Lean Six Sigma adalah konsep manajemen operasional yang merupakan sinergi dari Lean dan Six Sigma. Dengan Lean Six Sigma, perusahaan dapat memperoleh “kecepatan” yang dimiliki Lean dan “kualitas” yang dimiliki Six Sigma. Metodologi ini mengarahkan perusahaan kepada eliminasi dari tujuh pemborosan (seven wastes) yang terjadi pada proses manufaktur ataupun jasa, dan perolehan kualitas pada output yang meminimalisir terciptanya produk yang cacat (rata-rata 3.4 cacat per satu juta kesempatan / defects per million opportunities (DPMO)). Tujuannya adalah meningkatkan profit perusahaan, memberikan kemampuan bertahan (sustainability), dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan.

Lean Six Sigma menggunakan konsep fase DMAIC dalam menjalani proses, seperti halnya dalam Six Sigma murni. DMAIC adalah fase-fase yang harus dilalui dalam menjalani proyek perbaikan apapun, yang merupakan singkatan dari Define-Measure-Analyze-Improve-Control. Dalam masing-masing fase, akan dilakukan aktifitas yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang terjadi selama proyek berjalan.

Dalam menjalani inisiatif Lean Six Sigma dan mengeksekusi proyek, perusahaan harus membentuk tim khusus yang terdiri atas belt dan anggota tim. Belt sendiri merupakan individu yang memiliki kemampuan dan pengetahuan dalam menerapkan Lean Six Sigma. Hirarki dari belt dari mulai beginner hingga advanced meliputi Yellow Belt, Green Belt, Black Belt dan Master Black Belt.

Integrasi Lean dan Six Sigma

Integrasi antara Lean dan Six Sigma dapat dilakukan melalui 2 pendekatan yang berbeda. Umumnya dua metode ini digabungkan dengan mengintegrasikan tools yang digunakan, yang disebut Partial Integration. Pendekatan kedua adalah komprehensi, atau dikenal dengan Total Integration.

[quote]Tertarik mempelajari bagaimana Lean dan Six Sigma dapat meningkatkan kinerja perusahaan Anda? Pelajari bagaimana SSCX membantu Astra Honda Motor, Danone, Frina Lestari Nusantara, atau Bank Mandiri di link ini.[/quote]

Baca juga  Indonesia di posisi ke-12 Top Manufacturing Countries by Value Added 

Integrasi ini dilakukan sebelum proyek dimulai. Contoh sederhananya adalah pada saat tim melakukan project selection, maka project akan terbagi menjadi project Six Sigma (yang umumnya menggunakan metodologi DMAIC atau DMADV), maupun project non-Six Sigma.

1. Partial Integration Lean Six Sigma

Partial Integration merupakan penggabungan tools Lean kedalam metodologi problem solving Six Sigma. Tools yang dimaksud berupa 5S, Kanban, SMED, Kaizen yang dimasukkan ke dalam kurikulum dan fase-fase DMAIC. Pada jenis integrasi ini, tools Lean yang digunakan terbatas kepada kebutuhan selama proyek berjalan, dan penerapannya khusus pada area dan proyek Green Belt atau Black Belt yang sesuai.

Praktisi Six Sigma menilai tool-tool Lean tersebut sebagai pemberi nilai tambah pada proses problem solving Six Sigma dalam fase DMAIC. Sementara, praktisi Lean akan melihat melalui sudut pandang Lean, yaitu proyek QCC dengan struktur kerja yang lebih baku dan mengandalkan lebih banyak data.

2. Total Integration Six Sigma

Total Integration mengkombinasikan Lean dan Six Sigma secara utuh, mulai dari tujuan, pendekatan maupun metodologi, tidak hanya sekedar mengadopsi tools. Penentuan total integration dilakukan sebelum proyek dimulai. Sebagai contoh, langkah awal yang dilakukan untuk memulai proyek Total Integration Lean Six Sigma adalah selain dengan membekali change agents (anggota tim yang menjalankan proyek) dengan kurikulum Green Belt dan Black Belt, pada saat bersamaan organisasi juga membekali mereka dengan pemahaman akan operational excellence, waste, quick wins, dan tools serta metode Lean lainnya.

Manakah yang lebih tepat? Keduanya sama-sama memberikan nilai tambah. Ini akan kembali pada kebijakan atau keputusan manajemen organisasi.

Artikel ini ditulis oleh tim SSCX. Klik untuk informasi mengenai SSCX.