Industri penerbangan telah menjadi salah satu tulang punggung pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebagai negara kepulauan.

Tak hanya sebatas menganggkut barang dan penumpang, sektor penerbangan juga berpotensi membuka pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di berbagai wilayah. Jika selama ini pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia terpusat di wilayah Jawa, dengan bergeliatnya industri penerbangan, sangat terbuka bagi daerah lain menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Kemampuannya memobilisasi barang dan penumpang dalam waktu yang cepat ketimbang moda transportasi lainnya, menjadikan sektor aviasi ujung tombak pertumbuhan eknomi.

Hadirnya Aerotropolis di Kualanamu

PT Angkasa Pura II (Persero), sebagai BUMN yang bergerak di bidang jasa penerbangan cukup memahami kondisi itu. Hal ini terlihat dari rencana pengembangan kawasan bisnis yang terintregasi dengan infrastruktur kebandaraan (aerotropolis) di Kualanamu, Deli Serdang, Sumatra Utara.

Dalam penjelasannya, seperti dikutip kompas.com, Direktur Utama AP II Tri S. Sunoko menjelaskan bahwa aerotropolis yang dikembangkan ini memungkinkan bertumbuhnya kawasan di sekitar Kualanamu menjadi klater bisnis yang menjanjikan, dan memiliki multiplier effect perekonomian yang luas.

Sebagaimana diketahui, Sumatra Utara menjadi basis industri perkebunan (kelapa sawit, karet) dan industri pengolahannya. Hadirnya aerotropolis di kawasan ini, diharapkan bisa memacu laju perekonomian, seiring dengan mudahnya konektivitas barang dan manusia.

Selain memacu laju perekonomian, hadirnya aerotropolis juga akan memberikan nilai tambah di mata investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia, khususnya di wilayah Sumatra Utara. Ini lantaran infrastruktur menjadi isu tersendiri dalam kaitannya dengan kegiatan penanaman modal.

Dalam catatan Bank Dunia, kurangnya infrastruktur membuat Indonesia berpotensi mengalami overheating, ketika pada saat yang sama pertumbuhan ekonomi menunjukkan tren kenaikan.

Nilai Tambah Berupa Lokasi yang Strategis dan Lahan yang Bisa dikembangkan

Baca juga  Kaizen Perbaikan Kecil untuk Wujudkan Resolusi Besarmu

PT Angkasa Pura II (AP II) sejauh ini menganggap Bandara Kualanamu, di Deli Serdang Sumatra Utara paling siap untuk dikembangkan menjadi aerotropolis. Keberadaan kereta bandara yang menghubungkan bandara ini ke Medan menjadi poin utama terwujudnya aerotropolis, di samping juga akses tol.

Nilai tambah yang lain adalah masih tersedianya lahan yang bisa dikembangkan menjadi kawasan bisnis yang terintegrasi. Dengan demikian, konsep aerotropolis yang dikembangkan AP II di Kualanamu akan memberikan multiplier effect bagi kawasan sekitarnya.

Seperti di Kuala Lumpur, konsep yang diterapkan telah mampu merangsang kawasan yang terbentang antara bandara KLIA dan pusat kota sepanjang 50 kilometer menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang kuat. Beragam sektor industri telah hadir di kawasan tersebut. Tak hanya industri yang berbasis komoditas, melainkan juga industri teknologi informasi, seperti Intel telah memillih lokasi di koridor ini sebagai tempat produksinya.

Pemilihan Kualanamu sebagai aerotrololis secara tidak langsung bisa dilihat sebagai komitmen AP II untuk ikut mengembangkan pusat perekonomian, mengingat sejauh ini pusat perokonomian Indonesia masih terpusat di wilayah Jawa.

Dalam jangka panjang, kawasan ini memang prospektif untuk menjadi mega hub sebagaimana Jakarta, karena posisinya yang sangat strategis, yakni berdekatan dengan negara-negara ASEAN, bahkan dengan salah satu mesin pertumbuhan ekonomi Asia, yaitu India.

Disulap jadi Bandara Transit Internasional

Setelah pertimbangan pemilihan aerotropolis di Kualanamu, PT AP II berencana menjadikan Bandara Kualanamu Sumatra Utara sebagai bandara transit internasional. Dengan begitu maka Kualanamu akan menjadi pesaing Bandara Changi Singapura yang saat ini masih menjadi bandara transit terbaik di kawasan Asia Tenggara (lihat juga: bagaimana proses improvement di Bandara Changi), bahkan menurut survey Skytrax tahun ini sebagai bandara terbaik di dunia.

Baca juga  Frugal Living: Hidup Lebih Efisien, Bermakna, dan Berkelanjutan

“Kita jadikan Kualanamu jadi transit penerbangan internasional, seperti Changi”, ujar Direktur Keuangan AP II Lourensius Manurung di Jakarta, Jumat (12/9/2014) seperti dikutip Kompas.com.

Dia menjelaskan, rencana tersebut berdasarkan beberapa pertimbangan yang akan menguntungkan secara bisnis. Pertama, Kualanamu memiliki fasilitas yang tidak kalah dari Bandara Changi. Artinya, secara fasilitas, Kualanamu siap menyaingi Changi.

Kedua, dengan transit di Kualanamu maka airlines bisa menghemat biayanya karena biaya operasional akan jauh lebih murah dibandingkan transit di Changi. “Dari sisi biaya menghemat 10 – 15 persen karena bisa langsung, kalau di Changi harus muter-muter,” kata dia.

Dengan begitu, dia pun berharap Bandara Kualanamu tidak hanya menjadi tujuan dalam negeri tetapi menjadi perhatian industri penerbangan dunia.***