Dalam membuat mine planning, para planner dan scheduler sering mengalami tantangan seperti data sample yang berbeda dengan kondisi yang sesungguhnya serta harus memperhatikan banyak variabel seperti sampel geologis dan data tambang, kapasitas produksi dan ketersediaan peralatan, ketersediaan mesin dan tenaga kerja, permintaan pasar dan harga komoditas, asumsi biaya produksi dan kesehatan / keselamatan kerja buruh. Berikut adalah penjabaran mengenai lima tantangan dalam pembuatan mine planning dan solusi yang dapat dilakukan.

Dalam beberapa tahun belakangan ini, perusahaan pertambangan di dunia berada dalam tekanan untuk terus meningkatkan output mereka dari tambang yang telah ada, dan untuk menyelesaikan setiap proyek dengan lebih cepat.

Aspek fundamental yang menentukan baik atau buruknya operasional dan produktifitas adalah perencanaan awal, yaitu pada tahap pemodelan geologi (geological modeling)  dan perencanaan tambang (mine planning).

Untuk memaksimalkan profitabilitas tambang, Bill Wilkinson, seorang mantan insinyur senior di Pennsylvanian Coal Company menjabarkan bahwa planner dan scheduler harus menciptakan perencanaan tambang seakurat mungkin; sesuai dengan kondisi lapangan. Ini adalah tugas yang tidak mudah, dan kekeliruan yang terjadi dapat menyebabkan cost yang besar dan tidak teridentifikasi, serta secara signifikan menyebabkan hilangnya kesempatan memperoleh lebih banyak revenue.

Ahli geologi dan insinyur pertambangan harus memperhitungan susunan dari beberapa variabel: sampel geologis dan data tambang, kapasitas produksi dan ketersediaan peralatan, ketersediaan mesin dan tenaga kerja, permintaan pasar dan harga komoditas, asumsi biaya produksi dan kesehatan / keselamatan kerja buruh.

Umumnya, data sampel yang diambil tidak sama persis dengan realita yang terjadi di lapangan. Terlebih lagi, proses pengembangan perencanaan tambang tidak selalu menggunakan sistem yang sama. Hal ini dapat menyebabkan inefisiensi dan lebih banyak kemungkinan terjadi kesalahan. Inefisiensi tersebut dapat disebabkan oleh teknologi yang dipakai, khususnya di daerah yang kompleks secara geologis, juga di area dimana sejumlah besar data sedang dibuat.

Baca juga  Membangun Budaya Inovasi untuk Ciptakan Keunggulan Bisnis 

Sebuah pendekatan best-practice bagi perencanaan dan penjadwalan  tambang harus diterapkan dengan segera dan akurat, sehingga produksi dapat memenuhi permintaan pasar dengan tepat, atau optimasi from mine to market.

Tantangan 1: Menangkap dan mengenali kompleksitas deposit mineral

Model geologis yang dibuat pada studi kelayakan awal sering tidak cukup rinci untuk memberikan gambaran akurat mengenai tambang, sedangkan akurasi tersebut diperlukan untuk menciptakan rencana produksi yang mendetail. Model geologi pada tambang batubara dan bijih besi seringkali dibuat terlalu simpel, khususnya di bagian pemodelan fault (patahan geografis yang terbentuk akibat pergeseran lempeng bumi). Hal ini akan mempersulit prediksi dan produksi di area pertambangan.

Untuk menyasar variasi yang timbul antara perencanaan dan proses produksi yang sebenarnya, perusahaan tambang harus menyeimbangkan pembuatan mine model yang sesuai dengan kondisi lapangan seakurat mungkin. Modeling juga harus sesuai dengan database geografis. Patahan geografis yang ada harus tertangani dengan baik saat proses modeling.

Tantangan 2: Meng-update perencanaan tambang dengan data baru dari lapangan

Membuat perencanaan dan penjadwalan tambang biasanya sangat menyita waktu dan tenaga, yang mempersulit pembuatan perencanaan (plan) yang update dan plan baru bersamaan dengan diterimanya data baru. Dengan kata lain, data selalu datang lebih cepat daripada pembuatan plan baru. Hal ini diperparah oleh kecenderungan pergantian staf dan kurangnya tenaga ahli dalam geologi dan perencanaan tambang untuk mengeksekusi kegiatan perencanaan.

