Efisiensi industri identik dengan perampingan proses yang berdampak pada efektivitas waktu dan pengurangan biaya operasional. Perampingan proses industri merupakan elemen penting dalam konsep total productive maintenance (TPM). Di lini produksi, perbaikan kinerja menjadi kata kunci kesuksesan output produk.

Salah satu matrik untuk mengukur terjadinya perbaikan kinerja di lini produksi adalah overall Equipment effectiveness (OEE). Semakin tinggi nilai OEE mengindikasikan pencapaian kinerja ideal. Misalnya Nilai OEE yang mencapai 100 persen berarti produksi berjalan sempurna, produktivitas maksimum.

Lini produksi menghasilkan produk 100 persen baik, sesuai standar tanpa down time. Perlu diketahui jika nilai OEE kelas dunia adalah 85 persen. OEE mengukur kinerja produksi melalui sejumlah ukuran, salah satunya schedule loss yaitu berhentinya mesin sesuai jadwal.

Pedoman pengukuran OEE berbasis jenis loss antara lain availability, performance loss dan quality loss. Availability loss merupakan semua peristiwa yang menghentikan produksi. Contohnya termasuk kerusakan peralatan, pemeliharaan yang tidak direncanakan, kekurangan material produksi, maupun pergantian shift.

Performance Loss, adalah semua faktor yang menyebabkan proses untuk beroperasi pada kecepatan yang lebih rendah dari kecepatan maksimum, termasuk siklus lambat ataupun small stoppages. Contohnya termasuk mesin macet, tersendat, suplai material kurang lancar. Sementara quality loss merupakan pengukuran hilangnya produktivitas karena produk yang tidak memenuhi standar kualitas, termasuk reject, maupun rework.

Pengukuran kemampuan mesin menggunakan metode OEE pertama kali diperkenalkan Seiichi Nakajima, seorang praktisi dunia industri suku cadang dari Jepang menjelang 1980. Sekitar 1988, Nakajima menerbitkan buku panduan mengenai TPM dan OEE dalam Bahasa Inggris. Nampaknya buku tersebut mendapat apresiasi yang baik dari pasar, terutama di Eropa dan Amerika.

Saat ini OEE berkembang menjadi berbagai versi. Bahkan masing-masing versi berupaya membuat format aplikasi, spesifik dan unuk untuk kelompok industri tertentu. Industri otomotif, makanan, farmasi, pengolahan logam, industri kayu dan tambang menjadi contoh sektor industri yang mengembangkan konsep OEE. Memasuki era 2000an, mesin-mesin produksi asal jepang, Amerika dan Eropa mulai mengembangkan sistem kontrol pada mesin yang dilengkapi sensor, piranti penunjang terkait informasi performa mesin.

Baca juga  Ingin Bisnis Berkelanjutan? Ikuti Webinar ESG & Lean Sustainability GRATIS

Misalnya Vorne, sebuah perusahaan berbasis di Chicago, Amerika Serikat yang telah lama mengembangkan XL Productivity System. Sebuah alat pengukuran loss productivity yang menghasilkan top losses report secara instan, menunjukkan informasi penting mengenai losses terbesar. Membuat perusahaan lebih optimal mengarahkan energi dan sumberdaya untuk perbaikan kinerja. Sejumlah benefit yang didapatkan dari penggunaan XL Productivity System:

-Menghasilkan data 30 hari terakhir.
-Mengidentifikasi satu loss dalam top five, dimana tim merasa memiliki keyakinan untuk melakukan perbaikan.
-Mengetahui dan menyepakati perbaikan dan kemungkinan kbutuhan sumberdaya eksternal untuk mencapai target.
-Memantau top losses report terutama informasi tren secara rutin.

Perusahaan dengan mudah mengantisipasi loss productivity di lini produksinya. Pun, perusahaan bisa langsung menggunakan XL System, menggunakan free trial dari FTX, unit bisnis di SSCX International, sebagai exclusive regional implementation partner untuk produk Vorne. []