Mungkin Anda masih ingat bagaimana media membahas Blackberry milik Presiden AS Barack Obama pada saat ia terpilih sebagai presiden. Blackberry berada pada masa jayanya. Korporasi menggunakan layanan mereka, mulai dari pasar utama mereka yaitu perusahaan di Amerika hingga kemudian seantero jagat. Indonesia tidak kalah tentunya. Perusahaan di Indonesia mulai menggunakan Blackberry Enterprise Services BES dan Blackberry Internet Services BIS.
Hanya berselang sekian tahun dari masa jaya, kini Blackberry (baca: kami menyamakan RIM dengan Blackberry untuk alasan kepraktisan) tengah menghadapi masa kelam. Kemarin, Blackberry secara mengejutkan melaporkan lebih awal bagaimana mereka diprediksi akan rugi sekitar 1 Milyar Dolar! Ya, sekitar 11 Triliun Rupiah untuk kuartal ini. Mereka juga melaporkan akan memangkas jumlah headcount mereka sebanyak 40%!
Blackberry sempat dipakai sebagai studi kasus bagaimana perusahaan bisa sukses lewat produk berkualitas dan inovatif. Anda bisa mencari di Google (lakukan pencarian untuk artikel tahun 2000an).
Dari situs milik agency mereka (Landor), tercantum rangkaian pengakuan atas Blackberry (Research In Motion):
- BlackBerry was named one of the Best Brands of 2007 by BtoB magazine.
- Since 2004, Research In Motion Limited (behind its BlackBerry brand) has been one of the outstanding performers on Wall Street, with a 2-for-1 stock split in 2004 and 3-for-1 split in 2007; it has become the “must-have” business tool for the twenty-first century.
- BlackBerry is the fourteenth most valuable global brand according to the 2010 BrandZ Top 100 Most Valuable Global Brands study by Millward Brown, posting a 12% increase in value over 2009. It was not even listed in the Top 100 five years ago.
Bagaimana mungkin perusahaan dan produk dengan skala semasif itu dapat dalam waktu singkat berada pada sisi jurang? Banyak studi kemudian dilakukan untuk memahami “kejatuhan” ini. Ada beberapa yang menarik dan masuk akal:
- Kegagalan Blackberry untuk fokus pada pasar consumer. Mereka sangat yakin dengan pasar korporasi, sehingga tidak memberikan fokus pada pasar consumer yang ternyata berakibat fatal. Tulisan di Washington Post ini sangat menarik.
- Kegagalan Blackberry untuk memahami kebutuhan dan keinginan pengguna. Masih ingat dengan Blackberry 8310? Smartphone ini dirilis pada Agustus 2007, setengah tahun setelah Apple merilis iPhone. Anda bisa membandingkan user experience yang ditawarkan masing-masing.
- Blackberry sangat percaya dengan physical keyboard mereka. Butuh waktu sangat lama bagi Blackberry untuk kemudian percaya bahwa smartphone tanpa keyboard fisik bisa diterima pasar.
- Anda dapat mengisi pandangan Anda di bagian ini:…………..
Anyway, semua orang bisa memberikan alasan dan penjelasan kenapa hal ini terjadi. Saya jadi ingat buku The Black Swan, setelah terjadi, kita jadi punya penjelasan logis, padahal sebelumya mungkin tidak ada yang percaya. Jangan lupa, dalam 1-2 hari ini, pengguna iOS dan Android dapat menggunakan Blackberry Messenger alias BBM.
Selamat berakhir pekan! Mari saling berganti PIN BBM.
Bisa jadi apa yang sedang dialami RIM karena kesalahan mereka dalam menerapkan strategi bisnis. Pada era seperti ini beberapa perusahaan sudah menerapakan customer oriented, dengan melihat pasar sebagai dasar penegembangan bisnis. RIM justru tengah berjibaku untuk meningkatkan product oriented karena gengsi kalah saing dengan aple dan android.
salam
wahyu sugiarto