“Stop production so that production never has to stop” (Toyota)

“Jidoka” atau “Autonomation” adalah metode yang digunakan oleh Toyota untuk mencegah terjadinya error, defect (cacat) atau kesalahan produksi, dan merupakan salah satu pilar Lean Manufacturing. Konsepnya adalah segera menghentikan pekerjaan/proses ketika ditemukan kesalahan dalam proses tersebut, sehingga cacat dapat dihindari.

Makna Jidoka: Automation + Autonomous

Secara bahasa, Jidoka merupakan gabungan dari dua kata dalam Bahasa Jepang. Jika diterjemahkan kedalam Bahasa Inggris, dua kata tersebut artinya automation dan autonomous. Automation adalah pengambil-alihan kerja manusia oleh mesin, yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan yang berulang dan monoton, seperti memasukkan botol kedalam kotak, mengisi folding box ke tempat loading, memasang tutup botol, dan sebagainya. Pekerjaan tersebut, jika dilakukan oleh manusia, akan rentan terhadap kesalahan karena pengulangan akan membuat manusia hilang konsentrasi dan bosan. Kesalahan akan berdampak pada kualitas produk atau keselamatan kerja operator sendiri.

Apakah proses yang baik seluruhnya menggunakan automation? Ternyata tidak, karena automation-pun memiliki kekurangan, yaitu tidak peka terhadap kesalahan dan penyimpangan. Dalam proses produksi yang terus menerus, automation gagal menangani kondisi jika terjadi kesalahan, dan lini terus melakukan produksi sehingga output yang dihasilkan akan cacat. Sedangkan, sistem full-automation yang memiliki kemampuan untuk mendeteksi kesalahan sangatlah kompleks dan untuk membuatnya diperlukan biaya yang sangat besar. Lalu bagaimana solusinya?

Ketika automation gagal untuk mendeteksi penyimpangan, disinilah peran autonomous diperlukan. Autonomous, atau tindakan (manusia) yang dilakukan dengan kesadaran dan akal, mampu mendeteksi dan bertindak jika terdapat penyimpangan atau potensi cacat produksi, sehingga lini dapat segera dihentikan. Manusia, walaupun memiliki kekurangan dalam melakukan pekerjaan berulang, memiliki kelebihan yang sangat besar yaitu berupa kemampuan mendeteksi dan menyikapi masalah, melakukan tindakan pencegahan atau bahkan problem solving.

Baca juga  12 Prinsip Agile 

Konsep Jidoka adalah penggabungan antara automation dan autonomous, yaitu mengambil kelebihan-kelebihan dari mesin dan manusia untuk memastikan proses produksi yang tanggap dengan penyimpangan dan mencegah cacat.

Contoh Penggunaan Jidoka

Dengan Jidoka, akan lebih mudah untuk menjalankan proses dengan kualitas output yang dapat dipastikan, karena proses dapat berjalan secara berulang dan jika memang ditemukan potensi cacat, lini dapat segera dihentikan sebagai tindakan pencegahan dan untuk melakukan maintenance jika diperlukan.

Beberapa contoh Jidoka, misalnya dengan menggunakan visual control. Pada proses pengepakan, misalnya pada saat mesin mendeteksi kotak telah penuh, maka dengan visual control mesin akan memberi peringatan berupa lampu yang menyala agar operator segera mengambil kotak dan menggantinya dengan kotak kosong. Saat terjadi kesalahan pada bagian tertentu, akan ada lampu yang menyala untuk menandakan area kesalahan tersebut agar dapat dikoreksi.

Contoh lainnya, pada pabrik roti, misalnya. Oven akan diatur untuk menyala dalam waktu tertentu (waktu yang pas untuk mematangkan roti), dan jika waktu tersebut telah terpenuhi, maka alarm akan menyala dan operator harus mematikan oven, memasukkan roti batch baru, dan menghidupkan oven kembali.

Dalam implementasinya, Jidoka banyak menggunakan tool Lean seperti visual control dan poka yoke untuk membantu memudahkan pekerjaan operator dalam mencegah terjadinya kesalahan.