Diserahkan tanggung jawab untuk mengembangkan market yang lebih besar, nyatanya tidak membuat PT. Batara Indah atau yang lebih dikenal dengan merek dagang Bantex ragu untuk menerima challenge tersebut. Justru, berbekal pengalamannya selama hampir 28 tahun di pasar stationary membuatnya ‘percaya diri’ untuk ikut bersaing di kawasan Asia.
Lingkungan bisnis yang terus berubah dan persaingan di pasar yang semakin ketat, menuntut banyak perusahaan untuk terus menerus meningkatkan daya saing mereka. Terlebih bagi mereka yang memutuskan untuk ikut bersaing di tengah persaingan global.
Perbaikan terus-menerus menjadi cara efektif untuk meningkatkan kemampuan bersaing perusahaan. Seperti yang dilakukan oleh salah satu pemain di pasar stationary, PT Bantara Indah. Baru-baru ini, Bantex menunjukkan komitmennya untuk terus menjadi yang terbaik di bidangnya dengan upaya peningkatan kualitas proses internal mereka melaui project operational excellence bersama dengan salah satu consulting firm yang berfokus pada business process improvement SSCX International.
[cpm_adm id=”10763″ show_desc=”no” size=”medium” align=”left”]
Tujuan dijalankannya project tersebut, menurut Kristanto Widjaja Managing Director PT Bantara Indah saat ditemui dikantornya, yaitu perusahaan ingin meningkatkan kemampuan agar semakin siap bersaing di pasar yang lebih besar.
“Sejak awal kita berdiri sampai dengan saat ini tentunya kita sudah melewati beberapa fase, kita berkembang menjadi besar hingga pada tahun 2012 kita diserahi tanggung jawab untuk men-develop market yang lebih besar lagi di kawasan Asia. Tentu kita ingin organisasi, terutama pabrik kita itu bisa naik kelas bisa sejajar dengan pemain-pemain internasional. Untuk mencapai hal itu, saya perlu partner,” ujar Kristanto.
Menurut Kristanto, challenge untuk mengembangkan pasar yang lebih besar bukan semata-mata diberikan begitu saja. “Performa perusahaan di pasar domestik cukup bagus, kita sudah cukup dominan di pasar domestik sehingga hal itu yang membuat kita di-challenge lagi di area yang lebih besar.”
Namun demikian, Kristanto juga mengungkapkan ada beberapa hal penting yang harus dilakukan agar mereka makin siap menghadapi tantangan yang muncul dari perluasan market tersebut.
“Karena areanya lebih besar, otomatis tantangannya juga lebih besar. Tidak hanya dari sisi internal, tapi juga dari sisi persaingan, modal, brand, dan lain sebagainya, sehingga kita perlu mereview kembali, apakah yang kita lakukan itu sudah benar.”
Menyadari hal tersebut, perusahaan mengambil langkah awal dengan fokus pada peningkatan kualitas dari sisi internal organisasi. “Tujuan kita saat ini adalah meningkatkan daya saing. Kita memulainya dengan memperbaiki hal-hal yang mendasar, termasuk didalamnya dari sisi organisasi dan proses.”
Kristanto menjelaskan hal penting yang harus dilakukan perusahaan adalah mencari tahu terlebih dahulu apakah organisasi saat ini mampu untuk mendukung perusahaan bersaing di pasar global. “Pertanyaan yang selalu ada adalah apakah organisasi kita saat ini mampu meng-cover fungsi-fungsi yang dibutuhkan, apakah organisasi kita ini sudah benar? Benar sekarang belum tentu benar terus. Benar yang lalu belum tentu benar sekarang. Jadi, kita coba mapping proses kita saat ini seperti apa.”
Selain melakukan mapping proses, Kristanto juga menjelaskan perusahaan perlu melakukan mapping terkait dengan kompetensi sumber daya manusia. “Kita juga tidak bisa lepas dari people. Karena skill orang itu bagaimanapun harus ditingkatkan seiring dengan yang dibutuhkan organisasi.”
Peningkatan kompetensi dari sumber daya manusia yang dibutuhkan organisasi lanjut Kristanto, terutama dari sisi soft skill.
“Kemampuan leadership mereka itu harus ada, meskipun tidak semuanya memiliki kemampuan tersebut, paling tidak kita bisa mengidentifikasi siapa saja yang punya kemampuan tersebut.”
Mapping proses dan people tersebut, menurut Kristanto bertujuan agar tercipta sistem yang baik dan berkelanjutan. “Tidak hanya mapping orangnya, tapi kita juga menyiapkan sistemnya atau jalannya untuk mereka agar bisa menjadi leader-leader di waktu mendatang. Sehingga kalau sistem itu sudah terbentuk, paling tidak sistemnya dapat berjalan, prosesnya terdokumentasi, dan skill orang-orang disini meningkat.”
Kristanto berharap dengan dijalankannya project operational excellence bersama dengan SSCX International hal tersebut dapat menciptakan antusias yang besar dari setiap orang di dalam perusahaan.
[cpm_adm id=”11002″ show_desc=”no” size=”medium” align=”none”]
“Saya berharap program ini bisa membuat mereka excited, bisa membuat mereka lebih baik dan lebih nyaman dalam melakukan pekerjaannya. Harapan saya dalam waktu dekat kita bisa menciptakan quick win sebanyak-banyaknya, dengan begitu mungkin hal itu yang akan membuat mereka senang dan semangat.”
Pasalnya bagi Kristanto, untuk dapat menciptakan budaya operational excellence yang berfokus pada perbaikan terus menerus, hal tersebut bisa dimulai dengan hal-hal yang kecil. “Tidak harus mulai dengan sesuatu yang sulit, selama punya contoh kasus yang mudah, bisa diselesaikan dan mereka bisa merasakan, hal itu bisa kita lihat hasilnya.”***