Design thinking adalah metode dalam creative problem solving yang fokus pada empati pelanggan. Metode ini biasanya digunakan untuk mengembangkan produk dan layanan baru, atau memperbaiki produk yang sudah ada. Namun penting diketahui, design thinking dapat membantu Anda menyelesaikan masalah apa pun termasuk krisis keuangan yang mengancam banyak perusahaan di tengah Covid-19.
Covid-19 telah menimbulkan krisis secara global, namun sebagai pelaku dan pemilik bisnis kita harus bisa memanfaatkannya sebagai peluang baru. Nah, untuk menjadi disruptor di tengah iklim yang tidak terprediksi ini, maka Anda membutuhkan sesuatu yang baru, mindset baru dan skill baru. Apa itu? Jawabannya adalah, DESIGN THINKING.
Design thinking pada dasarnya adalah tentang bagaimana menjawab tebakan sebanyak mungkin dengan cepat. Cara kerjanya cukup mudah, yaitu dengan mengamati dan memperhatikan keinginan orang-orang saat ini, menggunakan hasil pengamatan untuk menciptakan produk atau layanan dan kemudian menentukan kelayakan dan keberhasilan produk atau layanan tersebut. Perlu ditekankan bahwa setiap tahapan dalam design thinking selalu berfokus pada pengguna akhir. Fokus pada pengguna akhir inilah yang dapat diterapkan untuk melangsungkan transformasi yang sukses di organisasi. Design thinking, memungkinkan tim yang lintas fungsi dan level berkomunikasi secara transparan, memiliki mindset yang mendukung inovasi, dan mampu menyelaraskan hasil sesuai yang diinginkan sehingga akuntabilitas terhadap transformasi menjadi milik bersama. Sampai sini cukup jelas kan, design thinking adalah apa yang Anda butuhkan sebagai terobosan.
Langkah Penting dalam Design Thinking
Varian design thinking pertama kali dideskripsikan oleh Herbert Simon, seorang pemenang Hadiah Nobel pada tahun 1969. Namun seiring perkembangannya, model design thinking yang populer adalah yang diusulkan oleh Hasso Plattner Institute of Design. Mengutip Thedailystar, model populer ini memiliki lima fase yang tidak selalu berurutan dan tidak harus mengikuti urutan tertentu. Kelima fase tersebut yaitu:
– Empathise – Dengan target audiens
– Define – Kebutuhan dan masalah mereka, dan wawasan Anda
– Ideate – Dengan asumsi yang menantang, buat ide untuk solusi
– Prototype – Untuk mulai membuat solusi
– Test – Solusi yang dibuat
Lebih lanjut, kunci keberhasilan dari design thinking adalah fokus pada 3 aspek “People, Process, Business”. People, memprioritaskan empati dan aspek solusi yang human-centered. Process, yaitu memastikan ide layak secara teknis. Sementara aspek business yaitu layak secara finansial. Nah agar ketiga aspek ini terpenuhi, maka organisasi harus melakukan beberapa langkah yang diperlukan. Menurut penulis buku B State, Mark Samuel di artikel Forbes, langkah yang harus diambill organisasi agar sukses bertransformasi menggunakan design thinking adalah:
- Identifikasi kondisi saat ini (keadaan A) dan keadaan terobosan (keadaan B).
Sangat mudah untuk mengidentifikasi keadaan A karena ini menyangkut pola pikir dan perilaku saat ini, sementara keadaan B adalah tentang apa yang harus dilakukan seseorang secara berbeda (pemikiran dan perilaku) jika mereka mencapai hasil bisnis di level baru dan transformasi budaya yang diinginkan untuk hasil yang optimal.
Peran manajer proyek bukan lagi memastikan proyek sesuai jadwal, tetapi bergesar dari pengontrol proyek menjadi fasilitator. Dalam hal ini, peran manajer proyek menjadi lebih luas utamanya lebih aktif dalam diskusi dan resolusi. Manajer proyek harus memfasilitasi partisipasi tim lintas fungsi dalam perencanaan proyek, penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan dari awal hingga akhir, memastikan semua fungsi memiliki input yang sesuai di seluruh proyek.
2. Buat peta proses yang jelas.
Setelah masing-masing memiliki peran yang jelas (dengan hasil dan harapan baru), maka perlu untuk membuat peta proses yang jelas untuk mengidentifikasi kapan dan bagaimana mereka akan terlibat dalam proses penyelesaian proyek. Seluruh tim harus siap sehingga mereka tahu bagaimana mempersiapkan dan apa harapan mereka. Ini mengurangi redudansi dan memberi anggota tim rasa ownership.
3. Mengembangkan kebiasaan tim.
Yaitu dalam aspek-aspek kunci, ini termasuk perencanaan, alignment antara hasil dan harapan, mengungkap dan menyelesaikan masalah, membuat kombinasi pengambilan keputusan. Ketika semua departemen dan individu mengetahui peran mereka masing-masing dan memiliki peta proses, mereka kemudian dapat mengembangkan habit atau kebiasaan untuk mengurangi kebingungan. Tim dan anggota tim akan tahu apa yang perlu dilakukan dan kapan serta bagaimana berkomunikasi secara efektif dengan departemen lain.
4. Buat pertemuan untuk pemecahan masalah.
Pertemuan seharusnya dilakukan dengan tujuan mengumpulkan kecerdasan kolektif dari tim, melibatkan mereka dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
5. Laporkan kemajuan.
Individu dan tim perlu tahu bahwa upaya mereka dihargai, bermanfaat dan secara aktif mendorong proyek ke depan. Laporan kemajuan (progress report) yang dilakukan secara rutin adalah cara untuk membuat semua orang tahu bagaimana pekerjaan mereka dapat memajukan agenda dan visi perusahaan. Ini membangun kepercayaan diri, moral dan rasa persahabatan. Laporan kemajuan juga memberi tahu para pemangku kepentingan apakah tim bekerja lebih cepat dari jadwal atau sebaliknya memiliki inefisiensi dalam sistem.
Mengadopsi Design Thinking di Organisasi
Pasca pandemi, setiap organisasi akan menghadapi kenormalan baru di hampir semua aspek. Untuk itu adalah penting bagi perusahaan untuk menggunakan design thinking.
Ini adalah kemampuan yang akan membantu organisasi memecahkan setiap masalah sehingga bisa melaju di era kenormalan baru. Jika Anda masih ragu dengan metode ini dan dampak yang dihasilkannya, berikut adalah daftar beberapa perusahaan yang sudah menggunakan metode design thinking; Apple, IBM, SAP, Lego, BMW, Microsoft, Toshiba, Google, Gojek, Airbnb, Philips, dan Uber.
Jelas, bukan? Design Thinking adalah metode powerfull yang sudah digunakan oleh perusahaan-perusahaan kelas dunia, jadi pastikan Anda dan organisasi Anda tidak ketinggalan mendapat manfaat besar dari metode creative problem solving satu ini. Nah, bagi Anda yang ingin tahu lebih dalam tentang cara kerja metode design thinking, SSCX International akan menyelenggarakan webinar “Design Thinking” pada tanggal 3 Agustus 2020. Juga Public Training Design Thinking pada 26-27 Agustus 2020, untuk mempelajari cara efektif implementasi metode ini. Segera hubungi tim SSCX di event@shiftindonesia.com atau http://wa.me/628175763021.