Dapatkah anda berjalan hanya dengan 1 kaki? Tentu tidak.

Lean adalah sistem yang akan membawa organisasi menuju continuous improvement yang harus dijalankan secara total, dimana keterlibatan setiap orang dibutuhkan.

Norman Bodek, seorang pakar dan praktisi Lean, bercerita mengenai kunjungannya ke pabrik Toyota di Georgetown, Kentrucky, AS. Ia berjalan bersama rombongan eksekutif dari berbagai perusahaan. Salah satu dari eksekutif bertanya kepada Gary Convis, presiden Toyota pada saat itu, “Apa yang anda harapkan dari karyawan anda?” Gary menjawab, “Saya hanya menginginkan dua hal: datang ke tempat kerja dan tariklah kabel.”

Maksud dari kata “tariklah kabel” yang disampaikan Gary adalah, setiap karyawan harus berinisiatif untuk memutuskan dan melakukan apa yang harus diputuskan dan dilakukan. Simpel, tapi agak ‘sulit’ dijalankan. Bayangkan berapa banyak manajer atau direktur yang memberikan keleluasaan karyawannya untuk ‘menarik kabel’, menghentikan lini produksi, dan menyelesaikan masalah? Norman memperkirakan, hanya 1% pimpinan di perusahaan yang menjalankan Lean yang membiarkan karyawannya menghentikan lini. Mengapa demikian?

Lean adalah sebuah metode powerful yang mengantarkan Toyota, yang tadinya hanya perusahaan kecil di 1952, menjadi korporasi terbesar dan tersukses di dunia, yang memproduksi mobil berkualitas tinggi. Rahasia Lean terletak pada esensinya, yaitu memberikan kemampuan kepada karyawan untuk menjadi problem-solver, membuat setiap pekerja dapat mengandalkan diri mereka sendiri. Apakah anda bisa melakukannya? Apakah anda bisa mulai mempercayai karyawan bahwa mereka mampu membuat keputusan yang tepat untuk perusahaan? Bagaimanapun, anda pasti bisa melakukannya, karena Toyota-pun bisa.

Anda menjalankan Six Sigma, itu bagus! Kaizen Blitz yang dijalankan di organisasi juga merupakan langkah yang tepat! Anda juga membuat Value Stream Mapping, melakukan 5S di area kerja, menjalankan cellular manufacturing, menerapkan TPM, dan mengadopsi berbagai tool powerful milik Toyota. Itu merupakan langkah-langkah hebat menuju OpEx. Tapi sayangnya, dengan berbagai alasan yang kurang tepat, seringkali anda menolak untuk memberikan kemampuan kepada karyawan yang akan membuat mereka mampu mengandalkan diri sendiri.

Seperti yang disampaikan Norman, Toyota mungkin sempat ragu untuk membangun pabrik di Amerika. Awalnya mereka menawarkan joint venture kepada General Motors, dan Toyota akan mengajarkan kepada merena bagaimana cara menggunakan TPS (Toyota Production System) dan mentransfer metode tersebut untuk diterapkan di pabrik-parik General Motors. GM yang bersikap meremehkan akhirnya menyerahkan pabrik terburuk mereka di Fremont, California (NUMMI) untuk dijalankan oleh Toyota. Setahun kemudian, NUMMI menjadi pabrik terbaik yang dimiliki GM, namun sayangnya mereka gagal mempelajari cara yang tepat untuk mengimplementasi Lean dengan benar di pabrik-pabrik mereka yang lain, hingga akhirnya mengalami kebangkrutan.

Baca juga  Data-driven Manufacturing untuk Transformasi Industri

Norman Bodek baru saja kembali dari kunjungannya ke Jepang yang ke-81, dan menyaksikan bahwa model bisnis Toyota masih tetap menjadi yang terbaik untuk dijadikan percontohan. Ia menekankan pentingnya mempelajari cara mereka untuk membuat setiap karyawan di perusahaan terlibat dalam continuous improvement.

Temukan cara untuk membuat setiap orang di perusahaan anda berjalan diatas 2 kaki!

Sumber:
Norman Bodek, Portland State University.