Perusahaan harus bisa menemukan cara yang lebih cepat dalam membuat model geologi, perencanaan dan penjadwalan tambang dengan cara meng-otomatisasi proses yang ada. Perencanaan harus bisa ter-update dengan berkesinambungan sesuai dengan berubahnya kondisi di lapangan, seperti keadaan pekerja, plant, dan ketersediaan peralatan. Dengan demikian, update perencanaan tambang yang tadinya butuh waktu beberapa hari dapat dilakukan dalam hitungan jam.

Baca juga  Wajib Tahu, Inilah Jalan Ninja Menuju Keberhasilan Organisasi

Tantangan 3: Membuat perkiraan produksi dan budget yang akurat

Mengelola variasi alami dari bentuk dan ukuran barang tambang, seperti misalnya bijih besi, sangatlah sulit. Inefisiensi proses dan defisiensi teknologi berakibat pada terhambatnya aliran data tambang (mine data) baru yang akan melengkapi model geologis dan perencanaan tambang dalam operasional.

Mining plan harus menggabungkan informasi-informasi terbaru dari lapangan untuk meningkatkan akurasi dalam membuat model geologis. Model geologi inilah yang menjadi pondasi dan memberikan asumsi bagi perencanaan tambangning. Model geologi yang akurat akan menghasilkan perencanaan tambangning dan scheduling yang juga akurat. Perencanaan tambang dan scheduling yang akurat akan mengurangi variasi produksi terencana dibandingkan dengan produksi aktual, yang artinya akan meningkatkan prediktibilitas produksi. Dengan secara rutin mengupdate plan berbasis kepada data lapangan, banyak pekerjaan tambahan yang dapat dihindari.

Tantangan 4: Memanfaatkan perubahan pasar yang cepat untuk meningkatkan kondisi operasional

Karena lamanya waktu yang dibutuhkan untuk membuat pemodelan geologi dan melakukan perencanaan tambang, frekuensi penyusunan planning mungkin tidak akan bisa selaras dengan frekuensi terjadinya perubahan. Perencanaan tambang dan schedule akan sulit beradaptasi dengan perubahan kondisi sumberdaya perusahaan, seperti SDM, plant, dan peralatan yang tersedia. Insinyur dan ahli geologi lebih fokus kepada mekanisme pengembangan perencanaan tambang dibandingkan dengan peningkatan kinerja operasional. Hasilnya, proses yang dijalankan cenderung lebih manual.

Perusahaan harus bisa meningkatkan otomatisasi proses perencanaan tambang, mungkin dengan menerapkan tool ‘self documenting’, serta mengotomatisasi prosedur pembuatan laporan. Dengan demikian, insiyur, ahli geologi dan staf teknis bisa lebih leluasa untuk mencari langkah efisiensi operasional, seperti optimasi program drilling exploration, meningkatkan produksi tambang dengan menemukan cara inovatif dalam melakukan penambangan di lingkungan geografis yang sulit, dan menerapkan skill yang dimiliki untuk memastikan eksekusi final plan yang efisien dalam kegiatan operasional di lapangan.

Baca juga  Bagaimana cara kerja pemimpin yang agile?

Tantangan 5: Memperlancar aliran informasi antara pemodelan geologi, perencanaan tambang, dan penjadwalan tambang

Jika perencanaan dan penjadwalan tambang tidak berjalan dalam satu sistem yang terintegrasi, pemodelan geologi, perencanaan dan penjadwalan tambang tersebut harus dipindah dan dimasukkan ulang, meningkatkan kemungkinan terjadi kesalahan dan memperlambat waktu proses turnaround.

Karena itulah perusahaan harus bisa mengusahakan sebuah platform yang meng-cover pekerjaan dari mengambil raw-data geologi, membuat model geologi, dan rancangan tambang untuk meng-update jadwal jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Cara ini akan menghemat waktu update perencanaan tambang jangka panjang sebanyak 40-60%.