Eliminasi aktifitas non-value-add adalah filosofi dasar dari Lean Six Sigma. Konsep ini sangat penting dipahami oleh siapapun yang berkecimpung di dunia bisnis modern, karena inilah penentu sukses atau tidaknya sebuah bisnis. Mengapa demikian?

Pertama, mari kita jabarkan secara singkat, apa yang dimaksud dengan value disini. Dalam prinsip Lean Six Sigma, value adalah segala faktor yang membuat pelanggan bersedia membayar. Value adalah kualitas dan nilai tambah yang akan menguntungkan pelanggan. Dengan demikian, value adalah faktor yang menentukan kepuasan pelanggan, begitu juga kesuksesan bisnis Anda.

Aktifitas Bernilai Tambah (Value-Added)

Aktifitas bernilai tambah/value-added adalah aktifitas yang bernilai dan menghasilkan produk atau output yang sempurna (sesuai target dan tanpa cacat).

Ingatlah bahwa pelanggan hanya bersedia membayar jika mereka mendapatkan nilai tambah / value. Jika mereka merasa telah membuang uang untuk sesuatu yang tidak bernilai tambah / non-valuabe, mereka akan beralih kepada orang lain yang menawarkan lebih banyak value.

Untuk melakukan pekerjaan yang bernilai tambah, ada tiga faktor yang perlu diperhatikan, yaitu:

  • Kapasitas. Karyawan, peralatan dan mesin harus digunakan sesuai dengan kapasitas maksimalnya untuk bekerja dan menambahkan value pada pekerjaan tersebut.
  • Informasi dan instuksi. Karyawan harus menerima instruksi dan informasi yang layak dan lengkap mengenai pekerjaannya untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sesedikit mungkin aktifitas non-value-add, juga dengan sesedikit mungkin waste.
  • Material. Cukupkan dan maksimalkan material yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.

Aktifitas Tidak Bernilai Tambah (Non-Value-Added)

Aktifitas tanpa nilai tambah atau dapat juga disebut waste, merupakan aktifitas yang tidak diperlukan dan tidak memberikan keuntungan yang terjadi pada proses, baik proses produksi, proses pelayanan, dan sebagainya. Contohnya, Anda membayar seorang kurir untuk mengantar 100 barang pesanan perhari. Namun kenyataannya kurir tersebut hanya mampu mengantar 50 barang karena dalam pekerjaannya ia banyak melakukan waste, misalnya delay karena merokok beberapa kali, terlalu lama mencari alamat, dan sebagainya. Tentunya ini akan sangat merugikan Anda dan akan membuat pelanggan kecewa.

Ada tujuh macam waste atau aktifitas tanpa nilai tambah yang sering terjadi. Diantaranya adalah transportasi, waktu tunggu (idle/waiting time), produksi berlebih, inventori berlebih, proses berlebihan, gerakan yang tak perlu, serta defect (cacat). Segala aktifitas waste ini harus dihilangkan jika Anda ingin memberikan value yang akan membuat pelanggan Anda setia pada Anda.

Baca juga  Membangun Budaya Inovasi untuk Ciptakan Keunggulan BisnisĀ 

Mengganti Aktifitas Non-Value-Add dengan Aktifitas Value-Add

Continuous improvement bukan hanya sekedar menghilangkan non-value-added, tapi juga bagaimana mengganti aktifitas non-value-added tersebut dengan aktifitas yang value added. Ini yang harus menjadi bahan pemikiran lebih lanjut.

Contohnya seperti yang dilakukan Garuda Indonesia dan beberapa maskapai lainnya seperti Singapore Airlines, yang memberikan pelayanan imigrasi kepada penumpangnya di atas pesawat. Dalam perjalanan, penumpang diberikan formulir imigrasi dan dapat langsung melengkapi dan menyimpannya di dalam paspor, sehingga mereka tidak perlu mengantri setibanya di bandara tujuan. Ini merupakan salah satu contoh replacement yang baik, dari kegiatan non-value-add (antrian) menjadi value-add (mengisi formulir sebelum tiba di bandara). Ditambah lagi, mereka bisa menulis dengan lebih nyaman di bangku pesawat.

Contoh lainnya adalah aktifitas Kaizen di fulfillment center milik Amazon.com di Kentucky, Amerika Serikat, yang berhasil memangkas pemborosan transportasi dengan cara memuat lebih banyak kontainer di dalam truk. Tim Kaizen mereka mengkonfigurasi ulang cara penyususnan kontainer sehingga sebuah truk bisa memuat kontainer 20% lebih banyak. Hasilnya adalah truk dapat mengurangi jarak tempuhnya karena mampu mengangkut lebih banyak barang. Dengan demikian, waste yang diakibatkan oleh transportasi (berupa waktu dan biaya) digantikan oleh sesuatu yang menguntungkan (value-added), yaitu penghematan 300.000 galon bahan bakar pertahunnya.