Mentalitas silo menurut kamus bisnis adalah sebuah pola pikir masa kini ketika beberapa departemen atau sektor tertentu tidak menginginkan untuk berbagi informasi dengan departemen atau sektor lainnya di dalam perusahaan yang sama. Tipe mentalitas seperti ini akan mengurangi efisiensi dalam proses bisnis keseluruhan, mengurangi nilai-nilai moral, dan berpotensi pada matinya budaya perusahaan yang produktif.
Dalam sebuah bisnis kecil, pemilik usaha atau para manajer mengatur para karyawan berdasarkan pada aturan dan rutinitas yang ditentukan dari struktur organisasi tersebut. Jika di perusahaan tersebut ada banyak aturan, maka pemilik usaha akan mengatur para karyawannya secara formal, memastikan bahwa semua aturan tadi telah diikuti dengan baik dan juga tertib. Namun, jika disana hanya ada sedikit aturan, maka para karyawan akan sangat nyaman mengikuti budaya yang fleksibel. Dan sebuah budaya formal dengan aturan yang ketat ini lah yang akan lebih cenderung memiliki masalah budaya silo.
Definisi Silo
Silo adalah istilah bisnis yang telah banyak digunakan dan didiskusikan oleh banyak pelaku bisnis selama 30 tahun terakhir. Tidak seperti banyak istilah manajemen lainnya, tren budaya bisnis ini menjadi salah satu masalah yang belum hilang selama bertahun-tahun.
Mentalitas silo dapat terjadi ketika sebuah tim atau departemen berbagi tugas umum tapi berdasarkan pada kekuasaan dan status dari kelompok mereka. Mereka cenderung untuk enggan berbagi resources atau berbagi ide dengan kelompok lain atau hanya mempersilahkan saran yang nantinya bisa mereka kembangkan sendiri. Budaya silo ini akan menciptakan kolaborasi dari berbagai tim atau departemen menjadi terbatas, kecuali kolaborasi tersebut dapat menguntungkan para anggota didalam kelompok tersebut. Selain itu, para anggota silo cenderung berpikir sama. Mereka mendapatkan kekuasaan mereka dari berbagi fungsi dan pengetahuan teknis mereka.
Peran Pemimpin
Disinilah peran pemimpin eksekutif yang bertanggung jawab penuh terhadap pembentukan mindset silo dalam bisnis kecil mereka. Sebagai pemimpin eksekutif dan manajer, mereka menetapkan sebuah irama dan mengatur nilai-nilai sebagai budaya bisnis mereka. Mereka memberikan persetujuan kepada para karyawan yang berusaha untuk melindungi wilayah tim mereka. Para pemimpin eksekutif dan manajer ini bisa memperkuat silo dalam budaya bisnis nya dengan “all-or-nothing management style” atau mempromosikan kolaborasi dengan sebuah gaya manajemen yang inklusif.
Attitudes
Mindset silo tidak muncul dengan disengaja ataupun secara kebetulan saja. Seperti yang dikutip dari Forbes, akar permasalahan mindset silo biasanya berasal dari konflik kepemimpinan. Ada berbagai sumber mindset silo yang akan memengaruhi sebuah budaya bisnis kecil. Beberapa karyawan akan dipekerjakan dalam fungsi bisnis, seperti sales atau marketing, dan melakukan pendekatan terhadap pekerjaan mereka dengan mental seorang sales atau marketing. Beberapa lainnya mempelajari mindset silo dari pemilik usaha atau karyawan senior atau membangun pola pikir berdasarkan sesuatu yang berhubungan dengan fungsi bisnis lain di luar pekerjaan mereka.
Struktur Organisasi
Struktur dari bisnis ini sendiri, atau tugas dari para karyawan dalam membangun hubungan dengan yang lainnya, dapat menumbuhkan mindset silo. Banyak eksekutif melihat organisasi mereka dan menghilangkan ketidakefektifan dalam departemen mereka serta kurangnya solusi yang bersifat lintas – fungsional dengan para karyawan yang kurang berpengalaman, ataupun kurangnya pelatihan dasar. Namun sayangnya, faktor tadi bukanlah penyebab utama dari mindset silo.
Jika seorang pemilik bisnis mendirikan perusahaan dengan membuat kebijakan perencanaan yang membawa orang-orang dari departemen berbeda secara bersama-sama, mereka akan patuh pada peran mereka, yang justru akan membentuk pemikiran yang tertutup. Menurut Vijay Govindarajan, seorang bolgger dari Harvard Business Review Blog Network, para konsumen, pesaing, kemajuan teknologi atau kebijakan pemerintah dapat mengubah mindset silo ini. Namun, perubahan harus datang dari pemilik bisnis. Seorang pemilik eksekutif harus merencanakan team-building dan berbagi informasi yang strategis untuk membantu karyawan berpikir lebih global. Karyawan juga perlu insentif dalam bekerja sama, seperti hal nya sebuah proyek baru yang menawarkan imbalan keuangan untuk kolaborasi antar departemen.***