Tahun 2013 hampir berakhir. Biasanya, menyongsong tahun 2014 nanti, sebagian besar dari kita melakukan renungan terhadap tahun yang akan berakhir, dan membuat satu rumusan “keputusan” semua hal yang akan dilakukan atau berhenti dilakukan di tahun 2014 nanti, yang biasa dinamakan New Year resolution.
New Year resolution ini sangat sejalan dengan prinsip dasar Continuous Improvement, yaitu melihat apa yang sudah terjadi dan berusaha menjadi yang lebih baik di masa depan. Sayangnya, riset yang dilakukan majalah Forbes menunjukkan hanya 8% dari orang yang membuat New Year resolution benar-benar berhasil melakukan resolution mereka. Kemudian menurut pakar Kathleen M. Zelman, MPH, RD, LD, 36% dari orang yang membuat New Year resolution akan ‘drop out’ di akhir bulan Januari. Enam bulan kemudian, 56% orang sudah ‘drop out’.
Mengapa kebanyakan orang, dan juga organisasi, yang ingin berubah mengalami kesulitan untuk berubah?
Menurut Kerry Patterson, pakar manajemen perubahan dan pengarang empat buku New York Times best seller, perubahan itu tidak bisa terjadi dengan hanya mengandalkan kekuatan keinginan kita saja. Ada 6 faktor pendorong yang bisa mendukung atau sebaliknya menggagalkan niat perubahan kita. Keenam faktor itu bisa dilihat pada Gambar 1 dan bisa kita bahas secara singkat.
#1 Faktor Motivasi Diri
Tingkat kesuksesan perubahan yang ingin kita lakukan berbanding lurus dengan tingkat pentingnya alasan kenapa perubahan itu diperlukan. Dan tingkat pentingnya alasan dari perubahan ini datangnya harus dari dalam diri kita sendiri. Contoh yang paling mudah adalah keinginan seseorang untuk berhenti merokok. Data – data yang ada semua sudah membuktikan bahwa merokok memperpendek usia si perokok dan bahkan juga usia orang – orang di sekitar si perokok itu. Akan tetapi, seorang perokok tidak akan ingin berhenti merokok bila ia tidak mendapatkan pengalaman pribadi yang emosional tentang pentingnya ia untuk berhenti merokok. Misalnya ketika ia mengalami sesak nafas, atau ia melihat sendiri seorang perokok yang ia kenal baik terbaring di rumah sakit dengan berbagai macam alat bantu pernapasan, dan seterusnya.
#2 Faktor Kemampuan Diri
Motivasi diri saja tidak cukup. Untuk berubah, kita juga perlu mendapatkan skill yang memadai untuk melakukan perubahan itu. Melanjutkan contoh di atas, seorang perokok perlu mempelajari kiat – kiat tentang bagaimana caranya berhenti merokok: Misalnya dengan mengetahui kondisi apa yang membuat dirinya ingin merokok dan memasang ‘alarm’ dalam dirinya untuk menghindari kondisi pemicu keinginan merokok ini, atau mencari kegiatan lain sebagai pengganti kegiatan merokok. Mengikuti training, membaca buku, melakukan latihan, dan mengumpulkan informasi – informasi dari sumber – sumber yang bisa dipercaya merupakan hal yang penting dilakukan seseorang untuk mempelajari bagaimana caranya untuk bisa mencapai perubahan yang diinginkan.
#3 Faktor Motivasi Sosial
Nah ini adalah faktor yang khususnya di Indonesia menjadi faktor yang sangat kuat. Untuk berubah, kita membutuhkan lingkungan pergaulan yang mendukung perubahan kita itu. Sebagai contoh, bila seorang perokok ingin berhenti merokok, ia akan sangat sulit untuk melakukan hal tersebut bila teman – teman hangout nya merokok. Peer pressure akan terjadi dan ia akan kesulitan untuk tampil beda di depan lingkungannya. Dinamika yang serupa ini bisa kita temukan juga di bidang karir, keluarga, spiritual, dan lainnya. Lingkungan kita menentukan dan membentuk karakter dan kebiasaan kita.
