Seperti yang dikutip dari tulisan Robert Tripp, seorang Master Black Belt, Lean Six Sigma menginspirasi tim untuk mengambil sudut pandang proses yang berbeda, yaitu melalui lensa cerdas yang peka akan kemungkinan terjadinya waste (pemborosan); selain itu juga Lean Six Sigma dapat membantu menemukan, memberi karakter, dan mengontrol proses. Pengadopsian dan penerapan metodologi ini kemungkinan besar akan mengakibatkan beberapa perubahan terjadi dalam organisasi, dan perubahan-perubahan ini perlu dikomunikasikan, diterapkan, dan diatur.

Namun, secara bersamaan, Lean Six Sigma juga merupakan sebuah tool change management yang akan memfasilitasi perubahan (change), sambil juga mempersiapkan user dalam menghadari inisiatif perubahan di dalam organisasi. Dengan demikian, Lean Six Sigma akan memfasilitasi inisiatif perubahan secara simultan.

[cpm_adm id=”10097″ show_desc=”no” size=”medium” align=”right”]

Sebelum melangkah lebih jauh, ada baiknya kita memahami apa yang sesungguhnya dimaksud dengan change management. Seperti yang dipaparkan oleh Wikipedia, change management adalah:

Sebuah pendekatan terstruktur dalam rangka mentransisi individu, tim, dan organisasi dari satu keadaan kepada keadaan lainnya. Dalam manajemen proyek, change management berarti proses manajemen proyek dimana perubahan-perubahan yang dilakukan selama proyek berjalan telah diperkenalkan secara formal dan disetujui bersama.

Perubahan adalah satu-satunya hal konstan yang terjadi di dunia; dan tanpa terkecuali, dunia bisnis. Tujuan dari perubahan dalam organisasi adalah menghadirkan continuous improvement dalam dunia bisnis yang kompetitif, dengan harapan organisasi tersebut berada selangkah lebih maju dibandingkan para kompetitornya, untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan pelanggan secara lebih baik dibandingkan organisasi lain.

Perubahan Vs. Penolakan

Kita perlu mengantisipasi penolakan dari sudut-sudut yang tak terduga ketika melontarkan dan menerapkan inisiatif perubahan. Penolakan ini khususnya terjadi pada saat pertama kali implementasi Lean Six Sigma; apalagi jika metode yang digunakan jauh berbeda dengan proyek sebelumnya.

Baca juga  Pendaftaran Kompetisi OPEXCON 2024 Ditutup 31 Agustus

Pekerja di lapangan mungkin akan mengabaikan perubahan-perubahan yang ada, menolak, menunda, atau gagal memahami perubahan-perubahan tersebut. Penolakan tersebut juga dapat berbentuk ketidak-acuhan yang ditunjukkan seksi lain dalam organisasi, dan sikap non-kooperatif selama proyek berjalan.

[cpm_adm id=”10763″ show_desc=”no” size=”medium” align=”left”]

Untuk mengantisipasi hal tersebut, sebelum melakukan improvement, organisasi harus setidaknya mempersiapkan karyawan dengan menciptakan kultur yang akan mendukung perubahan. Briefing dan pelatihan singkat mengenai Lean Six Sigma akan membantu memulainya. Dengan diterapkannya Lean Six Sigma sebagai change agent pada langkah selanjutnya, perubahan (menuju operational excellence) akan terus terjadi dan menjadi bagian dari budaya organisasi.

Dengan melakukan persiapan yang cukup, organisasi akan mendapatkan keuntungan berupa terbentuknya budaya problem solving yang berbasis kepada tim, yang memberdayakan karyawan untuk melakukan improvement melalui change process. Pendekatan tersebut akan menyadarkan karyawan akan pentingnya perubahan jika ingin membuat organisasi terus berkembang sekaligus menanamkan kebanggaan pribadi karena mampu menjalankan performance excellence.