Operasi logistik dalam peperangan, Perang Dunia II, Perang Korea, Perang Vietnam dan Perang Teluk berjalan dengan metodologi yang sama, yaitu melalui mekanisme : amankan pelabuhan, dirikan pusat-pusat penyimpanan, lalu kirimkan persediaan ke garis depan dengan cara seefisien mungkin. Bahkan pada masa modern ini, strategi pertama yang dijalankan para panglima perang adalah mengumpulkan persediaan, lalu membangun kekuatan diatasnya.
Sebagai perbandingan dengan dunia industri komersil, prajurit di dunia militer adalah pelanggan yang selalu menunggu pasokan produk: amunisi, makanan, air, obat-obatan dan bahan bakar bagi tank dan kendaraan perang lainnya.
“Prajurit dapat terbunuh dengan mudah ketika mereka kehabisan bahan bakar atau amunisi,” kata William Pagonis, seorang veteran yang menangani urusan logistik di Perang Teluk. Berbeda dengan ketika sebuah butik pakaian kehabisan stok, mereka bisa segera memesannya dan dampaknya mungkin masih dapat ditolerir. “Jika saya menjalankan bisnis toko baju, saya masih punya waktu untuk menentukan reaksi,” tambahnya.
Menurut ahli logistik militer, supply chain di dunia militer dapat dibagi menjadi tiga jenis: yang pertama adalah supply chain yang bergerak cepat dengan volume rendah. Jenis ini mengangkut komoditas fast-moving, seperti makanan, obat dan pakaian. Di dunia komersil, jenis supply chain ini dimiliki toko ritel seperti Carrefour atau Lotte Mart. Kedua, jenis supply chain yang mengangkut komponen penting, seperti sistem persenjataan yang membutuhkan perawatan dan perbaikan di selang waktu tertentu. Di industri komersil, jenis supply chain ini dapat diwakilkan oleh Boeing dan Caterpillar. Jenis ketiga adalah deployment chain, dimana pasukan militer harus menggerakan tentara dan material dalam jumlah besar dalam waktu singkat dalam kondisi yang tidak tetap. Tentu saja, jenis terakhir ini tidak memiliki pembanding di dunia industri komersil.
Transformasi struktur logistik harus dimulai dengan renovasi sistem-sistemnya, termasuk perbaikan pada transportasi dan infrastruktur, juga pasokan makanan, air, bahan bakar, amunisi, dan material lainnya. Kesimpulannya, untuk memiliki operasi logistik yang efisien, militer harus meringankan beban persediaan dan peralatan untuk memangkas waste, seperti transportasi logistik, pergerakan (mengangkat dan memindahkan barang), dan pada saat bersamaan meningkatkan ketahanan pasukan di medan perang (sustainability). Pada akhirnya, logistik memegang peranan penting untuk menentukan hasil akhir perang.
Seperti yang kita bisa lihat, operasi logistik di dunia militer bagaikan sebuah versi ekstrim dari operasi logistik di dunia industri komersil. Perhatian khusus pada sisi logistik meningkatkan kemungkinan memenangkan peperangan, seperti halnya kemungkinan memenangkan kompetisi bisnis di industri komersil.
[cpm_adm id=”12550″ show_desc=”yes” size=”medium” align=”left”]