Six Sigma: Sebuah Common Language
Pada akhir April lalu, General Cable tercatat memiliki enam Lean Six Sigma Master Black Belt, 64 Lean Six Sigma Black Belt, 211 Green Belt dan 290 Lean experts.
“Jumlah itu mencerminkan kekuatan dan semangat perbaikan di perusahaan kami. Lean Six Sigma kini menjadi common language dan sarana komunikasi kami dengan diri sendiri dan dengan pelanggan,” kata Kenny.
Yang tak kalah penting, menurut Kenny, Lean Six Sigma selalu memberikan respon yang konsisten. Artinya, jika ada operator yang menemui hambatan, bahkan pada jam 2 pagi ketika tidak ada orang lain yang mengawasi, operator tersebut akan memiliki tools untuk mengatasinya dan pengetahuan mengenai bagaimana cara mengatasinya.
“Mereka telah diberdayakan dan mereka melakukan prakteknya. Ini adalah ide yang luar biasa bagi kami,” kata Kenny lagi.
Pelajaran yang Didapat Sepanjang Perjalanan
Kenny berbicara mengenai “cosmetic Lean” yang maksudnya adalah menerapkan tools Lean tanpa menyerang pokok permasalahan atau mengaitkan usaha Lean dengan kebutuhan bisnis. Ini merupakan “jebakan” bagi perusahaan tersebut yang dialami pada masa awal usaha continuous improvement.
“Para profesional seringkali mencoba untuk inisiatif menjalanan Lean agar mereka dikenal sebagai change agent. Namun salahnya adalah program tersebut tidak dilakukan dengan perencanaan matang dan proses yang utuh,” kata Kenny. “Awalnya perusahaan kami menggunakan istilah Lean Manufacturing. Kami memang perusahaan manufaktur, tapi kemudian kami menyadari bahwa Lean bukan hanya milik manufaktur.”
General Cable saat ini telah menerapkan Lean diluar plant nya juga, seperti di kantor dan area-area non-manufaktur lainnya.
“Kami telah meninggalkan kata ‘manufacturing’ itu dan memilih untuk fokus kepada continuous improvement di seluruh sendi organisasi,” katanya. “Ini merupakan pekerjaan yang saling berhubungan. Anda tidak akan bisa mengatasi sebuah masalah di shop floor kecuali jika Anda menyerang akar permasalahan (root causes) penyebab up stream dan down stream.”
Juga pada saat awal penerapan, selalu ada 5% hingga 10% orang di setiap pabrik yang meragukan efektifitas Lean Six Sigma dalam memperbaiki proses. Namun seiring dengan keterlibatan mereka dalam proyek Lean Six Sigma di awal masa penerapan continuous improvement, perlahan pola pikir mereka berubah, walaupun Kenny mengakui bahwa beberapa orang hanya melakukan apa yang disuruh oleh atasan.
Namun secara umum operator menyukai ide menjalankan sendiri sel-sel manufaktur mereka, yang beroperasi seperti pabrik ‘mini’ di dalam pabrik. “Saya berani jamin 90% karyawan kami tidak sabar menunggu untuk menjalani pabrik atau proses supply-chain logistik mereja sendiri,” katanya.
Kenny menekankan pentingnya memberikan penghargaan kepada karyawan jika mereka berprestasi. “Menerima penghargaan dan pengakuan adalah sumber motivasi terbesar bagi seseorang. Jika seorang atasan sedang mengawasi aktifitas di lapangan, kemudian menghampiri seorang operator yang telah melakukan pekerjaannya dengan baik lalu berkata “Saya lihat apa yang kamu kerjakan, bagus sekali!” itu akan menjadi pendorong semangat baginya untuk melakukannya lebih baik lagi.
Semua pabrik dan area fungsional General Cable diharapkan mampu mengurangi biaya mereka sebanyak beberapa persen setiap tahunnya. Mindset continuos improvement akan membantu mereka melakukannya.
“Kami menemukan banyak kapasitas teoretikal,” katanya. Kenny menambahkan bahwa para plant manager sekarang mempertimbangkan metrik lainnya seperti return of capital dan return of investment.
Sumber: IndustryWeek, Jill Jusko (22/5/2012)