Selama ini, di dunia profesional, telah berkembang sebuah pemikiran yang mengatakan bahwa “jika anda ingin sukses, anda harus memiliki jam kerja lebih panjang daripada orang lain”.
Program Improvement: Siapa yang Untung?
Jay Arthur, seorang Lean expert yang tengah memberikan pelatihan Lean Six Sigma di sebuah perusahaan menyampaikan hal ini kepada para pesertanya. Ia menekankan bahwa, dengan implementasi Lean Six Sigma, mereka dapat menghindari waktu lembur yang saling susul-menyusul yang selama ini mereka alami. Menanggapi hal tersebut, seorang peserta berkata: “Kami akan senang jika demikian, tapi masalahnya para manajer akan menemukan banyak hal lainnya untuk dibebankan kepada kami”.
Pernyataan tersebut membuat kita menyadari bahwa budaya lembur yang tiada henti akan menjadi hambatan serius bagi perusahaan yang menjalankan inisiatif Lean Six Sigma. Bagi Arthur, sangat jelas terlihat bahwa suatu program improvement harus menguntungkan kedua pihak: perusahaan dan karyawan. Program improvement harus mampu memberikan keseimbangan bagi hidup karyawan. Jika program tersebut tidak mampu meringankan beban karyawan, apa lagi keuntungan bagi karyawan? Akan percuma menjalankan program yang menguntungkan perusahaan namun tidak meningkatkan kehidupan karyawan. Program tersebut kemungkinan tidak akan berumur panjang.
Efek Buruk dari Kerja Berlebihan
James Murphy, dalam bukunya yang berjudul Flawless Evolution, menulis tentang adopsi taktik perang udara di dalam strategi bisnis. Dalam buku ini, ia mengemukakan bahwa task saturation (beban kerja berlebihan) akan membunuh kesempatan seseorang untuk sukses. Murphy mengatakan:
“Sangat mengejutkan bahwa kenyataannya hampir setiap orang merasa bangga bahwa mereka memikul terlalu banyak pekerjaan. Yang jelas, hal itu akan merugikan perusahaan. Pengetahuan yang dimiliki para pilot pesawat tempur mengenai task saturation seharusnya menjadi perhatian setiap CEO. Jika task saturation bertambah, maka performa akan berkurang; semakin bertambah task saturation, semakin banyak error yang akan terjadi. Ia adalah silent killer.”
Murphy mengemukakan tiga hal buruk yang diakibatkan oleh task saturation:
- Beberapa orang mulai bingung. Mereka berhenti bekerja. Mereka tidak tahu harus mulai dari mana.
- Beberapa orang mulai membuat daftar pekerjaan: mengorganisir, menukar-nukar setiap jadwal (seolah-olah membuat daftar dan menukar-nukar jadwal adalah bagian dari pekerjaan). Mereka terlihat sibuk, tapi tidak produktif.
- Kebanyakan orang akan mempersempit fokus mereka kepada satu hal. Para pilot menyebutnya target fixation (anda bisa mendaratkan pesawat jika anda fokus kepada satu tujuan, namun kehilangan gambaran besarnya).
Jika anda mengalami task saturation, anda tidak akan merasa punya waktu untuk Lean Six Sigma. Jika anda terlalu banyak lembur, anda tidak akan bisa melihat bagaimana Lean Six Sigma akan membantu dan walaupun bisa, anda akan kembali ‘tertimbun’ oleh tugas-tugas lain.
Kesimpulannya…
Program Lean Six Sigma, apapun tujuannya, harus membawa kebaikan bagi perusahaan dan juga bagi karyawan. Tanpa dukungan karyawan, program akan sulit bertahan. Uang bisa menjadi pendorong, tapi bisa jadi mereka tidak menginginkan uang; bisa jadi mereka menginginkan lebih banyak waktu dengan keluarga, untuk liburan, dan sebagainya. Intinya, menurut Arthur, Lean Six Sigma harus membawa perbaikan pada bottom line dan invisible line yang ada diantara kehidupan kerja dan pribadi para karyawannya, agar mereka dengan senang hati mau mengambil bagian didalamnya.
© 2008 Jay Arthur, the KnowWare® Man, (888) 468-1537, support@qimacros.com.