#4 Faktor Kemampuan Sosial
Lawan dari peer pressure, faktor ini bisa disebut sebagai peer support. Berhubungan dengan pembentukan kemampuan diri, perjalanan perubahan kita akan menjadi lebih sukses bila lingkungan kita juga berbagi informasi, pengalaman, dan tenaga positif di mana kita mendapatkan informasi yang dibutuhkan, dukungan yang menguatkan, serta bukti – bukti sukses dari orang lain yang melakukan perubahan seperti kita. Sebagai contohnya adalah perkumpulan – perkumpulan yang dilakukan oleh orang – orang yang ingin berhenti merokok, di mana mereka sharing tentang motivasi mereka berhenti merokok dan kisah – kisah sukses dari mereka yang sudah berhenti.
#5 Faktor Struktural Mendukung Motivasi
Hal ini sebenarnya adalah hal yang paling mendasar dalam perubahan. Bila sistem di mana kita beraktifitas membuat kita lebih mudah melakukan perubahan yang diinginkan, maka kita akan lebih mampu melakukan perubahan tersebut. Sebagai contoh, bila iklan rokok yang pesannya “smoking is success” tidak dibuat raksasa dan tidak dipasang dimana-mana, apalagi bila ditambah kampanye yang mendidik masyarakat tentang bahaya merokok, dan iklan – iklan raksasa yang pesannya “smoking is dirty”. jumlah perokok di Indonesia dijamin menurun. Reward dan punishment perlu dibuat (dalam contoh ini reward yang diberikan adalah social / psychological reward and punishment).
#6 Faktor Struktural Mendukung Kemampuan
Faktor ini sejalan dengan faktor struktural yang mendukung motivasi. Bila kita membentuk ‘infrastruktur’ untuk mendukung perubahan yang diinginkan tersebut, kita akan mempermudah terjadinya perubahan itu. Misalnya, sehubungan dengan keinginan berhenti merokok, bila kita buat rokok lebih sulit didapat, misalnya dengan melarang atau membatasi rokok untuk dijual di setiap pojok jalan, setiap warung, dan setiap mini market, maka jumlah perokok juga akan menurun. Banyak lagi hal yang lain yang dapat dilakukan untuk mendukung keinginan orang berhenti merokok, misalnya dengan menaikkan harga rokok secara signifikan.
Dalam konteks organisasi, 6 syarat vital tersebut dapat kita rumuskan ke dalam satu rangkaian change management program.Program ini akan menciptakan 6 faktor pendukung perubahan yang dibahas di atas. Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah menciptakan visi yang dinginkan dari value sebuah organisasi. Visi ini akan menjadi motivasi diri kita untuk melakukan perubahan yang dibutuhkan. Selanjutnya, kita akan melihat People, Process, dan System untuk membentuk struktur dan lingkungan yang dibutuhkan yang mendukung motivasi dan kemampuan. Sebagai ilustrasi, kita bisa membayangkan sebuah papan keseimbangan, di mana Attractor dalam bentuk motivasi dan kemampuan dari sebuah organisasi untuk berubah harus lebih besar daripada Detractor dalam bentuk kendala dan ketakutan yang dimiliki para anggotanya.
Pada akhirnya, yang kita butuhkan adalah konsistensi pelaksanaan. Struktur dan lingkungan yang telah dibentuk perlu dipelihara dengan tindakan – tindakan yang kita sebut visible endorsement. Artinya, tindakan – tindakan yang sejalan dengan visi yang ingin dicapai perlu kita hargai, dan tindakan – tindakan yang tidak sesuai perlu kita benarkan. Dengan konsistensi tindakan ini akan terbentuk kebiasaan baru dengan social motivation yang baru, sehingga pada akhirnya perubahan dapat menjadi permanen dan menjadi budaya.
Sulit? Maybe. Tidak semua niat untuk berubah akan menjadi kenyataan. Akan tetapi, justru karena sulitnya kita berubah ini, perlu kita yakini dampak positifnya dari perubahan ini akan sangat rewarding. Semua hal yang berharga perlu dicapai dengan perjuangan.
Happy New Year!